Aku terus meliriknya yang kini tengah fokus mengemudikan mustang ford kesayangannya itu. Sebenarnya saat ini aku benar-benar penasaran mengapa tiba-tiba Rangga mengajakku pulang bersama, dan bagaimana dia bisa tahu kalau Pak Bondan tidak bisa menjemputku?. Dia tidak menjawab ketika aku bertanya dan karena sibuk melamun aku baru menyadari kalau jalan yang dilalui Rangga bukanlah arah menuju rumahku.
"Bentar deh, ini kan bukan jalan ke rumah gue"
"Emang bukan"
Jawaban santainya memunculkan empat tanda siku di didahiku, dia sendiri yang mau mengantar pulang dan dia juga yang mengingkari ucapannya.
"Bukannya lo mau nganterin gue pulang?"
"Ya iya tapi nggak sekarang, lo harus ikut gue dulu have fun"
Wah keterlaluan, dia jadi seenaknya begitu hanya karena kami sudah berteman kembali. Kalau mau mengajak pergi harusnya dia membiarkan aku mengganti seragamku ini terlebih dahulu.
"Gue nggak bilang setuju ya"
"Nurut aja kenapa sih? lagian gue mau ngajakin lo senang-senang bukannya nyuruh lo bersihin gudang"
Mendengarnya membuatku diam dan pasrah, aku melipat tanganku dan terus memasang wajah cemberut. Menyadariku yang sedang merajuk, Rangga tiba-tiba mengelus rambutku dengan tangan kirinya dan kelakuannya benar-benar membuat terkejut. Refleks aku menyingkirkan tangannya dari rambutku.
"Lo ngapain!"
"Berusaha bikin lo tenang"
Rangga brengsek, bukannya tenang aku malah tambah gelisah karena sikapnya. Bagaimana mungkin dia berbuat seperti itu pada seorang gadis padahal dia sudah punya kekasih sendiri?.
"Jangan gitu lagi, gue nggak nyaman" ucapku berusaha memperingatkannya, sebetulnya bukan karena tak nyaman, tapi karena aku takut lagi-lagi terbawa perasaan dan jadi sad girl galau.
"Nggak nyaman ya..."
Alisku naik mendengar gumamannya, dia seperti bicara pada dirinya sendiri, dan kini pandangannya sudah fokus kedepan pada jalanan dengan wajah serius dan dahi berkerut.
Mustang ford itu berhenti tepat di depan sebuah mall yang sangat terkenal di Jakarta. Aku tidak bisa berkata apa-apa saat Rangga membuka pintu mobil untukku dan mempersilahkanku untuk turun. Ini adalah hal tearneh yang kurasakan darinya, mengapa sikapnya sangat manis padaku?.
"Makasih"
Rangga tersenyum manis lalu menggandeng tanganku memasuki mall, kami berdua masih memakai seragam sekolah dan orang pasti akan mengira kami adalah pasangan yang sedang ngedate sepulang sekolah.
"Ke Timezone yuk" ajaknya kemudian menunjuk area timezone yang cukup ramai.
"Oke deh"
Kami benar-benar bersenang-senang saat ini, aku bahkan sampai melupakan kejanggalan yang selama ini kurasakan akan tindakan Rangga. Berbagai permainan kami coba, seperti bola basket, pistol air, balap mobil, dan lain sebagainya.
Kesenangan masa remajaku seakan telah kembali, aku yang biasanya hidup dalam kepenatan dan dituntut fokus pada tujuan kini seakan telah menemukan jati diriku sebenarnya.
"Main Dance Game yuk"
Tawarannya langsung kusetujui, kami saling berlomba untuk menginjak dance pad sesuai yang diarahkan oleh monitor. Ternyata permainan ini sangat seru, banyak pengunjung lain yang melihat aksiku dalam memainkan permainan ini dan hasilnya aku mendapatkan poin yang sangat tunggi.
"Gimana? gue gg kan?"
Rangga mengacungkan jempolnya padaku setelah melihat poin yang ku kumpulkan, "Mantap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
Подростковая литература(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...