Flower: Ten

3.7K 424 46
                                    


"Kalian berdua gila"

Aku terus-terusan memarahi dua juniorku yang kini hanya memasang wajah tak berdosa dengan cengiran yang membuat emosiku naik ke ubun-ubun. Bagaimana aku tidak marah, aku baru saja selesai mewawancarai juara olimpiade matematika dan fisika, dan sekarang aku harus mewawancarai tim futsal. Namun masalahnya kesepakatan awal dan kini sangat berbeda jauh, dengan seenaknya Evan mengganti text wawancara saat tahu kalau tim futsal memilih Rangga sebagai narasumber kami.

Kelakuannya sungguh diluar batas, dibandingkan menanyakan soal hal-hal umum, dia malah membuat pertanyaan mengenai hal-hal personal Rangga. Katanya sih banyak orang yang sangat penasaran sama Rangga, jadi dia ingin memanfaatkan hal ini supaya penonton di channel youtube sekolah semakin meningkat.

"Ini demi tim jurnalis kak"

"Tapi masalahnya bagaimana mungkin gue nanya ke Rangga tipe cewek idealnya, cara dia memperlakukan cewek gimana,  jijik banget tau nggak sih!"

"Soalnya ini request dari para fans rahasia Rangga"

Langsung ku tabok punggung Evan karena jengkel, dia malah tertawa setelah kupukul seperti orang gila. Riani menahanku yang ingin memukul Evan lagi, sepertinya aku harus menenangkan diriku yang mudah tersulut emosi kalau berhadapan sama Evan.

"Tenang kak, nanti wawancaranya nggak usah pake bahasa formal, pake bahasa pergaulan aja biar lebih asyik"

Memang lebih baik begitu, saat mewawancari juara olimpiade menggunakan bahasa formal, kesan yang dihasilkan jadi kaku dan tidak natural.

Evan sudah siap dengan kameranya untuk merekam wawancara ini, disampingnya Riani bertugas sebagai pengarah hal apa saja yang harus aku lakukan. Aku menghela nafas dan berjalan memasuki lapangan futsal indoor diikuti oleh kedua juniorku.

Anggota tim futsal menatap kami, lalu salah satu dari mereka menghampiri Rangga yang sedang berlatih dribble bersama dua orang anggota lain. Rangga menoleh pada kami, dia langsung berjalan menghampiri kami dengan langkah yang sangat berkarisma. Kulihat Riani sampai terpesona melihat betapa gagahnya Rangga mengenakan seragam kebanggan tim futsal itu.

"Mau wawancara sekarang?"

"Iya Kak Rangga, makasih ya udah mau kerjasama"

"Nggak masalah kok, mending wawancaranya disana aja, biar lapangannya juga kelihatan semua"

Rangga menunjuk spot di bagian selatan lapangan indoor, memang sih dari sana seluruh lapangan bisa terlihat jelas.

"Ayo Kak Raquelle,"

Aku mengangguk dengan lesu dan mengikuti ketiga orang itu, Evan dan Riani sibuk menyiapkan kursi untukku dan Rangga. Sedangkan kami berdua menatap mereka berdua dalam diam.

"Gue nggak nyangka lo yang akan wawancarai gue"

"Terpaksa gue, selaku salah satu pendiri ekskul jurnalis, gue nggak mau reputasi ekskul jadi rusak"

Jawabku dengan wajah malas, mengingat bagaimana Evan dan Riani sampai memohon bahkan menakut-nakutiku kalau reputasi ekskul bisa rusak jika aku tidak mau membantu mereka.

"Lo masih sama kayak dulu Ra"

"Maksudnya apa?"

"Mementingkan reputasi dibandingkan kebahagiaan lo sendiri"

Mataku menyala karena terkejut, semua yang ia katakan memang benar. Sejak kecil aku dididik untuk hidup dengan penuh kehormatan dan martabat. Aku harus menjaga reputasi lebih dari kebahagiaanku sendiri. Namun tentu aku tidak semudah itu mengiyakan perkataan Rangga, karena aku tak mau dia bersikap seperti seseorang yang sangat mengerti diriku.

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang