"Pengen yang ituuu." pinta Hinara sambil menunjuk cupcake yang dipegang Haruto.Haruto pun misuh-misuh melindungi cupcakenya yang hampir direbut oleh kakaknya sendiri.
Benar-benar tidak punya hati.
"Kak! Itu disitu banyak! Ngapain ngambil yang ini sih?!" sewot Haruto.
Asahi hanya terdiam, ia bingung harus melakukan apa pada mereka. Selain itu, banyak tamu yang bergantian mengajaknya mengobrol hingga membuat perhatiannya teralihkan.
"Yang ini toppingnya lucu! Haruto ambil baru ajaaa." rengek Hinara ditengah keramaian.
Haruto menyumpal mulut Hinara dengan cupcake tersebut. "Berisik banget, kak. Ntar orang pada ngira gua gandeng orang gila kesini."
Bibir Hinara ternodai oleh krim dari cupcake tersebut, matanya menatap sinis Haruto. "Pen muntah asli. Balik aja deh lu! Baru nyobain harta Asahi berapa jam aja udah gatau diri." ketusnya.
"Cih. Gue udah nyoba lebih dulu dari elu, kak. Gausah norak."
"Bacot. Makasi cupcakenya btw."
Kemudian Asahi datang sambil membawa tisu, ia tersenyum kecil namun lesung pipinya sudah terbentuk.
"Berantemnya harus banget disini?" tanya Asahi yang susah payah menahan tawanya.
Tangan Asahi menarik pinggang Hinara dan membersihkan sisa krim dibibirnya, "Udah capek ya? Mau pulang sekarang?"
Hinara hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian Asahi segera menggandeng pergelangan tangan Hinara dan mengajaknya pulang.
"Bucin.. Bucin.." ucap Jaehyuk yang kebetulan mendapati dua manusia sedang berjalan keluar dari ruangan itu.
"To! Sini gabung!" teriak Mashiho, Haruto menoleh. "Ga, bang! Gua balik aja. Besok jangan omdo ye."
Jaehyuk menghampiri Haruto. "Dengerin kata gua, lu jangan balik dulu kalo gamau ngedenger suara setan dirumah Asahi."
Bulu kuduk Haruto langsung bergidik, ia memang sensitif terhadap hal yang berbau makhluk halus.
"Emang ada?" tanya Haruto.
"Ada bege. Lu jangan lewat depan kamar kakak lu kalo gak mau denger. Gua ingetin nih. Kalo lu ngeyel, terserah."
Ekspresi Mashiho terheran-heran, "Lu ga usah ngedongeng gitu. Kesian, ntar dia beneran muter jalannya, mana gelap."
"Tapi kan, bang. Kalian berdua kan juga pada nginep disana." tanya Haruto.
"Beda lagi, kamar gue sama Mashi kan ga ngelewat kamar Hinara. Kita mah jalur aman."
"Idih? Bisa gitu?"
"Gausa banyak tanya, Har. Nurut aja apa kata Jae. Kalo mau nginep dikamar gua aja." kali ini Mashiho mendukung, dia baru 'ngeh'.
Jaehyuk menatap Mashiho, Anjay, paham juga lu? , lalu Mashiho mengangguk, Iyalah bego. Lu kan yang ngasih?
Haruto hanya menatap keduanya dengan penuh pertanyaan, Apaan si, kok cuma gua gatau apa-apa? Napa lagi Bang Jae nyengir gitu? Gua diprank kali ya?
Haruto cuma mau ngingetin, kalo temenan itu jangan bertiga. Kasian, pasti ada aja salah satu yang kesepian.
Kayak dia.
. . . . .
(⚠ perhatian! yang blm legal skip aja 😤)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fanfic[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...