Flower: Epilog

3.1K 212 2
                                    

(Warning!!! 15+++)

Malam ini terasa sangat berbeda, jantungku berdebar kencang mengetahui kalau sekarang adalah malam pertamaku sebagai istrinya. Seusai resepsi, aku dan Rangga memang berniat untuk menginap di kamar hotel tempat acara resepsi dilangsungkan. Tapi aku izin duluan ke kamar untuk mandi dan mengganti gaun pernikahanku dengan piyama santai, sedangkan Rangga masih ditahan oleh para orangtua untuk mengobrol bersama.

Aku melirik jam yang menunjukkan pukul sebelas malam, Rangga belum juga kembali, tapi rasa cemasku terlalu mendominasi, aku merasa malu sendiri menyadari apa yang bisa dia lakukan padaku malam ini. Sebelum menikah kami paling jauh hanya berpelukan, Rangga tidak pernah menciumku sebelumnya karena dia ingin kami berciuman saat resmi menjadi suami istri. Dan rasanya gugup membayangkan apa yang akan terjadi padaku, pipiku memerah karena sangat gugup menantikan suamiku tercinta.

"Kenapa lama sekali sih?" gumamku kesal, aku melihat bayanganku di kaca. Tadinya aku ingin memakai piyama tapi ternyata di koperku penuh akan potongan kain kurang bahan yang begitu tipis. Maka dengan terpaksa, aku memakai lingerie itu yang kulapisi kimono handuk untuk menyembunyikan pakaian tipis ini.

Tiba-tiba aku mendengar suara pintu yang terbuka, Rangga memiliki kartu untuk membuka kunci kamar ini. Dan benar saja dia saat ini berdiri didepanku dengan wajah lelah, dan juga setelan jas pengantin yang lengkap.

"Maaf ya aku lama, tadi aku ditahan sama rekan bisnis papa buat ngobrol"

"Iya, nggak apa-apa"

"Oh kamu udah mandi" Rangga menatapku yang memakai kimono handuk dan rambut yang basah, aku mengangguk mengiyakan.

"Udah, kamu mandi dulu sana, pakaian ganti udah aku siapin" ucapku menyuruhnya mandi dan menyerahkan celana tidur dan kaos pendek berwarna putih untuknya.

"Kamu memang istri yang baik"

Selepas Rangga memasuki kamar mandi, aku tidak bisa lagi mempertahankan wajah tenangku. Ini semua semakin dekat, apa yang harus aku lakukan sekarang? Rasanya jantungku akan lepas karena saking gugupnya. Bahkan suara air yang mengguyur tubuhnya bisa aku dengar dari sini, menambah rasa gelisah dihatiku.

Rangga keluar dari kamar mandi memakai baju yang kuberikan padanya, tangannya yang kini memegang handuk untuk mengeringkan rambutnya terlihat sangat seksi. Aku menelan ludahku karena tak percaya bisa berpikiran semesum ini, tapi aku tak tahan lagi melihat tatapan intens Rangga padaku yang begitu membuatku tersiksa karena malu.

"Kamu mau tidur pakai kimono handuk?"

Bodohnya aku, kalau aku membuka kimono handuk ini dia bisa melihat lingerie yang kupakai. Apa yang harus aku lakukan, aku merasa malu sekali memakai pakaian semacam ini didepannya.

"A..aku.. itu.."

Alis Rangga naik mendengar suaraku yang terbata-bata, ia tersenyum menggoda melihatku yang begitu gugup. Sial sekali, kenapa wajahnya malah terkesan menggodaku?.

"Mau aku bantu buka?"

Rangga memegang lengan kimono ini, dan aku langsung tersentak merasakan sentuhannya.

"Apa?... Rangga kamu.." suaraku berubah menjadi seperti orang yang berbeda, dan seketika wajah Rangga berubah.

"Kamu ini benar-benar..." gumamnya dengan nada seperti menahan sesuatu.

Tak ada senyum diwajahnya, ia menatapku tajam seperti predator yang menemukan mangsanya. Perlahan wajahnya mendekat, dan aku bisa merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Aku terpaku merasakan ciuman pertamaku yang terasa sangat lembut ini, ia menggerakkan bibirnya dengan intens, ciumannya terasa sangat memabukkan dan aku memejamkan mataku membalas ciumannya.

Flower in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang