Chapter 18

43 5 0
                                    

Killa bersiap untuk pulang setelah menyelesaikan tugasnya membantu pasien melahirkan. Sebenarnya, itu bukan tanggung jawabnya. Dokter Alexa yang bertang-gung jawab atas pasien itu sedang pergi ke Berlin untuk memberikan seminar mewakili departemen mereka. Pasien itu mengalami kontraksi lebih cepat daripada dugaan Dokter Alexa dan keluarga pasien. Dan Killa bertugas untuk menggantikan tugas Dokter Alexa saat ini.

Killa berjalan keluar ruangan, menyapa beberapa suster dan keluarga pasien yang sedang berjaga untuk malam ini. ponselnya berdering, Killa tahu siapa yang meneleponnya saat ini. Ia butuh udara segar untuk menyegarkan pikirannya. Taman Rumah sakit adalah satu-satunya tempat yang terpikir olehnya.

"Lo dimana?"

Killa memijat kepalanya yang pusing akibat tidak sempat untuk makan malam tadi, karena pasiennya yang begitu banyak. "Rumah sakit."

"Lo sebenernya kerja dimana, Ta? Gue kira lo kerja di Rumah sakit tempat si Arie dirawat. Ternyata gue salah. Lo dimana? Mau gue jemput? Mumpung gue lagi di Jerman."

Killa menghela nafas, "Nggak usah. Gue bisa balik sendiri naik taksi. Lo dimana?"

"Taman Rumah sakit."

Tanpa killa sadari, langkahnya berhenti dan matanya menangkap punggung laki-laki yang sangat ia rindukan itu. Killa menatap punggung itu dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke taman guna menyegarkan pikirannya. Saat ini bukan saat yang tepat untuk mereka bertemu atau berkumpul bersama. Setidaknya ia akan bertemu dengan Devan di rumahnya. Tidak di Rumah sakit ini dan ada laki-laki itu.

"Sama siapa? Lo udah ketemu Satria?" tanya Killa yang masih memandangi punggung mereka.

Killa melihat Devan yang menatap laki-laki di sampingnya sebelum menjawab pertanyaannya, "Sendiri. Belum, gue kira Abang lo bakal bunuh gue kalau gue ketemu sama dia tanpa kehadiran lo."

Killa menghembuskan nafasnya, "Kalau lo mau balik ke Indo kabarin gue."

Killa melihat Devan yang mengambil rokok dari laki-laki itu. Sejak kapan mereka berdua merokok? Karena pada dasarnya Killa sangat tidak menyukai pria yang merokok.

"Lo mau ketemu sama gue pas gue udah mau balik ke Indo? Kalau gue bilang malam ini, lo bakal lari ke airport sekarang juga?" tanya Devan dengan sarkas.

"Lo sejak kapan temenan sama Jean William?" tanya Killa ketika ia teringat tujuan kedatangan sahabatnya itu ke Jerman.

Devan terkekeh, "Lo ngubah topik, Ta? Apa gue harus ngasih tahu lo udah berapa lama gue temenan sama Arie dan teman-temannya?" jawab Devan dengan sinis.

"Dev, gue capek. Gue lagi nggak mau bertengkar sama lo. Kalau lo nggak mau jawab ya nggak apa-apa. Gue tutup ya? Gue mau pulang." Killa Lelah.

"Lo yang bikin semua ini rumit, Ta. Gue nggak pernah ngajak lo bertengkar."

Killa menghela nafas lelah, "Udah ya? Gue mau pulang, masih banyak pasien yang harus gue urus besok."

Killa melihat asap yang mengepul di antara mereka berdua, "Apa gue harus nyari lo di semua Rumah sakit di Jerman, Ta? Itukan mau lo? Dikejar tanpa memedulikan perasaan orang lain?" sarkas Devan.

"Dev cukup!! Gue beneran capek pengen istirahat. Kalau lo beneran mau balik malam ini, maaf kita nggak bisa ketemu." Putus Killa ketika hendak beranjak untuk pergi dari tempatnya saat ini dan menutup teleponnya secara sepihak.

Killa melihat Devan yan berdecak kesal karena teleponnya ia putus secara sepihak dan laki-laki itu tertawa lalu tersenyum meremehkan ke arah Devan. Mereka berdua bicara dan Devan duduk di samping laki-laki itu sebelum menyesap kuat rokoknya dan menghembuskan kepulan asap yang sangat banyak.

Killa berbalik hendak pergi dari posisinya saat ini. Namun, langkahnya kembali berhenti ketika melihat laki-laki lain yang tengah bersender sambil meminum sekaleng bir di dinding Rumah sakit.

"Hay, long time no see. Lucu ya kita bisa ketemu pas gue mau gabung sama mereka," ucap laki-laki itu dan menunjuk Devan dan laki-laki itu menggunakan kepalanya. "Gue kira lo bukan dokter di Rumah sakit ini ketika gue nanya sama Dokter Sam nama lo, dia bilang nggak ada nama Ananta di Rumah sakit ini. Atau lo ganti nama?"

Killa terdiam dan kembali melangkahkan kakinya untuk segera pergi sebelum keadaan bertambah runyam. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu dari mereka.

"Mungkin dokter Sam tidak kenal sama lo karena lo bukan bagian dari dokter terbaik di Rumah sakit ini? gue kira lo bakal jadi bagian dokter terbaik di sini, karena gue dengar lo masuk ke bidang ini di usia yang masih muda. I thought you were a smart girl." Killa tak menghiraukan ocehan laki-laki itu dan terus melankah sampai melewati laki-laki itu.

Killa berhenti kala tangannya ditahan, "Gue nggak bakal bilang sama mereka kalau itu yang lo mau. Karena yang gue denger dari percakapan lo sama Devan lo sangat menghindar dari kita semua. Gue Cuma mau tanya satu hal doang."

"Apa kabar, Ananta? Bagaimana perasaan lo setelah melarikan diri?" 

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang