Chapter 52

32 1 0
                                    

Killa menyipitkan matanya dan menutupi wajahnya dengan selimut ketika cahaya matahari masuk dan mengganggu tidurnya. Killa mengerang lemah ketika selimutnya di tarik paksa oleh seseorang.

"Bangun, Na. kita harus menjemput Lisha di Bandara satu setengah jam lagi. apa kamu masih belum mau bangun juga?"

Killa menggeliat dan semakin membenamkan tubuhnya dibalik selimut tebal milik Ryeon. Ryeon yang melihat itu bersedikap dada dan berpikir cara apa yang harus ia lakukan untuk membangunkan perempuan yang tengah tertidur di tempat tidurnya. Kali ini, ia menarik selimut Killa dan masuk ke dalamnya—walaupun cara ini adalah cara terakhirnya tapi ia yakin ini akan berhasil.

"Kamu tidak ingin bangun? Sudah siang, Sayang. Tumben kamu tidur seperti ini, Na."

Ryeon memeluk dan membenamkan wajah Killa ke dadanya, "Yeon, aku sangat lelah. Kamu membuat aku remuk semalam. Biarkan aku tidur, oke?" kata Killa yang semkain mengeratkan pelukannya.

Ryeon terkekeh dan ia mengelus belakang kepala Ryeon, "Jadi? Memangnya kamu aku apain semalam, Na? aku bahkan belum bisa nembus atmosfer milik kamu."

Killa memukul tubuh Ryeon dan menjauhkan dirinya dari pria mesum yang tengah tertawa. Killa mendengus dan mengikat rambutnya yang berantakan.

"Kamu siapin makanan, oke? Aku mandi terlebih dahulu." Killa bangkit dan berdiri untuk menuju kamar mandi—ia tidak pernah bisa berlama-lama dengan predator yang masih tertawa dan menggerling nakal di atas tempat tidur milik pria itu.

Ketika Killa berhasil mencapai gagang pintu kamar mandi, ucapan Ryeon membuat Killa kembali menoleh dan menatap tajam pria itu. "Mau aku mandiin?"

"Mesum!" kata Killa dan menutup pintu kamar mandi dengan keras yang membuat Ryeon tertawa.

Ryeon menyibak selimut dan merapikan tempat tidur yang kini ditempati oleh kekasihnya itu—Ryeon tersenyum sendiri ketika memikirkan hubungan mereka berubah setelah tiga puluh tahun hidupnya. Ryeon tidak pernah merasakan hal seperti ini—bahagia karena hal yang sederhana.

Ryeon tersenyum ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat dan berbalik berjalan menuju lantai bawah untuk membuat makan pagi—tidak, hampir seperti makan siang ketika mengingat jam berapa saat ini.

Ryeon mengeluarkan tahu, daun bawang, dan beberapa bahan yang diperlukan untuk membuat kimchijiggae dan nasi goreng untuk sarapan menjelang makan siang mereka. Ryeon tidak berhenti tersenyum ketika ia bangun hingga sepanjang memasak siang ini. Ryeon menghentikan aktivitas memotong bawang bombaynya ketika ponselnya berdering.

Ryeon melepaskan sarung tangan dan mengelap tangannya di apron, lalu mengangkat telepon dari Ayahnya yang sangat jarang meneleponnya. "Halo?"

"Nanta ada di sana?"

Ryeon mengangkat alisnya ketika mendengar pertanyaan Ayahnya, "Ana? Abba telepon aku hanya untuk menanyakan Ana?" kata Ryeon dengan sarkas yang membuat Ayahnya tertawa.

"Aku hanya bertanya. Ponsel Nanta tidak aktif dan aku harus menelepon kamu, Yeon. Wae? Cemburu?"

Ryeon mendengus dan menjepit ponselnya dengan kepala dan bahu kanannya, lalu melanjutkan kembali aktivitas memasaknya. "Cemburu? Tidak sama sekali! Ada apa mencari Ana? Nanti aku sampaikan."

"Hmm, bilang padanya untuk menghubungiku sesegera mungkin, araso?"

Ryeon menghentikan aktivitasnya dan bertumpu pada meja, "Ada apa sebenarnya?" Ryeon merasakan sesuatu yang tidak beres.

Hyeong Jee tertawa, "Bukan apa-apa, aku membutuhkannya."

"Aku dengar Lisha akan datang hari ini? kapan? Kalian akan menjemputnya?"

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang