Rangga Diary: Part 2

2.5K 308 5
                                    

Aku ingat saat itu Sena merengek tak mau kembali ke Jakarta karena tak ingin membiarkanku berdekatan dengan Aira, sejujurnya sifatnya itu membuatku sangat sebal hingga rasanya ingin menyingkirkan Sena jauh-jauh, kalau saja aku tak ingat bagaimana wajahnya yang pucat semalam. Setelah dibujuk oleh Rey dan Raquelle, akhirnya Sena mau pulang dengan syarat Raquelle tetap bersamaku untuk mengawasiku dan Aira, sungguh tingkahnya sangat kekanakan.

Walau perlu kuakui aku mendapat keuntungan karena bisa Bersama dengan Raquelle lebih lama lagi. Tingkahnya yang canggung ketika kami pergi Bersama ke Desa Sumber Asih sangat lucu, berkali-kali ia saling melontarkan kata-kata sinis dengan Davin dan hal itu sungguh sangat menghibur.

Aku sibuk mengumpulkan sample hingga nyaris tidak memperhatikannya, wajahnya yang bosan ketika menunggu kami di gubuk tua membuatku tak tega, ingin rasanya aku menghampirinya dan menemaninya namun aku sadar bukan saatnya bagiku untuk melakukan semua itu. Bang Farrel menghampiri Raquelle dan mereka terlihat berbincang, entah apa yang mereka obrolkan karena Raquelle langsung pergi menuju utara desa dimana telaga berada.

Bang Farrel mendatangi kami dengan membawa beberapa nasi kotak untuk makan siang. Raquelle tak kunjung kembali, dari sini aku bisa melihatnya yang masih duduk menyendiri memandang telaga.

"Ternyata dia itu anaknya Pak Raditya Harris" ucap Bang Farrel dengan mata lurus memandang Raquelle dari kejauhan.

"Terus kenapa memangnya?"

"Kamu tahu, anak itu pernah mengalahkanku di forum debat KBRI Jepang beberapa tahun yang lalu. Aku masih sering mimpi buruk karena teringat rasa malu yang disebabkan olehnya"

"Beneran nih? Wah nggak nyangka ternyata cewek jahat itu lumayan pintar sampai bisa ngalahin Bang Farrel debat" Ini adalah pujian pertama Davin untuk Raquelle, aku tahu betapa Davin sangat tidak menyukai Raquelle dan bahkan dia sempat menentangku saat aku mengatakan padanya soal perasaanku pada Raquelle.

Kulihat nasi kotak jatah Raquelle yang masih utuh, Mungkin ini memang kesempatanku, berduaan dengannya seraya melihat indahnya telaga, aku bisa memanfaatkan hal ini. Dengan hati berdebar aku menghampirinya dan ekspresinya ketika melihatku sangatlah menarik, kata-kata Rey telah memberiku keberanian untuk terus maju memperjuangkan cintaku walau aku sendiri tak yakin Raquelle memiliki perasaan yang sama untukku.

Dia makan seperti anak kecil, tanganku tanpa sadar terulur untuk membersihkan sisa nasi di pipinya. Bukan hanya dia yang terkejut aku juga merasa begitu, mengapa tangan ini dengan gampangnya melakukan hal sembrono seperti itu? Bagaimana kalau dia merasa risih dan tak nyaman?. Perasaan aneh ketika dia menepis tanganku membuatku merasa sangat buruk, seperti merasa kalah sebelum bertempur.

"Susah banget ternyata..." gumamku dengan hati terluka dan Raquelle hanya menatapku bingung dengan wajah penuh tanya. Ini benar-benar sangat sulit untuk dijelaskan.

Aku berusaha mengalihkan perhatian dengan membahas hal lain, dia begitu memuji Bang Farrel ketika aku mengatakan tentangnya dan hal ini membuatku cemburu, untuk sesaat aku merasa Bang Farrel adalah saingan yang berbahaya.

Dan hatiku yang sedang dibakar cemburu tiba-tiba seperti tersiram air dingin ketika Raquelle mengucapkan kata-kata yang tak pernah kubayangkan, dia menghiburku seperti layaknya seorang teman. Apa ini masuk akal? Bukannya dia membenciku? Memang sejak awal dia adalah orang yang sangat baik, aku tidak perlu meragukan hal itu. Sentuhan tangannya yang memegang bahuku membuat sisi laki-lakiku sedikit bangkit, perasaan cintaku tiba-tiba meluap dan seperti pecundang, aku langsung melarikan diri darinya.

**

Cuaca yang buruk membuat kami tidak bisa kembali ke Villa, Aku tahu Raquelle sangat keberatan dengan keputusanku untuk menginap di desa ini. Tapi demi keselamatan maka ini adalah jalan yang terbaik. Selagi para wanita sibuk membersihkan diri dan berberes di kamar, kami para lelaki duduk Bersama di teras penginapan dan membahas berbagai hal.

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang