Akhirnya perjalanan ini sampai pada tujuan juga, Villa mewah yang terletak di tengah-tengah rindangnya pepohonan terkesan sangat menyegarkan untuk dilihat. Aku merasa gugup, entah apa yang sudah dilakukan oleh Sena disana, aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku menatap Rey yang juga sedang berwajah khawatir, kami saling bertatapan lalu memutuskan untuk masuk ke dalam villa bersama.
"Rey, entah apa yang udah terjadi, kok perasaan gue nggak enak gini"
"Santai Ra, nggak akan terjadi apa-apa. Kita semua tahu kalau Rangga itu orang yang sangat rasional, jadi gue yakin dia nggak akan berbuat buruk sama Sena"
"Tapi masalahnya Sena bukan orang yang rasional, dia udah dibutakan sama kecemburuan"
Mendengar ucapanku, Rey jadi terlihat berpikir, mungkin ia menganggap kalau kata-kataku memang benar.
"Ya udah kita masuk dulu, semoga memang nggak terjadi apa-apa"
Villa ini terlihat sepi, aku bahkan ragu ada orang didalam sana. Lampu bagian dalam padam, padahal sekarang hari sudah menuju malam, apa dugaanku salah kalau Sena menyusul Rangga ke Villa ini?.
"Permisi, kalian ini cari siapa ya?"
Aku dan Rey sontak terkejut melihat seorang pria paruh baya mendatangi kami, mungkin pria ini adalah penjaga Villa ini.
"Begini Pak, apa hari ini pemilik villa datang berkunjung kemari? kok kayaknya didalam tidak ada orang" Rey mencoba bertanya pada penjaga villa.
"Kalian ini temannya Den Rangga ya? memang tadi pagi Den Rangga datang kesini bersama temannya, tapi cuma meletakkan barang-barangnya saja, kemudian mereka pergi lagi."
"Pergi kemana pak?" tanyaku mulai tak sabar
"Waduh saya kurang tahu neng, mendingan kalian berdua menunggu sebentar saja, mungkin sebentar lagi mereka kembali kesini"
Benar, memang sebaiknya kami menunggu sebentar, kalau mereka pergi sejak pagi, bukan tidak mungkin kalau mereka akan kembali tak lama lagi. Namun masalahnya dimana Sena sekarang? aku yakin saat Sena sampai disini, Rangga dan Aira sudah pergi.
Aku mengeluarkan smartphone ku dan membuka aplikasi galeri, lalu menunjukkan foto Sena pada penjaga villa.
"Kalau perempuan ini, apa bapak melihatnya datang kesini?"
"Maksudnya perempuan itu kan?"
Aku dan Rey mengikuti arah yang ditunjukkan oleh penjaga villa, kami berdua terkejut setengah mati melihat Sena yang kini sedang duduk tertidur di bawah sebuah pohon besar. Tanpa basa-basi kami langsung menghampiri Sena.
"Sena lo nggak apa-apa kan?"
Sena terlihat lemah, dia berkali-kali mengigau menyebutkan nama Rangga. Apa cintanya pada Rangga memang sebesar itu? mengapa Rangga tidak bisa melihat besarnya cinta yang Sena berikan untuknya?.
"Tadi saya sudah bilang kalau nggak ada orang di rumah, tapi nona ini malah marah-marah, mungkin karena lelah menunggu dia akhirnya tertidur"
Aku mendengarkan penjelasan penjaga villa dengan sedih, aku sudah menduga kalau Sena akan melakukan hal yang nekat, namun mengapa ia harus merasakan penderitaan seperti ini? sebagai kakak sepupunya aku merasa tidak terima melihat keadaannya.
"Apa bapak punya kunci candangan villa ini? kami ini sungguh temannya Rangga, kami nggak mungkin membiarkan Sena kedinginan disini, dia sedang sakit pak" pintaku dengan air mata yang sudah menggenang, Rey menepuk bahuku mencoba membuatku tenang.
"Waduh gimana ya, saya tidak punya wewenang mengizinkan orang lain masuk tanpa persetujuan Den Rangga."
Aku ingin memprotes keputusan penjaga villa, karena biar bagaimanapun Sena ini tunangannya Rangga, bagaimana bisa dia tidak diizinkan untuk masuk dan istirahat didalam sana?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
أدب المراهقين(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...