[ 31. ] Halo, Fukuoka.

2.5K 358 86
                                    


Perjalanan yang melelahkan. Karena terlalu banyak merenung, Asahi sampai tertidur dimobil ketika sedang dalam perjalanan menuju kampung halaman keluarga Watanabe yang terletak di Fukuoka, Jepang.

Papa dan Mama Hamada pun turut ikut serta dalam perjalanan kali ini. Mereka juga ingin melaksanakan upacara kematian yang terakhir untuk menantunya.

Sejak kemarin, Asahi pun belum memasukkan sesuatu kedalam perutnya. Yoshi beberapa kali menawari makanan, namun ia menolaknya, katanya nafsu makannya hilang walaupun lapar.

Bersyukur karena Mr. Kanemoto selalu bersedia disamping keluarga Hamada, yang selalu dapat dipercaya dan diandalkan. Bahkan Yoshi lebih sering berada disisi keluarga Hamada daripada dengan keluarganya sendiri.

"Yosh, sampe dimana?" tanya Asahi yang tiba-tiba terbangun.

Kepala Yoshi menoleh kebelakang, "Fukuoka. Bentar lagi sampe, harusnya." jawabnya dengan santai.

Asahi mengangguk kecil, lalu kembali menyenderkan kepalanya pada jendela mobil. Ia menatap jalanan yang belum ramai karena matahari sendiri pun belum sepenuhnya terbit menerangi kota ini.

"Yosh." panggil Asahi lagi.

"Apa?"

"Menurut lo, keluarga Kanemoto enaknya diapain?"

"Enaknya dikasi duit sih, pasti seneng dah keluarga gua. Mayan nambah rejeki."

"OY SALAH SEBUT! Keluarga Nakamoto maksud gua."

"Kata gua si, cabut dah semua otaknya, eh, hartanya. Jadiin tukang cilor keliling di Osaka."

"Hahahaha. Yang bener, gua serius."

"Apa ya? Gua juga gatau masalahnya. Gua kan anti dendam orangnya, cinta damai, cinta usus, minum extrajoss biar LAKIK."

Sisa tawa kecil dari Asahi yang sudah tak kuat dengan ucapan Yoshi, "Udah.. Udahan dulu lawaknya, Yosh. Masa gua ganteng-ganteng receh?" ucapnya diselingi kekehan.

"GGR sial, ganteng-ganteng receh."

Asahi menegakkan tubuhnya, "Jadi kata lu gua ganteng?"

"Ya tapi masih gantengan Papa lo si.. Ahahaha, canda. Ehiya lupa, dah turun jabatan, jangan potong gaji gua, Sa."

Ekspresi Asahi yang sempat menyuram pun ikut tertawa kecil, "Gua kasih gaji temen aja dah."

"Unpren kita, Sa. Ga mau gua temenan ama lu lagi. Apa-apaan!?"

"Ahahahaha. Candaa. Goblok sumpah."

"Tawa mulu, dah sampe nih."

Mama dan Papa Hamada pun ternyata sudah bangun sejak tadi, juga sempat mendengar percakapan mereka berdua. Yoshi jadi malu sendiri.

Keempatnya turun dari mobilㅡkecuali supir pribadi merekaㅡ dan berjalan menuju pintu utama yang cukup tinggi. Walaupun rumah ini terlihat sedikit kuno, namun tetap terawat dan tertata rapih.

Asahi mengetuk salah satu pintu beberapa kali. Sebenarnya mereka sudah siap dengan pakaian serba hitam, termasuk Asahi yang sejak kemarin memakai setelan jas hitam.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, menampilkan wujud Mama Watanabe dengan penampilan rumahannya. Ia terlihat terkejut.

Keempatnya segera membungkuk hormat untuknya, yang tentu saja dibalas dengan hal yang sama.

"Loh kirain bakal nanti siang atau sore.. Ayo masuk dulu.." ucap Mama Watanabe.

Mereka pun ikut masuk sesuai arahan. Yoshi sempat mengambil alih kursi roda Papa Hamada ketika Mama Hamada terlihat kesusahan.

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang