"mohon maaf sekali untuk ketidaknyamanannya Tuan muda" Manajer itu menundukkan kepalanya sedalam mungkin."bukankah Ayah melarang keras mempekerjaan anak sekolah disini? Kenapa kau membiarkannya bekerja disini?" tanya Jeno sambil berputar di kursi kerja yang berada diruangan itu.
"maaf Tuan, saya mempekerjakannya karna dia bilang dia sangat membutuhkan uang dan tidak masalah dengan seberapa pun upah nya, Saya terpaksa melakukannya. Tolong jangan laporkan saya"
"aku tak akan melaporkan hal ini pada Ayah jika kau memecat dia sekarang juga" ucap Jeno.
Winter membelakkan matanya, ia baru saja bekerja disini selama seminggu.
"pergi dari sini, aku tak akan membayar upah mu karna kau hampir membuatku kehilangan pekerjaan" suruh Manajer itu.
"yak pak tua. Keluar" suruh Jeno dengan tak sopan.
Manajer yang lebih tua 15 tahun dibanding Jeno langsung membungkuk sekilas dan meninggalkan ruang kerjanya.
"Haechan, halangi cctv" Haechan mengangguk , ia menggeser kursi yang ada disana dan menutupi layar cctv menggunakan telapaknya.
"buka seragam mu" suruh Jeno tiba-tiba.
"wah kau sungguh gila Lee Jeno" ucap Haechan tak percaya.
Ryujin tertawa, ia merasa puas melihat Winter yang diperlakukan seperti ini.
"aku akan membukanya, tapi tidak disini"
"buka atau aku akan menyuruhmu melakukan hal lebih?"
"aku memang mendapat beasiswa karna Ayahmu sebagai donatur sekaligus pemilik SOPA, tapi bukan berati kau bis-"
"buka" potong Jeno, ia menatap tajam ke arah Winter saat ini.
Winter menggigit bibir bawahnya dengan kuat, perlahan ini melepas apron hitam yang melingkar di pinggangnya.
Gadis itu terus menahan tangisnya, ia tak ingin terlihat lemah dihadapan mereka saat ini.
"buka seragam saja lama sekali, apa kau tak pernah diajarkan membuka seragam?" geram Ryujin, ia bangun dari duduknya. Menghampiri Winter dan membuka satu persatu kancing seragam Winter.
"hentikan" guman Winter, ia berusaha menahan tangan Ryujin yang terus membuka kancing seragamnya.
Ryujin yang merasa geram pun langsung menarik seragam Winter hingga membuat kancing-kancing itu lepas dari tempatnya.
Jeno dan Haechan bisa melihat dalaman berwarna hitam milik Winter.
Winter buru-buru menutup tubuhnya dan berlari keluar dari ruangan itu.
"bukankah kita sudah keterlaluan tadi?" tanya Haechan, ia sedikit merasa bersalah.
"dia memang pantas menerimanya"
Jeno terdiam tak menanggapi perkataan Haechan, tak ada yang tau isi pikiran Jeno saat ini.
***
Winter berlari menuju ruang ganti karyawan, tangannya tak kunjung berhenti gemetaran.
Gadis itu tergesa-gesa mengganti pakaiannya, setelah pakaiannya terganti, dengan cepat Winter meninggalkan area Restoran.
Winter berlari sekuat tenaga, sesekali ia menyeka air matanya yang terus keluar tanpa henti.
Setibanya di kamar, Winter langsung mengurung dirinya, ia merasa sangat ketakutan saat ini.
***
Winter menghembuskan nafasnya dengan berat, ia merapikan seragamnya dan keluar dari kamar.
Dengan langkah lesu, Winter berjalan menuju sekolah.
Tak terasa ia sudah tiba di depan gerbang, Winter mengepalkan tangannya. Menguatkan dirinya untuk masuk kedalam.
Winter berjalan masuk, melewati setiap lorong hingga ia melewati ruangan musik, setengah pintu nya tak tertutup.
Winter melihat sebuah piano berdiri kokoh didalamnya, dengan ragu Winter melihat kedalam, tak ada siapapun disana.
Winter terus menatap lekat piano disana, kaki nya perlahan melangkah menuju piano itu dan duduk di kursi khusus piano, membuka tutup piano kokoh yang terletak di tengah ruangan.
Gadis itu menarik nafas dan menghembuskannya pelan, ia ingin mencoba memainkan musik yang pernah ia dengar sedikit saat melewati toko alat musik tahun lalu.
Perlahan jari-jemari nya mulai menekan tuts piano , Winter penah mengikuti les piano sebulan selama di panti , hanya sebulan saja setelahnya ia tak mampu membayar kelas piano nya, tetapi Winter bisa mengingat setiap kunci tuts piano.
Winter hanya memainkan sedikit yang ia tau, ia menghentikan gerakan jarinya saat tidak tau nada kunci selanjutnya.
Gadis itu menutup kembali penutup piano itu, tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya.
"Ludovico Einaudi - Nuvole Bianche, kenapa hanya memainkan bagian pembukaan nya saja?" tanya suara itu, Winter segera bangun dari duduknya dan membalikkan badannya.
"a-aku tidak tau kunci selanjutnya" jawab Winter gugup, ia ingat jelas Lelaki itu adalah teman Jeno saat kejadian di kantin.
"perhatikan baik-baik" Lelaki berambut hitam legam itu menghampiri Winter, mendudukkan dirinya di kursi yang Winter duduki sebelumnya.
"kenapa tidak duduk?" tanya Lelaki itu dengan ramah. Winter langsung mendudukkan dirinya di kursi yang sama dengan Lelaki itu, memberi sedikit jarak agar lengannya tak menyetuh lengan Lelaki itu.
Lelaki itu mulai membuka tutup piano dan menggerakkan jarinya dengan gemulai dan lincah.
Winter memperhatikan jari-jari Lelaki itu dengan seksama, pandangannya tak terlepas sedetikpun hingga Lelaki itu menyelesaikan permainnannya.Winter menatap kagum ke arah Lelaki itu dan bertepuk tangan kecil , Winter segera menundukkan kepalanya saat mata keduanya bertemu.
"aku lupa memperkenalkan diri sebelumnya, Mark kelas 3 jurusan musik" ucap Mark dan menyodorkan tangannya pada Winter.
Dengan ragu Winter menyambut tangan Mark dan melepaskan jabatan keduanya. Ia sedikit membungkukkan badannya pada Sunbae nya.
"Shin Winter, kelas 1 jurusan Vokal"
"hm... Aku tau"
"b-bagaimana Sunbae bisa tau?"
Mark sedikit tersenyum "tentu saja hampir satu sekolah ini tau kau murid baru dengan nilai teratas saat masuk ke sekolah ini"
"begitu....." Winter kembali tertunduk, tak berani menatap Mark lebih lama.
"coba mainkan yang kau ingat" suruh Mark, Winter mengangguk sekilas, jari-jemarinya mulai menekan tuts piano, ia juga menginjakkan kakinya pada pedal piano sesekali mengikuti irama.
Winter menyelesaikan semua nada hingga akhir. Mark langsung berdecak kagum.
"kau membohongiku?" tanya Mark , ia tak bisa mengatupkan mulutnya setelah melihat Winter bermain dengan lincah.
"m-maksud Sunbae?"
"kau bilang kau tidak tau kunci selanjutnya, aku baru mencontohkan sekali padamu tapi kau sudah bisa memainkannya dengan sempurna, aku saja belajar selama 6 bulan untuk memainkan lagu ini"
Winter memilih untuk diam, ia memang bisa mengingat hanya dengan sekali dengar dan lihat. Namun ia rasa lebih baik ia tetap diam saja tanpa mengatakan apapun.
Pecel ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )
FanficApa yang akan terjadi jika 2 bayi yang baru saja terlahir di dunia ini ditukar? apakah keduanya akan menikmati hidup dengan baik atau hanya salah satu dari kedua bayi itu yang akan menikmati hidup dengan baik? ❄ Cast : - Kim/Shin Winter (Aespa) - L...