Chapter 62

85 2 0
                                    

"Pelan-pelan Lisha. Ryeon Oppa sedang menjalani operasi saat ini." Keira berusaha menenangkan Lisha—gadis remaja yang tengah terisak sambil berjalan dengan cepat menuju ruangan Ryeon.

"Kak, aku harus segera memberitahu Ryeon oppa kalau Kak Killa sedang berada di Jerman. Kami harus segera pergi ke Jerman saat ini juga—aku yakin Kak Killa tidak akan meninggalkanku dengan Ryeon oppa begitu saja, kan?" tanya Lisha kepada Keira yang bingung harus menjawab apa.

Keira maju dan membawa Lisha ke dalam pelukannya, tidak lama tangisan gadis itu pecah. Keira meminta maaf dan membawa Lisha ke tempat yang lebih sepi selagi menunggu Ryeon menyelesaikan operasinya.

"Kak Killa..."

Keira mengusap punggung gadis itu yang masih terisak guna menenangkan Lisha. Bukan hanya Lisha yang kehilangan Killa dengan berita mendadak seperti ini. Keira pun kehilangan sosok teman yang selalu mendengar keluh kesahnya dan yang sering membantunya—Keira belum sempat membalas semua jasa-jasa Killa padanya.

"..."

"Sha?"

Lisha yang tengah melamun menengok ke belakang dan melihat sosok laki-laki yang lengkap dengan jas dokternya berjalan menuju bangku taman tempat ia dan Keira duduk setelah ia menenangkan dirinya.

"Oppa..." panggilnya dan ia tidak bisa kembali menahan air mata yang jatuh begitu saja.

Ryeon menatap Keira sekilas yang menatapnya dengan sendu dan segera menenangkan Lisha yang sudah terisak kecil.

"Kamu kenapa, Sha?" tanya Ryeon.

"Patah hati? Laki-laki mana yang nyakitin kamu? Bilang sama aku, aku dan Anna akan memberi dia pelajaran," ucap Ryeon dengan sedikit bercanda guna menenangkan Lisha yang ia kira sedang patah hati.

"Oppa, Kak Killa...."

Mendengar nama kekasih hatinya disebut dengan tangis yang semakin deras membuat perasaan Ryeon tidak tenang. Dan tanpa sadar Ryeon segera mencengkram bahu Lisha dan menatap Lisha meminta penjelasan.

"Ada apa dengan Anna, Sha? jangan setengah-setengah!"

Lisha meringis ketika bahunya yang dicengkram oleh Ryeon terasa sakit. Keira yang melihat itu segera melepas cengkeraman Ryeon dan membawa Lisha ke dalam rengkuhannya.

"Lisha!"

"Hiks.. hiks...."

"Tenangkan dirimu dulu, Oppa! Baru kami beritahu." Keira yang sedari tadi diam membuka suaranya.

Setelah semuanya tenang, Keira menghirup napasnya dengan dalam dan menghembuskannya sebelum memberitahu berita duka kepada laki-laki yang sedang gelisah.

"Nanta sudah meninggal empat jam yang lalu di meja operasi. Operasinya tidak berhasil karena tubuh Nanta menolak jantung baru yang di donorkan untuknya."

Detik itu juga pertahanan Ryeon runtuh. Ia jatuh tersungkur di atas tanah taman rumah sakit. Tidak mungkin Annanya meninggalkannya, bukan? Anna sudah berjanji untuk pulang kepadanya—dirinya yang ia deskripsikan sebagai rumah.

"Anna..."

Dunianya hancur. Ryeon sudah hancur.

*

"Hai, jika kalian menerima video dan surat yang aku kirimkan—itu tandanya aku sudah tidak ada lagi bersama kalian, ya?" perempuan itu tersenyum sedih dan menatap kosong ke arah kamera.

"Itu artinya aku sudah pulang dan bertemu Bunda. Entah video ini sampai pada hari aku sedang terbaring lemah di meja operasi atau sudah tertutup gundukan tanah akhir musim gugur."

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang