Flower: Eighteen

2.8K 345 44
                                    

Kami saling berpandangan dalam hening, mata perempuan muda yang biasanya selalu berbinar itu berganti tatapan hampa tanpa nyawa. Aku sadar dia baru saja melalui hal yang sangat berat, dan keputusan yang telah dia ambil pastilah membuat jiwanya begitu terguncang. Namun senyum menenangkan yang berbanding terbalik dengan mata hampanya itu telah meruntuhkan keyakinanku kalau dia akan baik-baik saja, saat ini dia sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu Ra?" ucapannya mengakhiri keheningan diantara kami.

Aku memang sengaja datang ke rumah Sena tiga hari setelah dia mengakhiri pertunangannya dengan Rangga, aku ingin memastikan kondisinya yang ternyata memang saat ini dia terlihat begitu rapuh dan lemah.

"Sena, apa lo baik-baik aja?"

"Apa menurut lo gue baik-baik aja? apakah pertanyaan lo itu perlu gue jawab"

Benar, tanpa dia menjawab pun aku tahu bahwa dia memang tidak baik-baik saja, pertanyaan bodohku terasa begitu ambigu untuk situasi ini.

"Kenapa tiba-tiba lo ngambil keputusan kayak gitu Sena? lo udah nggak cinta lagi sama Rangga?"

"Gue jelas masih cinta sama dia, tapi gue sadar kalau nggak mungkin selamanya gue hidup dalam ketidakpastian, Rangga cinta sama orang lain dan selamanya dia nggak akan pernah mencintai gue"

Jawaban macam apa itu, bukannya dia sudah tahu kalau sejak lama Rangga menyukai orang lain? kenapa baru sekarang dia berpikiran dewasa? aku benar-benar tak habis pikir dengan Sena.

"Bukannya sejak dulu lo juga tahu kalau Rangga cinta sama Aira?"

Diluar dugaan Sena tertawa mendengar ucapanku barusan, sebuah tawa yang terjadi karena dia baru saja mendengar sesuatu yang sangat lucu, padahal aku tak yakin kalau apa yang baru saja aku katakan itu adalah sesuatu hal yang lucu.

"Rangga cinta sama cewek munafik itu? lo jangan bikin lelucon kayak gini lagi ya Ra," ucap Sena masih dengan tawa berderai. Aku hanya memandangnya bingung, apa sih sebenarnya yang dia pikirkan?.

"Maksud lo? semua orang tahu kan kalau Rangga dan Aira itu saling cinta, dan gue rasa semua itu udah jadi rahasia umum. Apalagi selama ini lo benci sama Aira karena dia itu adalah cewek yang Rangga cintai kan?"

Sena menepuk bahuku dan berusaha meyakinkanku kalau apa yang baru aku katakan itu adalah sebuah ketidakbenaran.

"Asal lo tahu ya Rara sayang... gue benci sama Aira bukan karena dia adalah cewek yang disukai sama Rangga, tapi karena emang tingkahnya bikin gue enek setengah mati, dia itu tipe cewek sok polos yang bisanya mengandalkan wajah dan ekspresi sok tersakiti buat menarik perhatian cowok-cowok, makanya selama ini gue bully dia buat ngasih pelajaran supaya dia nggak banyak tingkah lagi..."

"Hah? jadi bukan karena Aira adalah pacarnya Rangga?"

"Mereka mungkin emang pacaran, tapi gue yakin banget Rangga nggak pernah cinta sama cewek itu. Sama kayak cewek-cewek lain yang pernah dekat sama Rangga, yang satu ini pun cuma dijadiin mainan sama Rangga"

Wah sepertinya Sena memang perlu diperiksa kewarasannya, apa dia tidak bisa melihat kemesraan antara Rangga dan Aira? dia masih bisa berkata begitu walau hubungan mereka sudah berjalan cukup lama?

"Mereka udah pacaran setahun lebih dan lo masih bilang kalau Aira cuma bahan mainan Rangga? mereka itu saling cinta Sena!" ucapku berusaha menyadarkannya namun lagi-lagi Sena hanya memandangku datar seolah kata-kataku itu hanyalah omong kosong.

"Gue tahu Rangga itu kayak gimana, gue tahu kalau dia selama ini nggak pernah tertarik sama cewek-cewek yang deketin dia terutama sama Aira, makanya gue bertahan jadi tunangannya dan berusaha buat ambil hati dia. Gue kira Rangga udah lupain cinta pertamanya, makanya selama ini gue santai, tapi akhir-akhir gue sadar kalau Rangga nggak pernah lupa sama cinta pertamanya, dia cuma berakting seolah dia nggak peduli sama cinta pertamanya lagi. Dan gue juga sadar kalau gue nggak pernah bisa bersaing sama cewek itu mengingat betapa mengagumkannya dia, dan setelah mendapat nasehat dari seseorang  makanya gue memilih untuk mundur"

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang