[ 32. ] Again?

2.7K 336 235
                                    

"EEEHHHH!?!!??" kaget Haruto.

Ekspresinya aneh banget sampe tangan Hinara gatel buat mukul mukanya Haruto.

Nyatanya bukan cuma Haruto, segenap keluarga Watanabe dan kedua orang tua Asahi pun ikut ternganga dengan ucapan Asahi tadi. Yoshi juga sama, walaupun ia sudah tau, tapi ia tetap terkejut walaupun settingannya terlalu terlihat.

"Kok kaget?" tanya Asahi pada Yoshi yang terduduk disebrangnya.

Yoshi terkekeh dan menggaruk tengkuknya, "Ikut-ikutan aja biar gaul.. Hehe." katanya.

Mama Watanabe pun sedikit demi sedikit menurunkan tangannya yang menutup mulutnya itu. "Jadi.. Hinara..?" gugupnya.

Hinara memijat pelipisnya, dalam hati ia mengerutu. Ia belum siap untuk mengatakan semua ini, tapi Asahi... Aduh, harus gua apain ni anak?

"Iya, Ma. Hinara mengandung, anak saya tentunya." jelas Asahi, kemudian sebelah tangan Hinara mencubit pinggang suaminya.

"Loh Mama kira kamu kurang suka sama pernikahan kayak gini?" tanya Mama Hamada.

Asahi menoleh pada sang ibunda, "Hm.. Awal-awal sih emang kurang sreg. Tapi makin hari, makin mustahil kalau ga suka sama Hinara.." jawabnya.

Raut wajah kedua keluarga tersebut nampak tidak bisa dijelaskan. Hinara tambah pusing, memikirkan bagaimana cara menjelaskan pada Mamanya agar tidak salah paham.

Mana Hinara masih muda..

Maa.. Jangan coret aku dari kartu keluarga..

. . . . .

"Mau kemana sih, Saa?" rengek Hinara.

Asahi menuntunnya berjalan menuju suatu tempat, namun kedua mata Hinara ditutup oleh penutup mata katak hijau yang biasa Asahi pake untuk tidur.

"Udah.. Ikut aja.." ucap Asahi mencoba menenangkan Hinara yang sejak tadi tak mau berhenti bertanya.

Keduanya berjalan menuju sebuah tangga, karena Asahi tidak memberi aba-aba, Hinara hampir tersandung oleh salah satu anak tangga.

"Aduh!"

Beruntung Asahi memegang tubuh Hinara dengan kuat, jadi mereka tak terjatuh bersama.

"Oiya, maaf lupa. Naik tangga, hati-hati kakinya kepentok." ujar Asahi.

"Yeu.. Telat!" ketus Hinara.

Asahi hanya terkekeh. Lalu melanjutkan perjalanannya sambil menuntun Hinara.

"Masih jauh, Sa?" tanya Hinara lagi.

"Jauh.."

"Berapa kilogram lagi?"

"2 kilogram."

"Kilogram mukamu anjir. Dikira beli mangga?"

"Lah kamu yang nyebut duluan, kok malah nyalahin aku?"

"Aku nyebut kilometer ih!?"

"Ngigo kamu, dasar bumil. Dah sampe."

Kemudian Asahi melepas penutup mata Hinara. "Ish! Dari tadi kamu nyebut bumil-bumil mulu. Emang bumil apaan si? Bumi dan langit?"

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang