Banyak orang mengira mempersiapkan acara pernikahan itu semudah membalikkan telapak tangan. Padahal perlu banyak usaha dan juga pengorbanan untuk mempersiapkan semuanya. Dulu aku adalah salah satu dari banyaknya orang yang memandang mudah hal itu, tapi saat merasakannya sendiri ternyata mengurus persiapan pernikahan sangatlah melelahkan.
Satu bulan yang lalu, para orangtua sudah membicarakan mengenai pernikahanku dengan Rangga, dan mereka semua sepakat untuk mengadakan acara pernikahan tepat dua minggu lagi. Dengan waktu yang lumayan mepet, aku dan Rangga berniat untuk mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan dari wedding organize. Kami memang ingin merasakan sensasi mengurus acara pernikahan sendiri agar menjadikan acara ini semakin berkesan.
Tapi walau sudah memantapkan tekad untuk menyiapkan semuanya sendiri, berbagai kendala selalu saja datang. Entah itu karena jadwal kerjaku yang sibuk, atau Rangga yang harus bolak-balik Jakarta-New York karena dia belum mengurus perpindahan kantor pusat LM Corp menjadi di Jakarta. Kendala itu membuatku sangat jengkel dan tertekan, memang benar kata orang kalau cobaan sebelum menikah itu banyak sekali datangnya.
Hari ini aku berniat untuk mencari cincin pernikahan di toko perhiasan ternama yang ada di Jakarta, aku mengemudikan mobilku sendiri menuju toko itu sedangkan Rangga akan menyusul sebentar lagi karena dia masih ada rapat di hotel keluargaku untuk mempercepat pemindahan kantor pusat perusahaannya.
"Miss Raquelle Harris, cincinnya sedang kami persiapkan, anda bisa duduk disana sembari menunggu"
Seorang karyawan toko mendekatiku dan menyapa dengan ramah, aku memang sudah menghubungi toko ini jauh-jauh hari, dan beberapa contoh cincin pernikahan karya designer ternama akan segera ditunjukkan padaku, sehingga aku bisa memilih design yang ku sukai.
"Baik, terima kasih ya"
Karyawan itu kembali ke dalam dan aku duduk menunggu dengan sedikit bosan, Rangga belum juga tiba mungkinkah dia terjebak macet? Jam segini memang Jakarta sedang macet-macetnya, tak heran bila Rangga juga terjebak macet.
"Loh Rara? Kamu disini?"
Aku mengalihkan pandanganku dari phonsel untuk melihat wajah orang yang menyapaku, wah tak disangka aku bertemu Marvel disini, sepertinya dia juga sedang berniat membeli perhiasan.
"Marvel? Hey kebetulan banget kita ketemu disini"
"Iya, sebentar lagi Aira ulangtahun jadi aku berniat mencari kalung untuk hadiah, kamu sendiri ngapain disini?"
Marvel dan Aira sudah menikah tiga minggu lalu, aku menghadiri acara pernikahan mereka, namun Rangga tidak datang karena saat itu dia sedang berada di New York.
"Gue mau cari cincin buat acara penikahan gue sama Rangga"
"Oh ya? Nggak nyangka akhirnya kalian bakal menikah juga, walaupun aku udah yakin sih kalian akan berjodoh"
Marvel yang dulu begitu menyukaiku pun bisa sadar dengan perasaan Rangga untukku, tapi aku malah tidak sadar akan perasaan Rangga sampai dia mengatakannya langsung padaku. Miris juga kalau diingat-ingat kembali soal masa lalu, bagaimana dulu aku hanya bisa memendam perasaanku untuk Rangga karena berpikir kalau Rangga tidak pernah menyukaiku.
"Nggak ada nyangka kok kalau gue sama Rangga itu bisa sejauh ini, kalau ingat dulu gimana hubungan kami yang terlalu absurd, bikin gue sulit menerima kalau semua ini kenyataan, semuanya kayak mimpi"
Marvel tersenyum dan ia menepuk bahuku memberi semangat, namun obrolan kami terganggu dengan suara deheman seseorang tepat di pintu masuk toko.
"Rangga.. akhirnya kamu datang juga"
Rangga hanya tersenyum sekedarnya padaku, lalu ia beralih menatap Marvel dengan pandangan tak senang. Jangan bilang kalau dia masih belum bisa berbaikan dengan Marvel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Rain
Teen Fiction(Beberapa part di unpublish karena dalam proses penerbitan) Bayangkan kisah ini sebagai novel romantis yang sering kalian baca. pemeran utama pria yang pintar, tampan dan kaya. pemeran utama cantik, tapi bukan berasal dari kalangan berada. dan pemer...