Selamat Membaca!
"Kak Yuta..."
"Maaf, Hinara."
"Kak! Gak bisa kalo kakak ngasih aku kesempatan lagi? A-aku, bakal jadi calon kakak!"
Air mata gadis yang diduga bernama Hinara itu mengalir secara tiba-tiba, dan akhirnya Yuta pun tak sanggup untuk menatapnya lagi.
"Udah telat, Nara. Kakak udah dipilihin calon, kamu juga harusnya gak boleh ngejalin hubungan sama kakak, umur kita kan-"
"NARA GAK PEDULI KAK!" tegas Hinara.
Yuta kembali terdiam dan tak melanjutkan ucapannya barusan. "Ayo pulang aja. Udah malem," ajaknya.
Hinara sudah berusaha untuk menatap laki-laki didepannya itu, namun entah mengapa dadanya terasa sakit sekali. "Kak," panggil Hinara.
"Maaf, Nara," lirih Yuta.
"Kalau emang gak bisa... Hi-Hinara boleh m-minta pelukan buat yang terakhir kalinya?" pinta Hinara disertai dengan senggukan kecilnya.
Yuta terdiam, pertanda bahwa ia mempersilahkan mantan kekasihnya itu untuk memeluknya dengan selama beberapa menit.
Entah kenapa pelukan terakhir ini terasa lebih hangat dari biasanya, padahal Yuta sudah menyakiti perasaan Hinara.
Lalu secara perlahan, Yuta melepaskan dekapan hangat tersebut. Hinara tidak menyegah perlakuan Yuta, dan kali ini ia hanya ingin mencoba menerima kenyataan. "Makasih kak, dan Maaf," cicit Hinara, dan tentu saja masih terdengar oleh pendengaran Yuta.
"Ayo kakak anterin pulang," ajak Yuta. Ia sengaja berpura-pura tak mendengar apa yang Hinara katakan tadi.
"Gausah kak. Aku butuh waktu. Aku mau pulang sendiri."
Hinara melangkahkan kakinya dengan cepat agar segera pergi dari taman tersebut. Bahkan Hinara sampai berlari dengan sekuat tenaga agar Yuta tak bisa menahannya lagi.
"Watanabe Hinara!" panggil Yuta.
"HINARA!!!!" Yuta berteriak dan mengejarnya.
Tapi hasilnya nihil. Hinara sudah pergi jauh dan menghilang di perbelokan sana. Sehingga ia tak mungkin mendengar panggilan Yuta.
"Kakak minta maaf, Nara.." gumam Yuta yang saat itu sudah mulai berkaca-kaca dan melepas gelang pemberian Hinara.
Gelang manik-manik yang terbuat dari kayu dengan motif yang unik itu ia genggam dengan kedua tangannya, setelah itu Yuta mengecupnya pelan.
Tanpa pikir panjang, Yuta pun mengubur gelang tersebut di dekat ayunan.
"Maaf."
. . . . .
Malam ini, Asahi sedang berjalan santai menuju kediaman seorang Watanabe Haruto yang sudah dianggap sebagai bestie sekaligus adiknya sendiri.
Entah ada angin apa tiba-tiba Asahi mager bawa kendaraan, males ngeluarinnya katanya. Padahal jarak rumah mereka tuh bukan main jauhnya. Tapi Asahi tetep nekat dan lebih milih buat jalan kaki aja, biar sehat dan semoga kakinya berotot.
Kalau pulangnya gampang, tinggal minta anter ayang Jaehyuk. Hihi.
Asahi tidak akan lupa soal makanan sama soda-sodaan. Kenapa? Karena temen-temen bau azabnya itu terus-terusan ngespam Asahi agar ia tak lupa. Jadi, sebelum sampai kerumah Haruto, mau tak mau Asahi harus mampir ke minimarket sebentar sambil istirahat dibawah AC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fanfiction[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...