"Minggu besok aku ke Jepang. Kita gabisa rayain setengah tahun kita. Apa kamu mau ikut aja biar kita rayainnya di Jepang? Atau kita ngerayainnya sebelum aku ke Jepang?"Hinara yang sedang mengerjakan tugas itu menatap suaminya yang terduduk di meja kerja yang tak jauh dari ranjang tidurnya.
"Emang harus?" bingung Hinara.
"Ya, siapa tau? Kalo gak mau ya gausah." ucap Asahi tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
Hinara mengetuk-ngetuk dagunya dengan bagian atas pulpen. "Emang kamu mau?" tanya Hinara balik.
Tubuh Asahi berbalik, "Kalo ga mau, ngapain aku nawarin?"
Kekehan kecil mulai terdengar dari sosok yang sedang terduduk diatas ranjang tidurnya. Lalu Asahi kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Ya aku sih, terserah. Itung-itung buat kenang-kenangan kita. Tapi enaknya ngapain ya? Pesta gitu?" pikir Hinara.
"Jangan! Jangan pesta. Cape kalo pesta mah. Mending kayak liburan kemana gitu." usul Asahi.
"Enak padahal, rame pasti. Nanti kita ngundang seㅡlah? yang tau kita nikah kan cuma dikitan."
Asahi mengangguk setuju, "Nah. Udah gitu, males nanti rumah pada berantakan."
"Iya juga sih. Yaudah mending jalan-jalan aja deh, Sa. Lo ada usul mau kemana gitu? Kek wishlist?"
Lagi-lagi Asahi memutar tubuhnya menghadap Hinara. "Boleh. Tempat yang pengen dituju? Gaada sih. Aku ngikut kamu aja."
"Ke puncak gunung?" tanya Hinara.
"Jangan ah, cape nanjaknya."
"Kalo ke pantai? Aku pengen banget kesana ih. Udah lama."
"Panas terik gitu. Yakin?"
"Kalo ke tempat permainan?"
"Males, antriannya lama."
"Yaudah lah! Diem aja dikamar!"
"Lah katanya mau liburan?"
"TERSERAH KAMU DEH, SA! GAUSAH KEMANA-MANA! NGESELIN BANGET SIH KAMU TU!"
Sadar istrinya merajuk, Asahi justru tertawa renyah. Ia beranjak dari meja kerjanya lalu menghampiri Hinara dan ikut duduk dipinggiran ranjang.
Tangan Asahi mengusap surai Hinara dengan lembut, "Aku bercanda, Ra. Tadi katanya pengen banget ke pantai? Ayo deh."ucapnya.
"Gak! Gak mau! Gausah kemana-mana!" kesal Hinara.
Kemudian Asahi menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Hinara yang sedang fokus pada bukunya. Ia mengetuk-ngetuk pelan pipi Hinara dengan jari telunjuknya dan terkekeh kecil.
"Sayang..." ucap Asahi lembut.
Senyuman Hinara otomatis mulai merekah, namun ia tahan sekuat mungkin agar Asahi tak melihatnya.
Apaan sih?! Kok sayang-sayangan!?
"Jangan marah ya? hm?" sambung Asahi.
Batin Hinara merutuki perilaku Asahi yang sangat sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
Kini Asahi pun beralih menjadi mencubit pipi Hinara dengan pelan, namun terasa sangat menggemaskan.
"Hina-chan mau apa hm? Hi-kun turutin semuanya."
ASTAGANAGA MADAGASKAR MEGALODON OMAYGAT OKNUM BERNAMA HAMADA ASAHI SANGAT MERESAHKAN. ANYINGGGG.
Ya, begitulah. Tak pernah terpikirkan oleh Hinara bahwa bibir Asahi akan memanggilnya dengan sebutan 'Hina-chan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fanfic[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...