Chapter 28

39 4 0
                                    

Harziq menatap Killa yang telah kembali berbaring di ranjang Rumah sakitnya, "Aku mau kenalin dokter baru yang waktu itu aku bilang, La. Dan aku tidak akan menerima tolakan darimu," kata Harziq yang berhasil membuat Killa mendongak menatapnya.

Killa tersenyum mengangguk, "Aku akan menerimanya, Dok. Siapapun itu, aku akan berusaha bersikap baik," kata Killa dengan tenang sebelum kembali menatap buku yang tengah ia baca.

"Walaupun Dokter Pratama?"

Killa tersenyum, "Iya, walaupun dia aku tidak akan menolak," ucap Killa tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang telah ia baca ratusan kali.

Harziq menatap Killa curgia tidak biasanya Killa bersikap penurut dan sopan seperti ini kepadanya, "Kamu sedang merencanakan apa, La? Aku harap tidak ada acara pergi ke Hamburg seperti kemarin setelah ini," ucap Harziq tegas.

Killa tersenyum dan menatap Harziq yang tengah menatapnya tajam, "Ya, pekerjaanku sudah sepenuhnya dialihkan kepada Dokter Alexa. Dan aku sedang menunggu peng gantiku dari Korea untuk menggantikanku saat aku berhenti nanti. Karena, aku akan merasa bersalah ketika semua pekerjaanku dilimpahkan ke Dokter Alexa. Hanya itu rencanaku, Dok."

Harziq menatap Killa yang tengah memandang jauh pemandangan di sampingnya dengan alis terangkat, "Kenapa dari Korea? Jerman mempunyai banyak tenaga medis yang berbakat," ucap Harziq tidak mengerti.

Killa menatap pemandangan yang sangat indah dengan senyuman yang tak pernah pudar, "Kenapa kau membawa dokter dari Amerika ketika Jerman mempunyai tenaga medis yang berbakat?" tanya Killa tanpa mengalihkan pandangannya.

Harziq tercengang ketika ia tidak bisa berkata-kata. Perempuan di hadapannya ini bukan seperti perempuan pada umumnya, ia sangat misterius.

"Kau mau memberitahuku, bahwa kau menolak untuk dirawat dengan Dokter Pratama?"

Killa mengalihkan pandangannya kepada Harziq yang tengah menatapnya tajam, "Aku tidak akan menolak, Dokter. Semua keputusan ada di tanganmu, aku hanya pasien di sini," ucap Killa dengan senyum manisnya menatap Harziq sebentar sebelum mengambil kembali buku yang sempat ia baca.

Killa menaruh kembali bukunya, entah mengapa ia tidak kehilangan minatnya untuk kembali membaca buku ketika tatapan tajam itu membuatnya sangat tidak nyaman. "Anda membuat saya tidak nyaman, Dok. Saya pikir, sudah waktunya untuk saya istirahat, Dokter Calixte" ucap Killa lalu membetulkan posisi tidurnya agar terlihat nyaman dan menutup matanya tidak menghiraukan Harziq yang berada di ruanganya.

Harziq bingung dengan perubahan Killa ketika ia kembali ke Aachen pagi hari ini. Gadis itu terlalu sopan untuk seorang Ananta Killaputri yang ia kenal, kecuali ketika gadis itu sedang merencanakan sesuatu. Mata Harziq terbelalak ketika menyadari perubahan dari Killa.

Ia melangkah mendekati ranjang gadis itu, dan duduk di sebelah ranjang gadis itu. Ia membelai kepala Killa dengan sayang, "Kau tahu? Aku sangat mengenalmu, La. Aku tidak tahu apa yang membuatmu mengecualikanku seperti ini, dan aku juga tidak tahu siapa yang kau ajak untuk membuat rencana ini. aku hanya ingin kau tahu, aku akan selalu berada di sisimu, La. Aku tidak bisa memaksamu untuk bercerita denganku, karena aku tahu, aku bukan lagi menjadi seseorang yang bisa kau percaya untuk saat ini."

Harziq bangkit dari duduknya, "Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjagamu. Walaupun aku harus menitipkanmu kepada Dokter Pratama bukan berarti aku melepasmu sepenuhnya, La. Kau harus tahu itu. Tidurlah, aku tahu kau lelah, aku pergi," ucap Harziq dengan lembut dan mencium kening Killa sebelum meninggalkan kamar gadis itu.

*

Harziq meminum American kopi yang ia pesan tadi sambil menunggu seseorang di kafe yang tersedia di Rumah sakitnya. Ia menatap dokumen di depannya dengan tatapan sedih ketika mengingat pembicaraan mereka di kamar Killa tadi. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan ini benar atau tidak, tapi ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia harus mempercayakan Killa kepada Kaka yang ia sudah tahu keahlihannya.

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang