Flower: Twenty

2.7K 316 7
                                    

Saat matahari sinarnya masih belum terlalu tinggi, aku sudah berdiri menatap kawan-kawanku dalam perasaan penuh keharuan. Aku tak menyangka mereka benar-benar telah meluangkan waktu untuk mengantarku ke Bandara. Rey, Dara, dan Marvel aku memeluk mereka bertiga bergantian dan Dara tak dapat menahan airmatanya dan memelukku dengan sangat erat.

"Gue pasti bakal kangen banget sama lo Ra"

"Gue juga Dara, lo itu sahabat yang nggak bakal gue lupain"

Rey memberikan pelukan persahabatannya padaku dan melihatnya membuatku begitu terenyuh, sahabatku sejak kecil dan juga teman terbaikku Rey, bagaimana aku akan menjalani hari tanpa melihatnya secara langsung? Aku terlalu terbiasa dengan kejahilannya dan pasti aku akan sangat merindukannya.

"Semoga lo betah disana Ra,"

"Makasih Rey"

Kini aku memandang Marvel, orang yang pernah mengejar dan terang-terangan menyatakan cinta padaku. Dia yang kini telah mencoba move on dariku dan mencoba melihatku sebagai seorang teman.

"Belajar yang rajin Rara, semoga kamu jadi orang yang sukses"

"Gue akan ingat pesan lo Marvel"

Mami dan Papi yang akan ikut mengantarku sampai Tokyo memintaku untuk segera memasuki bandara, tapi aku tidak melihat Rangga disini. Dia sudah berjanji akan ikut mengantarku di bandara tapi sampai sekarang aku tidak melihat batang hidungnya sama sekali.

"Ayo Rara sebentar lagi waktu keberangkatan kita"

"Iya Mi"

Aku melambaikan tangan pada kawan-kawanku dan bersiap memasuki tempat checkin bersama mami dan papi, namun Langkah kami bertiga kompak terhenti ketika suara yang sangat familiar terdengar dari arah belakang.

"Sorry gue telat"

Aku menatap sosok itu tak percaya, dia terlihat seperti baru berlari dan nafasnya tersengal-sengal, padahal aku sudah tak berharap datang tapi Rangga memegang ucapannya untuk mengantarku ke bandara.

"Rangga lo datang?"

"Sorry Ra gue telat, tadi ada masalah sama mobil gue, jadinya gue terpaksa naik taksi kesini"

Mami dan papi menatapku dan mengangguk seakan memberi waktu untukku bicara dengan Rangga, aku senang memiliki orangtua yang sangat pengertian seperti mereka.

"Nggak masalah Rangga, yang terpenting akhirnya lo bisa datang kesini sebelum gue berangkat"

Rangga menarik nafasnya lalu menatapku dengan mata jernih yang selalu membuatku jatuh cinta. Mata itulah yang pertama kali kulihat dari sosoknya bertahun-tahun yang lalu, dan tatapan itulah yang membuatnya menjadi sahabatku.

"Rara... gue harap lo bisa serius belajar dan menjadi orang yang hebat, bahkan meskipun lautan terbentang memisahkan kita, persahabatan ini pasti akan selalu terjalin."

Benar, persahabatan ini jauh lebih berharga dibandingkan hubungan percintaan yang selama ini mengganggu pikiranku. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk serakah ingin mendapatkan cintanya, semuanya kini sudah hilang. Walau cinta ini akan tetap selalu ada di dalam hati, tapi aku hanya ingin menjadi sahabatnya yang selalu berada dibelakangnya ketika dia membutuhkan sandaran.

"Iya gue nggak akan pernah lupa kata-kata lo barusan, persahabatan ini pasti akan selalu terjalin sampai kapanpun"

"Selamat tinggal, dan sampai jumpa lagi. Saat kita berjumpa nanti mungkin situasi diantara kita akan berbeda, bahkan mungkin semuanya nggak akan sama lagi"

Kata-kata itu terkesan sangat aneh dan juga rancu, aku menatapnya dalam kebingungan.

"Maksud lo apa?"

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang