6 tahun kemudian
Seorang gadis kecil menyirami perkebunan kentang di sekitarnya, tubuh kecil itu terlihat sedikit kesusahan mengangkat ember kecil yang berisikan pupuk.
"Seojin-ah, kau jangan membiarkan Winter membantumu bekerja. Ia masih kecil. Harusnya kau membiarkannya fokus dengan sekolahnya" ucap Pria tua disamping Seojin.
"justru karna ia masih kecil. Ia sudah harus membantuku bekerja agar ia terbiasa saat dewasa nanti" sahut Seojin sambil mencabut kentang yang sudah siap panen.
Pria tua itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, sejak Winter berumur 5 tahun, Seojin selalu membawanya ke kebun. Membantu Seojin menyirami tanaman, mencabut rumput dan masih banyak lagi.
***
"Winter, ayo makan dulu" teriak Pria tua itu.
Winter berlari menuju sumber suara, ia mendudukkan tubuh kecilnya di samping pria tua itu, menerima kentang rebus yang pria tua itu berikan.
"terimakasih Kakek" ucap Winter dengan sopan.
Pria tua itu mengeluarkan beberapa lembar uang, menggulung kecil uang itu dan menyelipkannya ke tangan mungil Winter.
"simpan uang ini, jangan beritahu Eomma mu" bisik pria tua itu.
Winter hanya mengangguk patuh, memakan kentang rebus yang ada di tangannya perlahan.
***
Winter berlari kecil dengan tas punggungnya, berusaha mengejar langkah Eomma nya.
Sesekali tubuh kecilnya menabrak orang-orang yang berlalu lalang di pasar.
Brukkk!
"Eomma!" teriak suara mungil itu saat melihat Seojin terjatuh.
Winter segera menghampiri Seojin, Seojin baru saja ingin memaki, namun ia urungkan niatnya saat melihat pria dihadapannya.
"maaf, kau baik-baik saja?" pria itu membantu Seojin berdiri.
"ah... Ya aku baik-baik saja" ujar Seojin sambil tertawa pelan.
Pria itu melihat Seojin dari atas hingga bawah. Seperti tertarik pada pandangan pertama.
"Yang Hyunsuk" (mohon maaf sekali bapak YG) pria itu mengulurkan tangannya yang langsung disambut Seojin.
"Shin Seojin"
"anakmu?" tanya Hyunsuk sambil menatap ke arah Winter.
Seojin segera menggeleng kuat "bukan, ia anak temanku, temanku menitipkannya padaku" jelas Seojin cepat.
Winter terdiam membisu menatap dua orang dewasa dihadapannya secara bergantian.
***
"kita akan kemana Eomma?" tanya Winter, saat ini keduanya berada di dalam bus.
"diam, jangan bertanya apapun" suruh Seojin dengan penuh penekanan.
Winter menurut dan terdiam. Memandang jalan yang sudah sepi dan gelap, perlahan gadis kecil itu menutup kedua matanya saat mulai mengantuk.
***
"bangun" suruh Seojin sambil menepuk pipi kecil Winter.
Winter membuka matanya, hari sudah sudah mulai cerah, nyawanya baru saja terkumpul setengah. Namun Seojin sudah menariknya turun dari bus.
Keduanya berjalan cukup jauh hingga berhenti di satu tempat yang bertuliskan "Panti Asuhan Seoul".
Seojin menekan bel didekat pagar. Tak lama kemudian terlihat seorang wanita muda keluar membukakan pagar.
Winter menunggu diluar ruangan sambil melihat banyak anak-anak yang seumuran dengannya berlarian di halaman.
Pintu ruangan terbuka, Seojin keluar dari ruangan itu bersama wanita muda yang berbeda.
Wanita muda itu mendekati Winter, berjongkok dihadapan Winter guna menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.
"mulai saat ini Winter akan tinggal disini bersama teman-teman yang lainnya" ucap Wanita itu seramah mungkin.
Winter menolehkan kepalanya ke arah Seojin yang mulai melangkah jauh tanpa membalikkan badannya.
Winter ingin berteriak dan berlari ke arah Seojin. Namun Seojin sudah memperingati Winter untuk tidak berteriak dan menangis saat dijalan tadi.
***
9 tahun kemudian
Winter tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berprestasi, ia berhasil masuk ke Seoul Performing Art High School.
Tentu saja karna kepintarannya ia berhasil masuk dan mendapat Beasiswa sepenuhnya.
Tentunya termasuk makan siang, kecuali tempat tinggal, sekolah tidak menyediakan tempat tinggal untuk murid Beasiswa.
Untungnya Winter memiliki tabungan yang ia kumpulkan dari ia masih kecil,hasil membantu tetangga sekitar, mulai dari mengantar susu, mengantar koran, mencabut rumput dan masih banyak lagi.
Meski tidak banyak, paling tidak Winter bisa membayar uang sewa setahun di rumah susun yang akan ia tempati.
Winter masuk kedalam ruangan Ibu panti, berpamitan sebelum ia pindah, Winter hanya membawa satu tas berukuran sedang ditangannya.
"Ibu bangga kau bisa masuk SOPA , jika kau mengalami kesulitan, jangan segan untuk mengubungi kami" ucap Wanita paruh baya itu sambil membenarkan letak kacamatanya.
"baik bu, aku pamit" Winter memeluk pelan Ibu panti yang sudah menjaganya selama ini.
Winter melepas pelukan keduanya, ia keluar dari ruangan Ibu panti.
Teman-teman dan adik-adik Winter sudah berkumpul di depan ruangan ibu panti.
Mereka semua langsung berhambur ke pelukkan Winter, seperti tak rela membiarkan Winter meninggalkan panti.
Beberapa dari mereka menangis, sosok yang selalu membantu mereka dan tidak pernah marah pada mereka akan pindah.
"Eonni jangan lupa untuk mampir ne" ucap salah satu anak disana.
Winter mengangguk menahan air matanya, berat memang. Namun ia harus bisa hidup sendiri diluar sana demi masa depan yang cerah.
Habis ni ada nak nct kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )
FanficApa yang akan terjadi jika 2 bayi yang baru saja terlahir di dunia ini ditukar? apakah keduanya akan menikmati hidup dengan baik atau hanya salah satu dari kedua bayi itu yang akan menikmati hidup dengan baik? ❄ Cast : - Kim/Shin Winter (Aespa) - L...