Tak terasa kini kehamilanku sudah menginjak sembilan bulan, tinggal menunggu hari sampai waktunya aku melahirkan buah hatiku dengan Rangga. Selama masa kehamilanku, Rangga menjadi suami yang sangat suportif, dia selalu berusaha membuatku merasa nyaman dengan kondisi perut membesar dan tak segan membantuku mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Rangga benar-benar memperlakukanku bagaikan seorang ratu, walaupun terkadang permintaannya aneh-aneh dan sering membuatku kewalahan menghadapi hormone masa mudanya yang terlalu menggebu.
Kami telah melakukan pemeriksaan ke dokter, dan hasilnya aku dinyatakan mengandung anak kembar. Rasanya sulit dipercaya ada dua nyawa yang kini berada dalam rahimku, dan kebahagiaan keluarga kami pun terasa berlipat ganda.
"Kamu lagi ngapain"
Aku merasakan Tangan kekar dan kuat memelukku dari belakang, dan suara yang sangat manly ini tidak perlu diragukan kalau suara ini adalah milik suamiku.
"Sedang membaca buku untuk calon ibu, aku harus bersiap karena sebentar lagi aku akan menjadi ibu untuk dua anak sekaligus"
Rangga tersenyum lalu ikut duduk disampingku di kursi teras rumah kami, ia mengelus perut besarku dan berusaha berbicara dengan calon anak-anak kami. Apa yang ia lakukan sangatlah berkesan untukku, karena kebahagiaan yang terpancar diwajahnya ketika melakukan itu mampu membuatku terenyuh haru.
"Papa dan mama udah nggak sabar ingin bertemu dengan kalian, lekaskah lahir kedunia anak-anakku" Rangga berbicara didepan perutku, aku tertawa mendengar suaranya yang sengaja dibuat imut karena tidak cocok dengan kepribadiannya.
"Kami juga nggak sabar ingin bertemu dengan papa dan mama" jawabku seolah menyuarakan calon anak-anak kami.
Setelah puas berbincang dengan calon anak-anak kami, Rangga gantian menatapku dengan tatapan manisnya yang selalu membuatku berdebar. Ia memegang kedua tanganku, dan menaruhnya di pipinya.
"Sebetulnya aku takut sekali Rara... kata orang melahirkan adalah hal yang paling berat dirasakan oleh seorang wanita, aku takut melihatmu kesakitan"
"Memang melahirkan itu sangat menyakitkan, tapi rasa sakit itu tak sebanding dengan kebahagiaan menjadi seorang ibu, aku bisa menahannya Rangga, karena aku sangat ingin menjadi seorang ibu"
Rangga menunduk dan memejamkan matanya, aku bisa merasakan rasa takut yang begitu besar darinya. Dan entah mengapa hatiku merasa sangat sedih melihatnya begitu.
"Melihatmu yang sangat kesulitan saat mengandung saja membuatku tak tega, apalagi melihatmu kesakitan saat melahirkan nanti. Aku janji nggak akan pernah menyakiti kamu karena aku tahu beratnya perjuangan kamu untuk mengandung dan melahirkan anak-anakku"
"Aku tahu kamu pasti menepati janjimu Rangga, karena kesetiaan dan juga cinta kamu untukku sudah pernah kurasakan sendiri. Kamu adalah laki-laki yang tepat untukku, dan aku merasa sangat bersyukur memilikimu sebagai suamiku"
Mendengar ucapanku, Rangga tersenyum lalu memelukku dengan sangat erat, seolah rasa takutnya kini telah hilang berganti dengan harapan untuk masa depan kami semua.
"Ya, kita akan terus bersama sampai maut memisahkan, semakin hari rasa cintaku padamu semakin besar. Kita akan bersama membesarkan anak-anak kita dan juga menghabiskan hari tua bersama"
Tentu saja harapan itu akan kami laksanakan dengan baik, karena cinta kami begitu kuat. Aku akan berusaha dengan keras untuk tetap menjadi istri yang sempurna untuknya, dan juga menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku kelak.
**
Rangga sudah tidak lagi melakukan pekerjaan di kantornya dan lebih memilih untuk mengerjakan semuanya dari rumah. Itu semua dilakukannya agar tetap menjadi suami siaga jika sewaktu-waktu aku merasakan kontraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
Fiksi Remaja(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...