[ 27 ] "Widih CEO? Bagi duit dong."

2.7K 363 201
                                    

Satu bulan kemudian...

Semua orang mulai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dimulai dari mendekorasi sampai mengatur urutan acara, semua dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dengan bagiannya masing-masing.

"Permisi Tuan Asahi, anda memiliki rencana menjemput Nyonya Hinara pada jam 1 siang." ucap seorang Kepala Maid yang memang sengaja ikut serta dalam persiapan di acara ini.

Asahi mengangguk, ia sedang fokus mengamati sekitar ruangan beserta dekorasinya. Unsur keestetikan adalah unsur yang paling penting untuk indra penglihatan Asahi, terlebih lagi ini acaranya.

Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 11 siang. Rencananya, setelah makan siang ia akan menjemput istrinya setelah sekian minggu tak berjumpa

"Biar saya yang melakukannya, Tuan Muda." ucap Mr. Kanemotoㅡ yang kerap dipanggil Yoshi. Apa ia terlihat berbeda dari yang sebelumnya? Benar, ia selalu merubah cara bicaranya sesuai dengan situasi.

Asahi menoleh pada Yoshi, "Gausah. Saya saja, sekalian temu rindu." ucapnya.

Yoshi tersenyum geli. Teman yang sempat ia kira 'menyimpang'ㅡkarena memang seperti tak ada minat pada hal berbau perempuan, ternyata bisa dimabuk cinta seperti ini.

"Tak salah lagi. Tuan benar-benar dibuat mabuk olehnya."

Asahi tersenyum. "Dia tak memiliki kandungan alkohol, namun dapat membuat saya mabuk."

"Tuan, coba sentuh kemeja saya, bulu dada saya sudah berdiri menegang saking merindingnya."

"Apa-apaan kamu, Yosh! Lebih baik cari pasangan sana! Sepertinya kamu sangat butuh belaian."

Yoshi tertawa renyah, lelucon Asahi memang fakta. Walaupun bukan menikah, setidaknya ia memang ingin memiliki pasangan.

Entah kenapa terasa sulit untuk membuka hati bagi dirinya setelah cintanya yang kandas beberapa tahun lalu, tepatnya saat Yoshi memberikan kancing keduanya pada seorang gadis saat acara kelulusan SMA.

Yang parahnya, sampai saat ini gadis itu tak kunjung memberi kabar apapun padanya.

"Udah dapet kabar dari cewek yang lo kasih kancing?" tanya Asahi tiba-tiba, hingga membuyarkan segala lamunan Yoshi.

"Belum. Gua udah ga bisa bergantung nunggu diaㅡeh, maaf. Jadi informal kan."

"Santai. Gak bakalan ada yang marahin ini."

"Santai, santai. Yang ada bawahan yang lain pada ngikutin pake informal. Nanti siapa yang salah? Saya lah."

Asahi tertawa lalu menepuk bahu Yoshi, "Mantap, dari dulu tata krama panutan saya belum pernah mengecewakan. Hahaha."

"Siap, Tuan. Hahaha."

. . . . .

Sesampainya di bandara, Asahi dan Yoshi menunggu kedatangan Hinara. Karena Asahi tidak bisa sembarang keluar, mereka memutuskan untuk menunggu dari dalam mobil.

Tak lama kemudian ia menatap seorang gadis berjalan sambil menuntun kopernya. Gadis itu adalah Hinara, namun ia datang dengan seorang cowok.

"Eh? Dia sama siapa?"

"Santai, Yosh."

Ketika mereka semakin mendekat, Asahi dan Yoshi pun keluar dari mobil, berniat menyambut kedatangan mereka terlebih dahulu.

"Sa.. Huh." keluh Hinara saat berada dihadapan Asahi, kopernya segera Yoshi masukkan kedalam bagasi mobil.

Kepala Hinara segera bersandar pada dada sang suami. Asahi pun panik dan memegang kedua bahu Hinara. "Eh, ada apa, To?" tanyanya pada seorang cowok tersebut.

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang