[ 33. ] (Really) Be Mine

2.8K 330 127
                                    

2 hari yang lalu, kediaman Watanabe..

Mama dan Papa Hamada hanya berbincang santai dengan tuan rumah. Hinara sedang berganti pakaian, dan Haruto sedang berbincang dengan Yoshi.

Hanya Asahi yang sedari tadi gugup, ia menatap Papa Hamada dan berbisik, "Pa, Sahi ngelakuin ini, karena Sahi serius... Sahi ga mau ngerasa kehilangan lagi.."

Papa Hamada masih menatap anak laki-lakinya dengan tatapan tidak percaya kalau ia sudah melakukan 'hal' tersebut dengan Hinara. "Kamu beneran tulus? Bukan karena nafsu semata?" balas Papa Hamada.

Hingga tak lagi menghiraukan Mama Hamada dan Nenek Watanabe yang berbincang tentang masa lalu.

"Papa kenal Sahi kan? Papa ga ngerasain perubahan setelah Sahi sama Hinara? Dulu Sahi emang ga jujur, Sahi selalu ngebantah, kalau ini tuh cuma perasaan sementara yang mungkin bakalan muncul kalau serumah sama cewek."

Papa Hamada menyimak perkataan Asahi dengan baik, ia mengakui beberapa perubahan sifat Asahi. Salah satunya sekarang, ia menjadi lebih banyak bicara dan mengutarakan pendapatnya.

"ㅡTapi Sahi salah. Beberapa kali Sahi buat Hinara kecewa, yang sakit bukan Hinara aja. Tapi Sahi juga ngerasa sakit, gagal, hancur, padahal Sahi harusnya gak bakal bersikap kayak gini kalau emang Sahi ga peduli."

"Jadi kamu mau Papa sobek kertas kontrak itu? Hinara udah pasti mau?"

"Kemungkinan, iya. Tapi disisi lain, Asahi gak mau menghambat perjalanan menuju cita-citanya."

"Terus?"

"Tapi gak salah kan Pa, kalo Sahi mau ngelanjutin hubungan kita? Kalaupun Hinara menolak, senggaknya Asahi ga nyesel, daripada Asahi ga ngaku sama sekali.. Juga, Asahi pengen tetep tanggung jawab sama kandungan Hinara, walaupun posisi Hinara sama orang lain."

Entah kenapa hatinya mulai tersentuh. Seketika ia berpikir cara bagaimana istrinya mendidik anak mereka? Mereka benar-benar menjadi pribadi yang baik.

Mungkin lebih baik dari Papa Hamada sendiri.

Kemudian Papa Hamada menepuk bahu Asahi, "Papa gak mau ngelarang kamu. Kalau kamu siap, dan berpikir ini adalah hal yang kamu pilih, lakukan. Maafkan Papa yang ceroboh, karena tidak mengerti dengan hubungan kalian."

"Makasih udah percaya sama Sahi, Pa. Sahi berusaha tidak akan mengecewakan siapapun."

"Kecewa itu seringkali hadir, tapi gapapa, berarti kita masih punya tujuan walaupun ga terpenuhi. Yang penting kamu terus maju, belajar dari kesalahan, jangan pikirin sedihnya doang."

Asahi tersenyum, dulu ia selalu khawatir dengan sesuatu, ia takut gagal. Tapi sekarang, ia hanya tak mau menyesal.

Tak lama kemudian, Papa dan Mama Hinara kembali ke ruang tamu. Ikut berbincang dengan tamunya yang sempat ditinggal beberapa menit.

Begitu juga dengan Hinara yang datang dengan pakaian yang lebih rapih dari sebelumnya.

Setelah Hinara terduduk, Asahi mendekatinya dan menggenggam tangan hangat itu dengan lembut. Hinara terlihat bingung, namun ia menyukainya.

Asahi duduk menghadap keluarga Watanabe, "Asahi tau, ini sedikit aneh. Tapi, Asahi minta izin dari Papa, Mama, sama Nenek Watanabe, kalau saya ingin meminang Watanabe Hinara sekali lagi dengan sungguh-sungguh beserta dengan ketulusan hati saya."

Hinara terkejut? Tentu tidak, Asahi memang sespontan itu. Dengan berbekal pakaian formal serba hitam, Hinara sudah menduga bahwa ini akan terjadi.

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang