[ 29. ] Back To Home, but

2.8K 363 145
                                    


"Hari ini pulang?" tanya Asahi pada Hinara yang sudah menyiapkan kopernya.

Hinara memutar bola matanya, "Kamu gak liat aku bawa apa? Apa ini semua terlihat seperti gerobak es cendol? Yaiyalah pulang." ucapnya malas.

Yoshi pun ikut keluar dari kamar Hinara, "Lo ngapain, Yosh?" tanya Asahi.

Perasaannya tidak enak dikala Asahi menatapnya curiga, "Gua cuma bantuin. Gausah negatif thingking." ucap Yoshi.

"Tau! Masa jadwal istri mau pulang aja ga tau sama sekali. Ehiya lupa, udah mantan." kompor Hinara.

Suasana disana sedikit mencekam bagi Yoshi, apalagi setelah tahu bahwa mereka akan berpisah secara resmi. Ia jadi ingin pergi kemanapun asal jauh dari kedua manusia dihadapannya.

"Haruto? Mana?" tanya Asahi.

"Nih dalem koper." jawab Hinara.

"Eh?"

Yoshi menatap aneh koper hitam yang dibawa oleh Hinara, perasaan tadi ga masukin Haruto dah?

"Oy kak! Bantuin gue!" teriak Haruto dari arah lain.

Asahi menoleh, dilihatnya Haruto sedang banyak membawa oleh-oleh untuk keluarganya dirumah. Juga sebuah boneka untuk Airi.

Yoshi pun sigap menghampiri Haruto dan membawa separuh barang bawaannya. "Banyak bener? Kek yang mau pulang kampung aja?"

"Ya.. Kan gua beneran mau pulang kampung, bang."

"Fukuoka?"

"Tempat nenek itumah. Kampungnya emak bapak gua."

"Kampung lu juga kan?"

"Yoi. Lebih tepatnya kampung emak bapak gua."

"Iyadah, iyain. Ngulang mulu ntar."

Asahi hanya bisa menatap mereka yang sedang mengobrol disana. Didepannya, Hinara sudah menunggu apa yang akan ia katakan lagi.

"Kalau gak ada yang diomongin lagi, yaudah aku pulang." ucap Hinara.

Asahi mencekal pergelangan tangannya,"Tunggu dulu." ia menatap kedua bola mata Hinara,"Yang semalem?"

"Semalem apa? Yang kamu tanya aku mau pisah sama kamu apa engga? Jawabannya engga. Udah jelas kan? Takdirnya aja yang mempersulit, udah dibilangin gak mau, masih aja ngeyel."

Lengan kemeja yang Asahi pakai sempat digulung rapih oleh pemakainya sendiri.

"Yaudah. Gausah pisah." singkat Asahi.

"Telat, kemarin kamu diem aja, malah mentingin masa depan bakal gimana blablabla. Trus juga surat cerainya udah kamu kasih kan ke Papa? Yaudah selesai. Awas ah, aku pusing berdiri mulu."

"Belum. Masih aku simpen."

"Yaudah, kasih aja. Walaupun aku gak mau kita pisah, kalo kita ditakdirinnya pisah, ya aku bisa apa? Gausah nyari alasan ke Papa kamu lagi deh, capek aku tuh, pengen pulang." jelas Hinara, ia menyilangkan tangannya didepan dada.

Tak jauh darisana, Haruto dan Yoshi saling pandang dan menukar ekspresi bingung, "Mobil aja langsung?" tanya Yoshi.

Haruto mengangguk, "Yo.".

"Sa. Kalo menurut kamu ini yang terbaik, ya lakuin aja. Gapapa kalo sekali-kali egois, jangan ngalah mulu. Aku cuma kesel aja sama diri aku sendiri, padahal udah janji ga bakal suka sama kamu, tapi mustahil ga jatuh cinta sama kamu."

Sepi, tak ada balasan apapun. Bibir Asahi hanya terbungkam setelah mendengar pernyataan Hinara.

Hinara mendekat, mengikis jarak yang memisahkan mereka walau hanya beberapa senti. Kemudian ia memeluk tubuh Asahi dihadapannya.

My Brother's Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang