Tririririiingggg..
Asahi yang baru saja selesai mandi pun meraih handphone Hinara yang tergeletak diatas nakas dan membaca nama yang tertera disana.
"Ehiya, privasi." paniknya. Dengan segera ia menghampiri Hinara yang sedang membuat secangkir teh di dapur.
"Ada yang nelpon tuh." lapor Asahi.
Hinara mengulurkan tangannya. "Mana hp nya?" tanyanya.
"Ohiya, masih di kamar. Bentar aku ambil-"
"Aku aja deh. Oh, itu teh nya udah jadi." potong Hinara dan mengambil langkah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
Asahi menatapnya bingung sambil menggosok rambutnya dengan handuk. "Oke.." sahutnya pelan.
Beberapa menit kemudian, Hinara keluar kamar dengan slingbag yang tergantung ditubuhnya.
Asahi yang sedang menikmati teh tersebut pun ikut menyadarinya dan segera berdiri menghadang langkah calon istri keduanya itu. "Mau kemana?" tanyanya datar.
"Ketemu temen." jawab Hinara singkat.
"Temen yang mana?" tanya Asahi lagi.
Belakangan ini mood Hinara naik turun dengan drastis. Ia pun mencoba bersikap santai, berusaha agar suasana hatinya tidak bertambah buruk. Namun disisi lain ia merasa tersudutkan seperti sedang di introgasi, padahal ia tak melakukan suatu yang salah.
Belum.
"Temen yang itu. Kenapa?" tanya Hinara balik.
"Yang nelpon?"
"Loh. Kok kamu ngintip?"
"Maaf ga sengaja keliatan. Takutnya alarm."
"Ohh.. Iya yang nelpon. Kamu minggir dong, aku mau keluar. Keburu sore nih." ucap Hinara.
Asahi tak mengubris kalimat Hinara sama sekali. "Yuta? Yuta nama cowok kan?"
"Iya sayang.. Kenapa sih? Kamu curiga? Kalo gitu mendingan ikut aja deh. Aku gaada hubungan apa-apa sama diaㅡ"
"ㅡRalat, mantan."
Tanpa basa-basi Asahi segera mengganti pakaiannya dan membawa kunci mobilnya. "Aku ikut." katanya.
"Tapi jangan rusuh."
"Kamu kira aku anak kecil, dikit-dikit minta balon?"
"Kalo kamu tipe anak kecil yang dikit-dikit minta pulang. Ngerengek sambil ngomong cape lah, ga betah diluar lah, daya ekstrovert ku mengurang lah." balas Hinara.
Asahi malah terkekeh kecil, lalu ia menggandeng tangan Hinara dan mengajaknya keluar.
"Udah kenal aku banget ya?" kekeh Asahi.
"Cih! Siapa kamu?"
. . . . .
Hampir satu setengah jam mereka berdua menunggu di kafe dekat sekolah SMA lama nya, tentu saja sekolah yang saat ini ditempati oleh adiknya, Haruto.
Karena masih jam pelajaran, Haruto masih belum bisa keluar dari sekolahnya. Tapi beberapa menit lagi pasti anak-anak SMA akan berhamburan meramaikan jalanan.
"Cakep ga?" tanya Asahi.
"Ah..? Yakali mantan aku ga cakep? Haha, kan aku sukanya ama yang ganteng -ganteng.."
"Kok mantan? Orang aku nanya, aku cakep apa engga? Kek nya seneng banget ketemuan sama mantan sampe ngelantur gitu."
Manik Hinara melirik kesana kemari, ia sedang mencari alasan yang elegan untuk menjawab pertanyaan Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fanfiction[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...