Seketika suasana kemacetan Jakarta menjadi penyambut kehadiranku setelah tujuh tahun meninggalkan kota ini. Jakarta sudah jauh berbeda dibandingkan tujuh tahun lalu, setidaknya dulu belum ada stasiun kereta bawah tanah atau MRT dan sekarang stasiun tersebut sudah beroperasi normal menjadi salah satu sarana transportasi yang sangat diminati warga Jakarta.
"Langsung ke rumah miss?"
Aku mengalihkan pandangan dari tablet yang sedang kugunakan saat supir perusahaan menanyakan tujuanku. Rumah yang dimaksud adalah rumah kakek, aku memang sudah memutuskan akan tinggal di rumah kakek untuk seterusnya karena usia kakek yang sudah tua membuatku tak tega bila harus meninggalkannya tinggal sendiri bersama para maid.
"Iya, saya sudah lama tidak bertemu kakek"
Sepanjang jalan, pemandangan gedung tinggi terasa sangat berbeda dan asing, namun anehnya perasaan rindu yang menumpuk ini lebih mendominasi sehingga aku sama sekali tidak merasa aneh dengan kondisi baru kota tempat aku lahir dan tumbuh besar ini.
Kompleks perumahan Cemara Permai yang terdiri dari beberapa rumah milik kolongmerat ternama di negara ini terlihat jangkauan mataku. Disanalah rumah kakekku berada, termasuk rumah Rangga dulunya sebelum dia pindah ke tempat yang tidak kuketahui.
"Kita sudah sampai miss"
Aku mengangguk dan menatap halaman rumah kakek dengan penuh kerinduan, Pak Januar_supir perusahaan membantu menurunkan barang-barangku dan setelahnya satpam penjaga rumah membantu membawakan barang-barangku ke dalam rumah.
"Terima kasih Pak Januar, bapak bisa kembali ke kantor sekarang"
Pak Januar mengangguk mengerti dan putar balik menuju kantor pusat Harris Company. Kutatap rumah besar yang menjadi saksi tumbuh kembangku saat kanak-kanak, dan seorang lelaki tua yang kini berdiri dengan sebuah tongkat ditangannya membuatku tak sanggup lagi membendung air mata.
"Kakek, Rara pulang!!"
Aku menghambur di pelukan kakekku dengan penuh kerinduan, beliau menepuk punggungku dan mengusap kepalaku dengan sangat lembut. Tatapan bersahaja penuh karisma itu tetap ada walaupun keriput telah mendominasi wajahnya. Aku tidak bermimpi lagi, saat ini aku memang telah berada di rumah yang sebenarnya.
"Akhirnya kamu kembali juga Rara"
"Maaf Rara baru pulang sekarang,"
"Tidak apa-apa, kamu telah membuktikan diri untuk menjadi seseorang yang pantas, sekarang kakek bisa pensiun dengan tenang karena ada kamu yang bisa mengurus perusahaan dengan baik"
Ucapan kakek bukanlah tanpa alasan, ayah telah memutuskan untuk lebih fokus mengurus perusahaan yang ada di Jepang. Saat aku masih bekerja di YN Company sering kali perusahaanku mengalahkan Harris Company cabang Tokyo dan aku tahu hal itu membuat kakek dan ayah lebih agresif untuk memintaku pulang.
Kami berbincang di dalam rumah membahas banyak hal, kehidupanku di Tokyo menjadi hal menarik dalam pembicaraan kami. Aku juga jujur secara terbuka mengatakan kalau sebenarnya dulu aku sama sekali tidak suka menjadi pewaris perusahaan. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan dalam hidup ini, tapi selama tujuh tahun ini akhirnya aku mulai membuka pikiranku bahwa dalam hidup manusia tidak selalu bisa meraih apa yang mereka inginkan.
Aku mulai memahami apa yang disebut 'impian' yang sebenarnya, dalam hatiku yang terdalam aku bermimpi untuk melihat senyuman orang-orang yang aku cintai dan melihat mereka bangga terhadapku, dan menjadi pewaris kakek serta ayahku adalah hal yang bisa membuat mereka tersenyum dengan bangga, karena itulah aku sama sekali tidak menyesal menempuh jalan ini dengan menjadi pewaris perusahaan agar aku bisa terus mempertahankan senyuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
Teen Fiction(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...