Seperti biasa, sebelum melangkahkan kakinya lebih jauh, ia selalu menaruh sepatu pada rak yang berada didekat pintu depan."Abis darimana?" tanya Hinara yang sedang berdiri didepan sana.
Asahi tersentak kecil dan menatap seorang cewek didepannya dengan seksama.
"Gak mau jawab? Yaudah. Bukan hak aku juga sih." lanjut Hinara lalu pergi menuju kamar Asahi.
Kemudian Asahi melanjutkan langkahnya dengan santai, ia mengambil handuk berniat untuk mandi sebelum tidur.
Hinara mengabaikannya dan hanya memainkan handphonenya sesekali tertawa ketika melihat-lihat for your page dari Tiktok.
Sejak bertemu dengan Yuta beberapa jam yang lalu, Hinara menjadi lebih sedikit bahagia dari hari sebelumnya. Setidaknya ia berharap dihari selanjutnya ia bisa melupakan seluruh masalahnya.
Sampai Asahi keluar dari kamar mandi pun Hinara masih memainkan handphonenya dengan mata sayup sampai hampir ketiduran.
Asahi dengan kaos putih dan rambutnya yang masih setengah basah itu merangkak menaik keatas kasur. Kemudian Hinara menatapnya aneh.
"Loh?"
"Apa?"
"Ngapain naik kesini?"
"Ini kan kasur aku."
Selama ini Asahi memang selalu tidur di sofa kamar, awalnya memang sedikit timbul rasa kasihan, namun pada akhirnya Hinara sendiri malah tidak tahu diri.
Salah satu tetesan air dari rambut Asahi mengenai wajahnya, membuatnya sadar dan terduduk.
"Keringin dulu rambutnya, ih!" perintah Hinara.
"Males." balas Asahi dan segera menidurkan tubuhnya, namun Hinara menahan kepala Asahi sebelum mengenai bantal.
"Gue gak mau ya bantal pada bau cuma gara-gara lo ga ngeringin rambut! Keringin dulu napa ih!" protes Hinara.
Asahi kembali terduduk, "Bahasa." singkatnya.
"Ya makanya! Keringin dulu! Itu handuk di leher buat apa? Mau aku cekik pake itu?"
Asahi menghela nafas panjang. "Keringin."
"Hah?" kaget Hinara.
"Keringin, rambut aku." pinta Asahi sekali lagi.
Hinara segera beranjak dan mendorong bahu Asahi agar turun dari ranjang, "Langsung tidur aja deh sono disofa! Selimut pada basah nih jadinya!" ucapnya.
Usaha Hinara sia-sia karena Asahi menahan tubuhnya sendiri, tapi ia tak menyerah sama sekali walaupun Asahi tak bergerak sedikitpun.
"Asaahii ihhh!! AHH!!"
Namun tiba-tiba Asahi menghilangkan semua pertahanannya, dan Hinara yang masih mendorongnya itu tiba-tiba hilang kendali dan membuatnya terjatuh menindih tubuh Asahi yang sudah terbaring dikasur.
Dengan posisi seperti sedang berpelukan itu, jantung siapa yang masih bisa tenang? Hanya Asahi. Walaupun sudah bersentuhan, Hinara tak merasakan detakan apapun yang berasal dari tubuh Asahi. Apa dia robot?
Hinara mencoba mengangkat tubuhnya sendiri. Siku kanannya yang berposisi disamping telinga Asahi sudah kokoh menjadi tumpuan.
Kepala Asahi yang semula menoleh ke kanan tiba-tiba menoleh ke arah Hinara yang berada diatasnya. Meneliti setiap inci wajah Hinara yang sudah merah padam, ia tersenyum kecil.
Rasa menggelitik mulai menerpa lehernya ketika Asahi menghembuskan nafasnya dengan teratur. Aroma maskulin bercampur mint dari tubuh Asahi mulai menghiasi pikiran Hinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fanfiction[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...