My Brother's Friend [END]

[ 35. ] Teleponan Yuk? (end)

Asahi

mau telponan g?
btw kita gapernah telponan y?

Apasi sa? Kok dadakan?
Ya gapernah lah anjir. Orang nempel mulu
Sekalinya telpon kalo butuh doang
Cih, kek fake pren.

gatau, pngn denger suara kamu aja

Tiap hari kan denger?

suara ditelepon maksudnya..

Gangguan lambung ya kamu?
Masa sampingan gini mau telpon segala?
Sinting.

. . . . .

Hinara menoleh pada Asahi yang terbaring disampingnya, ia menatap handphonenya sembari tersenyum kecil. Seketika membuat Hinara bergidik merinding.

"Sinting beneran ya kamu?" tanya Hinara.

Tatapan Asahi pun teralihkan. "Iya. Mau nyoba ga?"

"Ck. Aneh banget. Tapi kamu dari ruang depan ya, aku tetep diem disini."

"Iya.."

"Emang napasih tiba-tiba?"

"Nyoba aja."

"Jangan bilang kita bakal ldr lagi?"

"Engga. Aku kan gabisa jauh dari kamu. Nanti kalo aku keluar, kamu aku sakuin sekalian."

"Heleh. Bucin. Tapi kan aku kuliah?"

"Ya makanya jangan males-malesan, biar wisuda bareng aku tahun ini. Bisa ngebut ga nih?"

Hinara mencebikkan bibirnya, ia bersandar pada sandaran ranjang dibelakangnya. "Ck. Magang aja belom. Gabisa deh kayaknya. Mana mengandung juga, nye-"

"Shut. Jangan bikin aku nyesel udah ngelakuin itu."

"Aku nyesel."

"Tuh."

"Nyesel banget. Kenapa ga dari awal pas malem pertama aja ngelakuinnya, cakep banget lagi tempatnya."

Asahi memalingkan wajahnya. "Enak ya ngomongnya? Aku sampe sekarang aja masih bersalah. Ngerasa kayak ini bukan waktu yang tepat."

"Tapi bakalan berusaha jadi yang terbaik kan?"

"Yaiyalah."

"Kalo gitu, beliin aku nasi goreng."

"Oke."

"Tapi, nasinya 3/4 dari piring, asinnya 80%, pedesnya 15%, gurihnya 5%. Pake minyak telon, pake seafood, pake mozarella parut tapi harus tetep kotak, gaboleh meleleh. Sayurnya dikit, sama batangnya, gaboleh dipotong. Bawanya harus pake tangan kanan Haruto, biar ketularan ganteng."

"Ra?"

"Hm?"

"Pake minyak telon? Biar apa? Biar lambung kamu bau bayi?"

"Hafalin aja deh. Cepet beli sono."

"Telponannya?"