❄ INAT 10

3.5K 432 35
                                    

Jaemin mengobati pergelangan tangan Winter selembut mungkin, ia meniup pelan pergelangan Winter saat obat yang ia oleskan sudah merata.

Jaemin melakukan hal yang sama pada pergelangan satunya. Lelaki itu manatap ke arah wajah Winter yang dipenuhi luka.

Ia memegang kening Winter yang terasa sangat panas, mengompres kening Winter menggunakan air hangat.

"harus nya aku datang lebih cepat, maaf" sesal Jaemin. Sepulang sekolah ia dipanggil guru nya ke kantor untuk membahas permainan piano Jaemin di UNICEF nanti.

Pembahasan itu memakan waktu hingga 25 menit, saat Jaemin menuju kelas Winter, sudah tak ada siapapun disana.

Jaemin hanya bisa menghela nafas meski ia merasa sedih saat tak menemukan sosok Winter dikelas.

Jaemin mengganti kompres di kening Winter, sesekali ia mengompres pipi Winter yang membengkak.

Winter menggeliat kecil, sepertinya ia sudah mulai tersadar.

"nghh..." lenguh Winter saat merasa dingin di bagian pipi nya.

"Winter? Kau bisa mendengar suaraku?"

Perlahan Winter membuka matanya, ia merasa sakit di sekujur tubuhnya, begitu juga di bagian wajahnya.

"i-ini dimana" tanya Winter dengan suara parau nya.

"apartemen ku, kau aman disini"

Winter kembali menutupkan matanya, sepertinya ia kembali tertidur. Padahal Jaemin baru saja mau menyuapi bubur agar Winter bisa meminum obat pereda nyeri.

Jaemin menggenggam jari jemari Winter sepelan mungkin. Ia merasa sangat bersalah karna tak bisa melindungi gadis yang ia cintai.

Flashback on (9 tahun yang lalu)

Jaemin kecil tengah berjalan-jalan di area busan bersama Ayahnya. Keduanya bermain di area perkebunan, Ayahnya mencabut jagung yang sudah tumbuh besar.

Sedangkan Jaemin hanya berlari-lari di area perkebunan. Ayah nya memang suka memanen sayur meski itu di kebun orang, bisa dibilang itu hobi Ayahnya.

"Ayah kesana dulu. Kau jangan berlari terlalu jauh ya nak" teriak Ayah Jaemin.

"iya Ayah" sahut Jaemin kecil.

Tiba-tiba Ayahnya sudah menghilang di balik pohon jagung yang menjulang tinggi.

Jaemin kembali berlari-lari di sekitar, tiba-tiba ia melihat seekor tikus tanah. Dengan segera Jaemin mengejar tikus tanah itu. Ia sudah berlari terlalu jauh dari kebun jagung.

Bruk!

Jaemin tersandung batu disana hingga membuatnya terjatuh, lututnya sedikit luka.

Baju dan celana nya dipenuhi debu tanah, Jaemin meniup kecil luka nya yang terasa perih. Ia melihat ke sekitar, sepi tak ada siapapun di kebun luas ini.

Jaemin bersusah payah untuk bangun, namun ia kembali terjatuh saat merasa pergelangan kaki nya nyeri.

Tiba-tiba Jaemin melihat seorang anak perempuan yang usia nya tak beda jauh dengannya.

Anak perempuan itu berjalan dengan tas punggungnya.  Memasuki area perkebunan.

"Hei!" teriak Jaemin.

Anak perempuan itu menolehkan kepalanya, ia menatap Jaemin tanpa ekspresi.

"kaki ku sakit, bisa antar aku ke kebun jagung disana?" pinta Jaemin sedikit berteriak.

Anak perempuan itu terlihat berpikir, Jaemin terus menunggu respon anak perempuan itu.

"aku harus membantu Eomma.... Tapi aku akan membantu mu terlebih dulu" Anak perempuan itu langsung berlari menghampiri Jaemin yang masih terduduk.

Kini anak perempuan itu sudah berdiri dihadapannya. Ia bisa melihat mata dan bibir anak perempuan itu mirip sekali dengan Taeyon Ahjumma.

Anak perempuan itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, Jaemin terus memperhatikan wajah anak perempuan dihadapannya.

Anak perempuan itu mengeluarkan sebuah sapu tangan dan melilitkan sapu tangan itu ke lutut Jaemin yang terluka.

"apa yang kau lakukan?"

"bibi bilang kita harus menutupi luka agar cepat sembuh, aku hanya punya ini di tas"

"tapi aku menyuruhmu membantu ku ke kebun jagung, bukan menutup luka ku"

Anak perempuan itu tak menjawab, ia kembali memakai tas punggungnya.

"kau bisa mengembalikannya padaku setelah luka mu sembuh" ucap anak perempuan itu.

Anak perempuan itu membantu Jaemin bangun dari duduknya, ia memapah tubuh Jaemin yang lebih besar darinya.

Anak perempuan itu sesekali hampir oleng saat berjalan sambil menumpu berat badan Jaemin.

Keduanya baru saja berjalan 10 langkah, tapi anak perempuan itu sudah tak kuat dan ia pun ikut terjatuh.

"akh!" pekik Jaemin saat nyeri di kaki nya semakin menjadi.

Anak perempuan itu buru-buru kembali berdiri, ia kembali merogoh sesuatu dari tas punggungnya dan mengeluarkan setangkai permen.

"jangan menangis, aku akan mencari bantuan untukmu, bertahanlah" ucap anak perempuan itu dengan panik.

Anak perempuan itu berlari ke arah kebun jagung meninggalkan Jaemin yang menahan sakit di kaki nya.

Samar-samar Jaemin bisa mendengar teriakan anak perempuan itu meminta tolong.

Beberapa menit kemudian anak perempuan itu kembali bersama Ayahnya.

"astaga!" pekik sang Ayah melihat anaknya.

Ayah Jaemin langsung menggendong anaknya kedalam pelukkannya.

"terimakasih gadis kecil, siapa nama mu?"

"Shin Winter, Ahjussi" ucap Winter sambil membungkuk sopan.

"anak baik, Ahjussi pergi dulu, sampai bertemu lagi" Ayah Jaemin mengelus pucuk kepala Winter sekilas dan pergi dari tempat itu.

Dalam gendongan Ayahnya, Jaemin bisa melihat tangan Winter yang lecet saat melambai ke arahnya.

Sebulan kemudian, Jaemin kembali ke area perkebunan itu, ia melihat sekeliling menunggu kedatangan Winter sambil memegang sapu tangan Winter.

Namun sejak saat itu ia tak pernah bertemu sosok Winter lagi meski sudah berkali-kali ia kembali kesana. Bahkan ia belum memperkenalkan nama nya pada Winter.

Flashback End.









Lontong sayur.

I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang