[ 10. ] His Friends

2.6K 400 15
                                    


"Sekian pelajaran dari bapak. Silahkan istirahat." ucap Yuta setelah merapihkan buku-bukunya.

Sebelum Yuta pergi keluar kelas, "Pak! Pak! Tunggu sebentar!" panggil Haruto.

Yuta tau siapa yang memanggilnya, adik dari mantan kekasihnya itu memerintahkannya untuk menunggu. Ia tidak heran. Setelah beberapa hari tidak mengajar, pasti Haruto sedang menunggunya dengan sebuah pesan. Atau mungkin hanya jadi pengantar pesan dari kakaknya.

"Pak, selamat atas pernikahannya." ucap Haruto. Ya, setidaknya ia mengucapkan kalimat selamat dulu.

Yuta mengangguk dan tersenyum. "Makasih, Haruto." ujarnya.

Kemudian Haruto memberikan dua plastik berisi kotak yang dibungkus dengan kertas kado. Yuta yakin ia sudah banyak menerima hadiah hari ini, bahkan dibawah meja kerjanya sudah penuh. Mungkin nanti sore ia akan kesulitan pulang kerumah karena saking banyaknya.

"Yang ini dari kita sekelas. Yang ini dari Kak Hina. Katanya makasih udah jadi bagian dari hidup kakak." jelas Haruto.

Tangan Yuta menerima kedua hadiah tersebut, "Ohiya, makasih banyak ya buat kalian, juga ke kakak kamu. Gimana kabarnya? Kakak kamu?" ucap Yuta.

"Iya pak. Sama-sama. Saya juga gatau, tapi kayaknya keadaan Kak Hina lebih baik daripada ekspetasi saya pak. Hehe." kata Haruto disertai kekehan.

Tapi itu semua bohong. Nyatanya Hinara masih galauin mantannya dirumah suaminya. Parah ga sih? Apalagi kalo lagi nonton drama sendirian, terus Asahi lagi keluar.

Nambah histeris nangisnya.

Yuta sempat menelaah perkataan Haruto dulu, "Kok gatau? Kan kalian serumah." herannya.

"Oh, itu. Kita udah ga serumah lagi pak soalnya. Kan Kak Hina udah-"

"JANGAN BOCORIN KE SIAPA SIAPA KALO GUA UDAH NIKAH! APALAGI KE KAK YUTA! KALO DIA SAMPE TAU, HIDUP LO GAK BAKAL TENANG!"

Seketika Haruto langsung bergidik ngeri ketika kalimat kakaknya mulai terlintas di pikirannya.

"Udah apa?" tanya Yuta.

"Udah- udah pisah rumah. Kak Hina udah ga tinggal dirumah lagi, Pak." sambung Haruto.

Tapi bola matanya terus-terusan melirik kesana-kemari. Ia takut Yuta akan curiga.

"Ohh.. Gitu.. Yaudah, nanti kalo ada kesempatan buat ketemu, salamin ya. Saya bakal gunain hadiah dari kakak kamu dengan baik." ucap Yuta.

"Iya pak. Semoga langgeng ya pak. Saya istirahat duluan." izin Haruto.

Yuta tersenyum ramah, "Iya, cepat sana. Nanti keburu bel masuk. Jangan bolos." titahnya.

   . . . . .


Hinara sedang mencuci piring bekas makan malamnya dan menatap Asahi yang sudah siap keluar dengan sweater rajutnya.

"Mau main?" tanya Hinara.

"Iya mau beli makanan, sekalian nungguin Ruto katanya mau kesini." ucap Asahi.

Ekspresi Hinara langsung masam seketika. Ia buru-buru menghampiri Asahi. "Jangan deh, Sa. Plis jangan nanti rumah lu hancur gegara dia gimana?" ucap Hinara yang tentu saja panik.

Dia gak mau harga dirinya di mata Asahi ternodai hanya karena dia berantem sama Haruto dirumah orang lain.

Sejauh ini keadaan rumah tangga mereka baik-baik saja. Mereka lebih banyak melakukan aktifitas masing-masing, seperti Hinara yang selalu sibuk kuliah, dan Asahi yang lebih sering ke perusahaan papanya.

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang