Rangga Diary: Part 1

3.1K 324 16
                                    

RANGGA POV

Guguran bunga menyapa ketika mobil yang sedang kukemudikan membelah jalan di area kebun rumahku. Pemandangan yang sungguh membuat hati damai, itulah sebabnya mengapa aku meminta Papa untuk menanam puluhan pohon Sakura di kebun rumah ini. Setidaknya aku bisa merasakan sebuah kedamaian walau sejujurnya suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja.

Aku menghela nafas ketika berbagai masalah hidupku tiba-tiba mengambil alih pikiranku yang buntu. Bagaimana bisa seorang Erlangga Wicaksono bisa sedemikian jatuh? Aku sendiri sama sekali tak menyangka seseorang yang selalu berada di puncak sepertiku bisa takluk oleh seorang wanita.

"Kakak udah pulang?" sosok gadis kecil mengetuk kaca mobilku hingga membuatku tersadar.

Aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri adikku Vanessa yang masih memakai seragamnya, kurasa dia juga baru kembali dari sekolahnya.

"Kamu baru sampai?" tanyaku lembut, aku tidak pernah bisa menaikkan intonasiku ketika bicara dengannya.

"Iya Kak,"

"Ya udah masuk yuk"

Kami berdua berjalan beriringan menuju rumah, walau begitu dapat kurasakan tatapan Vanessa yang berbeda dari biasanya. Dia menatapku dengan sedih, dan aku berusaha mengabaikan tatapannya sebisa mungkin.

"Kakak baik-baik aja?" tanyanya ketika kami sudah sampai di dalam rumah.

"Maksud kamu apa?"

"Soal pertunangan kakak, aku udah dengar kalau Kak Rangga sama Kak Sena nggak lagi bertunangan"

Dari mana Vanessa mendengarnya?, padahal aku tidak mengatakan apapun padanya mengenai hal ini dan aku yakin Mama dan Papa tidak membicarakan hal ini padanya.

"Kakak baik-baik aja kok, lagipula kamu tahu sendiri kan kalau Kak Sena bukanlah perempuan yang kakak sukai"

Vanessa masih tidak mau diam, dia mendekatiku dan menampakkan wajah protesnya seolah kata-kataku sama sekali tidak berpengaruh untuknya.

"Iya aku tahu, tapi apa Kak Rangga bisa bersama dengan perempuan yang kakak sukai?"

"Soal itu tidak perlu kamu pikirkan, biar hal ini menjadi urusan kakak" ucapku dengan telak, Vanessa akhirnya diam walau dia masih tidak puas dengan jawabanku, dia pergi ke kamarnya dengan wajah kesal dan aku sendiri juga kembali ke kemarku mencoba menenangkan diri.

Sebenarnya sejak kapan hal ini bermula? Sejak kapan aku begitu jatuhnya oleh seorang wanita? Apa sejak aku mengenalnya? Atau mungkin sejak senyumnya menjadi sebuah candu yang menggetarkan hatiku?. Aku sendiri tak tahu sejak kapan bisa begitu mencintainya, namun yang jelas dulu maupun sekarang hanya dia satu-satunya wanita yang hanya dengan mendengar Namanya saja hatiku bisa bergetar dan merindu.

Sepuluh tahun yang lalu pertama kali aku melihat sosoknya, sebagai anak lelaki cengeng yang tak mau lepas dari sisi ibuku untuk pertama kalinya aku akhirnya mau bersosialisasi dengan teman sebaya.

Dia bukanlah perempuan paling cantik yang pernah kulihat, namun sayangnya aku selalu merindukan wajah dan senyumannya dimanapun dan kapanpun itu. Persahabatan kami sangatlah erat, dari dia aku juga mengenal sosok Reynalda dan juga sepupunya yang Bernama Sena. Kami berempat menjadi teman yang tak terpisahkan.

Apakah wajar bila anak kecil merasakan perasaan suka pada lawan jenis? Di masa puberku aku mulai merasa getaran yang tak biasa ketika melihat sosoknya, Raquelle Ayudia Harris perempuan tangguh dan penuh energi, semua hal darinya begitu indah dan menawan dimataku.

Namun istana pasir yang sudah kupersiapkan untuknya agar bisa menjadi ratu yang mendampingiku akhirnya runtuh seketika tanpa sisa. Suatu hari Mama dan Papa mengatakan hal yang membuatku tak bisa berkutik, mereka mengatakan akan menjodohkanku dengan Sena demi mempererat hubungan dengan keluarga Harris.

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang