Situasi ini sangat sulit untuk dijelaskan, tepat dihadapanku ada dua orang lelaki dewasa yang saling bertatapan dalam suasana yang tidak nyaman. Tatapan Papi kepada Rangga seakan hendak menelannya bulat-bulat, sedangkan Rangga hanya tersenyum menanggapi tatatan Papi, seolah tidak terganggu dengan intimindasi dari ayahku tersayang tersebut.
Aku sudah mendengar semuanya dari Rangga, akhirnya papi telah membereskan permasalahan antara keluarga Harris dan Wicaksono, dan hubungan kedua keluarga akhirnya mulai membaik. Tapi aku sama sekali tidak menyangka setelah itu bukannya keramahan yang ditunjukkan papi kepada Rangga justru malah tatapan tanda permusuhan. Disini posisiku serba salah, disatu sisi ada ayahku dan disisi lain ada lelaki yang sangat kucintai, aku tak tahu harus membela siapa.
"Pi, ini udah hampir setengah jam loh, sampai kapan papi akan terus menatap Rangga seperti itu?"
Papi mendengus, ia membuang wajahnya dan kini menatapku dengan tak senang, seolah ucapanku sangat mengganggu ditelinganya.
"Apa kamu benar-benar serius mau menikah dengan lelaki itu Rara? Sebaiknya kamu mempertimbangkannya kembali. Dia tidak cocok menjadi suamimu"
"Maksud papi apa? Rangga itu satu-satunya lelaki yang aku cintai, aku sudah mantap untuk menikah dengannya, jadi kumohon berikan restu papi untuk kami"
Rangga berdehem seraya menahan senyum melihat perseteruan kami, sedangkan ayahku kembali menatap Rangga jengkel.
"Ngapain kamu senyum-senyum, kamu pikir ini lucu apa?"
"Bukan begitu Om, saya cuma heran anda dengan entengnya meminta Rara untuk tidak memilih saya, padahal Rara itu cinta mati pada saya, kalau kami tidak jadi menikah nanti Rara bisa jadi gila"
Giliranku yang melotot tajam pada Rangga karena ucapan ngawurnya yang seolah menggambarkanku sebagai perempuan yang tergila-gila padanya. Tapi kalau aku tidak mengikuti permainan Rangga maka akan sulit bagi kami mendapat restu dari papi.
"Itu benar, aku Cuma mau menikah dengan Rangga, kalau papi tidak memberi restu, aku tidak mau menikah seumur hidupku."
"Kalian benar-benar tidak memberi saya pilihan lain" ucap papi frustasi seraya memegang kepalanya, aku berusaha membuat papi menjadi tenang dengan menepuk bahunya beberapa kali.
Bukan tanpa alasan kenapa Papi sulit memberi restunya pada kami, walau kakek tidak keberatan dengan pernikahan kami, tapi papi merasa sangat tidak masuk akal bila mantan tunangan sepupuku malah akan menikahiku. Papi hanya takut hal ini akan mempengaruhi nama baik perusahaan kami.
Aku juga baru mengetahui kalau ternyata Rangga adalah CEO LM Corp asal New York. Ternyata selama ini dia melarikan diri ke New York untuk membangun perusahaan baru dan hidup mandiri tanpa embel-embel nama keluarga Wicaksono. Akhirnya dia sukses besar, perusahaan Rangga telah menjadi salah satu yang terkuat di New York dan kini namanya menjadi buah bibir di masyarakat.
Bukan hanya itu fakta yang mengejutkan, pertemuan Rangga dan Papi beberapa hari lalu di Harris Hotel dalam rangka kerja sama ternyata tidak berjalan mulus. Rangga tidak langsung menyetujui kerja sama dengan papi, dia meminta syarat yang bersifat pribadi yaitu meminta papi untuk mendamaikan keluarga Harris dan Wicaksono baru dia mau melakukan kerja sama.
Tidak ada pilihan lain bagi papi karena Harris Company bila ingin memperbesar jaringan bisnis di New York, maka mau tak mau harus melalukan kerja sama dengan LM Corp. Ya begitulah ceritanya sampai kedua keluarga akhirnya kembali berdamai.
"Aku mohon papi mengerti, Rangga bukan hanya lelaki yang Rara cinta tapi dia adalah belahan jiwa Rara, setelah sekian lama akhirnya kami bisa saling terbuka dengan perasaan kami, jadi berikan restu papi dengan hati yang ikhlas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
Teen Fiction(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...