Flower: Two

7.4K 684 14
                                    

Yuko Fukushima, beliau adalah ibuku. Seorang wanita paruh baya yang begitu mengagumkan. Setelah mendengar kisahnya ketika masih muda, akhirnya aku mengerti mengapa ayahku begitu mencintainya. Jepang adalah negara yang penuh akan kompetisi, ibuku berjuang mati-matian untuk menjadi pemenangnya, dan buah dari kerja keras itu adalah semua karya yang menjadi hak paten atas namanya. Insinyur wanita yang sangat berarti bagi keluarga kami.

Pertemuan kedua insan manusia itu sangat tak terduga. Ayahku yang sedang mengerjakan sebuah proyek besar, tak bisa menyangka bahwa proyek yang sedang dikerjakannya adalah karya wanita muda yang begitu cantik. Mulai dari sanalah mereka mulai saling mengenal, dan dekat satu sama lain.

Aku selalu membayangkan bisa mempunyai kisah cinta klise seperti itu, tanpa adanya alur cerita rumit seperti di novel-novel romantis. Keinginanku begitu sederhana, bertemu pria yang kucintai dan juga mencintaiku, lalu kami hidup bahagia bersama anak-anak kami yang lucu dan pintar. Aku tak ingin seperti Sena yang mengejar cinta bertepuk sebelah tangannya hingga hidup menderita seperti itu.

Di tengah lamunanku, Mami datang ke kamarku dengan membawa camilan dan susu putih kesukaanku. Aku senang dengan perhatiannya, Mami memanglah sosok ibu idaman bagi semua anak di dunia ini.

"Rara-chan, Mami mau bicara sesuatu" ucap Mami dengan bahasa indonesianya yang masih kurang fasih itu.

"Ada apa Mi?"

"Besok sore, Mami dan Papi harus berangkat ke Osaka untuk mengurus pembukaan hotel yang baru. Jadi Rara-chan, untuk sementara tinggal bersama Kakek ya"

"Kenapa Mami baru bicara sekarang?" protesku sedikit kesal,

Tentu siapa yang tak kesal jika harus ditinggal pergi jauh dengan cara mendadak seperti ini, apalagi tinggal di rumah Kakek adalah hal yang coba kuhindari setengah mati. Bukan karena apa-apa, tapi masalahnya adalah orang yang tinggal disebelah rumah kakek adalah cowok menyebalkan itu, Rangga.

"Sebetulnya Om Hans, yang ditugaskan untuk menghandle semuanya, tapi tiba-tiba Om Hans membatalkan kunjungannya, karena Renata sedang sakit. Jadi terpaksa Papi yang harus pergi, dan Papi butuh Mami, kamu mengerti kan"

Aku sedikit merengut mendengar cerita mami, papi adalah orang dewasa yang seperti anak kecil. Saking tak mau pisahnya, kemana-mana harus membawa mami. Sangat over protective dan membuat orang lain mudah kesal.

"Ya, kalau Papi yang minta mau gimana lagi?, lagian Rara sudah biasa ditinggal" ucapku pura-pura sedih.

"Jangan bilang begitu Rara-chan, papi kan memang begitu, bahkan Papi rencananya juga mau mengajak Rara-chan, tapi minggu depan Rara-chan sudah mulai ujian semester satu, jadi lebih baik Rara-chan belajar saja, nanti kan di rumah kakek, Rara-chan bisa belajar bersama Rangga, pasti lebih asyik kan?"

Lebih asyik apanya, batinku berteriak kesal. Setiap hari aku selalu melihat Rangga dimana-mana, termasuk saat akhir pekan. Karena kami mengikuti les privat kelas bisnis bersama beberapa anak kolongmerat lainnya, setiap hari minggu.

"Iya deh, nanti malam Rara siap-siap Mi"

Jika kalian bertanya apakah aku cukup mengenal Rangga, maka aku akan menjawab 'ya', aku cukup mengenalnya, namun bukan berarti aku berteman baik dengannya. Mungkin saat kami masih anak-anak, kami berteman cukup baik, tapi sejak Rangga dijodohkan dengan Sena delapan tahun lalu, aku tidak bisa terlalu dekat dengannya.

Aku berusaha menjaga jarak, terlebih lagi saat lulus sekolah dasar, aku bersekolah di SMP Tokyo, bisa dikatakan jarak dan juga caraku mengindarinya yang telah membuat pertemanan ini putus. Alasan kenapa aku menjaga jarak dengannya adalah karena Sena terlalu menyukai Rangga. Sena tipe pencemburu dan tidak senang saat perempuan lain dekat dengan Rangga, bahkan termasuk adik Rangga sendiri.

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang