"Hm.."
"Hm?"
"Iya punya."
Kedua bola mata Winter terbuka lebar, ia sangat terkejut walaupun sudah menduga bahwa mereka pasti memiliki hubungan.
"Hubungan apa?" tanya Winter.
"Ya temen. Biasa." jawab Karina, ia tidak bisa mengucapkan yang sebenarnya tanpa seizin Hinara terlebih dahulu.
"Temen? Cuma temen?" ucap Winter yang merasa tidak yakin.
"Yaiya, emang apalagi? Lo pengen denger gue jawab apa emangnya?" tanya Karina yang berlagak polos.
Winter menggeleng, lalu tersenyum. "Yaudah deh. Makasih ya, maaf ni udah ganggu lo. Bye Karina!" ucapnya sebagai kalimat perpisahan.
Karina mengangguk sekali dan melambaikan tangannya pada Winter, "Hati-hati!" teriaknya.
Setelah Winter menghilang dari pandangannya, Karina memilih untuk masuk kedalam minimarket lagi dan membeli satu botol kopi lagi sebelum menuju ke rumahnya.
"Hubungan Hinara bakalan ribet kayaknya. Semoga Hinara bisa ngelewatinnya." gumam Karina.
. . . . .
Asahi : P
Asahi : Hinara?
Asahi : Ra?"Nak, ini kue nya kamu cicipin dulu ya. Takutnya kurang manis." ucap Mama Hamada sembari membawa satu toples kue kering yang ia buat tadi siang.
Hinara menoleh cepat, "Gapapa kok, Ma. Mau kayak gimanapun, kalo Mama yang bikin pasti bakalan paling enak kok." ucapnya dengan senyuman manis di bibirnya.
Mama Hamada mengusap pipi Hinara lalu tersenyum, "Bisa aja kamu, Nak."
Hati Hinara langsung tertegun, sejak tadi sore Mama Hamada terus-terusan melayaninya dengan lembut dan ia selalu menolak ketika Hinara ingin membantu, membuat Hinara menjadi sedikit tidak enak hati.
Oiya, Papa Hamada belum pulang, Mama Hamada bilang, dia mungkin akan pulang besok sore. Jadi Hinara diminta untuk menginap semalam disana. Sekali-kali katanya.
Tring!
Tring!
Tring!Suara notifikasi dari handphonenya sudah mulai menggangu, Mama Hamada sudah menyadarinya sebelum Hinara menyalakan mode diam dan membalikkan handphonenya.
"Dari siapa, Nak?" tanya Mama Hamada.
"Ini.. Dari temen.." jawab Hinara yang terlanjur gugup.
Mama Hamada hanya mengangguk, ia merasa tidak berhak menanyakan sesuatu yang menyangkut privasi Hinara. Kecuali kalau Hinara mau memberi tahunya.
"Nak, sejauh ini sama Asahi gimana?" tanya Mama Hamada lagi.
Hinara berhenti memakan kue kering, lalu berpikir sebentar. "Sejauh ini, baik-baik aja kok Ma. Mama jangan khawatir ya. Asahi jagain aku dengan baik banget kok."
Hanya itu yang bisa ia ucapkan.
"Syukurlah.. Kalo keluhannya? Pasti ada dong satu atau dua keluhan.. Kan gak mungkin suatu hubungan berjalan mulus terus." tanya Mama Hamada.
Hinara menoleh, menatap netra Mama Hamada yang terasa sangat lembut dan tulus. Lalu tersenyum, ia mengingat beberapa kejadian lucu yang dilakukan oleh Asahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend [END]
Fiksi Penggemar[ft. Hamada Asahi of TREASURE] "Ma, Kalo Kak Hina gak mau nemenin Ruto, nikahin aja dia, Ma. Jodohin ama temen Ruto juga gapapa." -Watanabe Haruto. Bermula dari seutas kalimat yang Haruto ucapkan, sampai kedua orang tuanya benar-benar menjodohkannya...