Chapter 50

31 1 0
                                    

Ryeon masuk ke dalam kamar dan mendapati Killa yang tengah bergelut dengan tab dan ponsel di tangannya. Keadaan kamar yang rapih dengan dihiasi mainan di sudut kamarnya. Ryeon berdecak, "Kamu adalah perempuan pertama yang berani membawa anak kecil ke kamarku—dan kamu juga pertama yang ngambil kamarku di Apartku, Na."

Ryeon tidak membual tentang itu semua—ya, perempuan itu selalu menjadi yang pertama yang mengacaukan prinsipnya—seperti saat ini. Killa mengangkat kepalanya dengan cengiran tidak bersalah. Killa menaruh tabnya di sofa dan bangkit berdiri untuk menghampiri Ryeon yang sedang bertolak pinggang.

"Apa kamu sedang mengumpati aku di dalam hati kamu?" tanya Killa sambil menurunkan kedua tangan Ryeon.

Ryeon berdecak, "Nggak. Kamu sok tahu, tahu nggak?" Ryeon masih kesal.

Killa terkekeh dan mencium pipi kanan Ryeon, "Sudah tidak marah? Lagipula, kamu tidak tahu kalau Hye In dan Hye Jun sangat menggemaskan? Mereka sampai tertidur di kasur kamu," ucap Killa menenangkan Ryeon.

Ryeon memiringkan kepalanya, "Kamu! Astaga, aku bisa gila tahu nggak, Na?" kata Ryeon dengan gemas.

Killa mencolek dada Ryeon, "Aku tahu." Dan pergi menuju sofa untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Na! kamu nggak bisa ya—terus menerus menggoda aku tanpa bertanggung jawab. Aku harus mandi air dingin lagi malam ini?"

Killa hanya menatap Ryeon yang masih berdiri sekilas dan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Kalau kamu mau mandi pakai air dingin ya silahkan, Yeon. Jangan sampai sakit saja—cuacanya sudah mulai dingin soalnya." Killa yang masih fokus berkata dengan datar.

Ryeon menatap Killa dengan datar. Namun bukannya menjauh ia melangkah mendekati Killa yang masih sibuk. Ryeon duduk di samping Killa dan menyederkan kepalanya ke bahu Killa—mengganggu Killa adalah pekerjaan yang menyenangkan. Dan ia kini sedang mengganggu perempuan itu. Killa yang tahu bahwa pria di sampingannya ini tidak akan beranjak dan tetap mengganggunya, Killa segera berhenti mengerjakan dokumen-dokumen yang harus ia tinjau dan perbaiki.

Killa mengubah posisinya menghadap Ryeon yang langsung dipeluk Pria itu. "Yeon, besok kita ada penerbangan pagi. Lebih baik kamu tidur sekarang dan mandi—kamu bau alkohol, Yeon. Nanti aku temani tidur dan aku akan balik ke kamarku."

Killa merasakan gelengan kecil dari bahunya, hal itu membuat ia tersenyum kecil. "Kamu tidur sama aku saja."

Killa mengusap punggung lebar pria itu, "Kamu yakin? Aku colek aja, kata kamu—kamu akan mandi air dingin. Bagaimana jika kita satu ranjang? Yang ada aku habis kamu terkam, Yeon."

"Ayolah, kamu mandi ya? Aku akan menyiapkan pakaian untuk kamu. Lalu, kamu akan tidur—dan aku akan menemani kamu."

Ryeon melepaskan pelukannya dan mengangguk, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Killa tersenyum, ia segera menyiapkan pakaian tidur untuk Ryeon—ia tahu kebiasaan pria itu yang selalu bertelanjang dada ketika tidur, tapi ia tidak bisa membiarkan itu ketika ia tahu cuaca semakin dingin. Setelah menaruh pakaian untuk Ryeon di kasur pria itu—Killa pergi keluar kamar untuk menemui orang tua Ryeon. Ada yang harus ia bicarakan dengan kedua orang tua Ryeon—dan tentu saja berkonsultasi mengenai penyakitnya dengan ayah Ryeon.

"Abba, ada yang mau aku bicarakan dengan Abba dan Eomma."

Na-Yeon dan Hyeong Jee menatap Killa dengan lembut, "Ada apa sayang? Mau bicara di sini?" tanya Na-Yeon ketika di ruang keluarga hanya ada Nam Hyoeng, dirinya, suaminya dan tiga orang kerabat dekatnya.

Killa menggeleng, "Nanti saja, setelah Ryeon tertidur. Ada hal serius yang ingin aku bicarakan—dan terutama tentang hubungan aku dan Ryeon. Kalian bisa lanjutkan mengobrolnya, aku harus kembali ke kamar Ryeon sebelum pria itu kembali marah kepadaku," ucap Killa.

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang