I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )

❄ INAT 25

"Winter, bawa masuk piring kotor diluar"

"nde!" Winter menghentikan kegiatan mengelap piring , segera ia keluar dari dapur.

Winter menyusun piring kotor itu di nampan, tangannya terhenti saat melihat dompet panjang berwarna coklat ditengah tumpukkan piring diatas meja.

"apa pelanggan yang duduk disana sudah pergi lama?" tanya Winter pada kasir.

"tidak, mereka baru saja pergi"

Winter segera melangkahkan kakinya dengan cepat, dari lobby Winter melihat seorang pria tua yang baru saja hendak masuk kedalam mobil dengan pengawal disampingnya.

"Tuan! Dompet anda tertinggal!" panggil Winter cukup nyaring.

Pria tua itu menghentikan gerakkannya dan menoleh ke arah Winter.

Winter sudah tiba di hadapan pria tua itu , dengan nafas sedikit tersengal dibalik masker, Winter menyerahkan dompet coklat itu dengan kedua tangannya sembari membungkuk kecil.

Pria tua itu mengambil dompetnya dan tersenyum ramah, ia melihat mata Winter yang persis seperti mata Taemin, putra nya.

Pria tua itu mengeluarkan beberapa lembar dari dompetnya dan menyerahkannya pada Winter.

"tidak perlu Tuan, sudah kewajiban saya untuk mengembalikannya" Winter membungkukkan badannya serendah mungkin. Menolak halus pemberian pria tua itu.

Pria tua itu tertawa pelan "baru kali ini ada yang menolak uang ku"

Winter terdiam, tak berani menjawab.

Pintu satunya terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan muda.

"ada apa Abeoji?" tanya Wanita itu sembari berjalan menghampiri keduanya.

(Abeoji = ayah mertua)

"anak muda ini menolak uang pemberianku, sangat lucu bukan" jawab pria tua itu, masih tertawa khas bapak-bapak.

"maaf" Winter kembali membungkuk.

"aku sangat suka dengan kejujuran dan keberanianmu, kau harus mengundangnya untuk makan malam bersama dirumah kita Taeyon-ah" ucap pria tua itu pada menantunya.

"nde Abeoji" Taeyon sedikit tertegun saat melihat mata Winter, persis seperti mata suami nya.

"sepertinya kau seumuran dengan cucu ku, siapa nama mu anak muda?" tanya pria tua itu dengan ramah.

"Shin Winter imnida" Winter menundukkan sedikit kepalanya.

Raut wajah pria tua itu langsung berubah, sorot matanya terlihat sangat menakutkan.

"jadi kau yang menyakiti cucu ku?! Berani sekali kau menampakkan dirimu disini!"

Dalam hitungan detik, tangan pria tua itu sudah menampar pipi Winter sekuat tenaga.

"Abeoji!" kaget Taeyon.

Winter yang shock hanya bisa membeku ditempat, telinganya terasa berdengung setelah ditampar.

Bahkan beberapa pengawal dan pegawai disana langsung melihat ke arah mereka, namun tak ada satupun yang menolong Winter.

"bersyukur aku tidak membunuhmu! Lepas masker mu agar semua orang bisa melihat wajah perempuan jahat yang sudah menyakiti cucu ku!"

Hanya dengan satu tarikan, masker yang menutupi setengah wajah Winter terbuka.

Tuan Kim dan Taeyon terdiam beberapa detik saat melihat wajah Winter sepenuhnya.

Mata nya yang persis seperti Taemin, hidung dan bibirnya persis seperti Taeyon.

"pengawal, cepat bawa Abeoji pergi dari sini!" teriak Taeyon. Salah satu pelayan langsung membawa Tuan Kim masuk kedalam mobil dengan hati-hati.

"maafkan kelakuan mertua ku, beliau memang keras jika sudah menyangkut Ryujin, kau pasti mengalami banyak kesulitan" ntah kenapa hatinya terasa sangat sakit saat melihat area pipi Winter yang merah karna bekas tamparan.

"Nona Winter? Kau bisa mendengarku?" tanya Taeyon.

Tangan Winter bergetar kecil, ia masih terdiam membeku dengan tatapan kosong.

Taeyon memegang pelan bahu Winter hingga membuat Winter tersentak.

"m-maaf..." Winter kembali terdiam saat merasa pusing, telinganya ikut berdengung lagi.

"astaga!" Taeyon buru-buru mengeluarkan sapu tangan dari tas nya dan menyeka darah yang keluar dari hidung Winter.

"Ahjumma antar ke rumah sak-"

"A-aku baik-baik saja... Terimakasih Nyonya, aku akan kembali bekerja" Winter membungkukkan badannya dan buru-buru pergi dari lobby restoran.

Taeyon menatap punggung kecil Winter, air matanya menetes tanpa ia sadari.

❄
❄
❄

Tuan Kim terus menatap ke arah telapak tangannya, rasa bersalah menghantuinya, padahal ini bukan pertama kalinya ia memukul siapapun yang berani menyakiti cucu kesayangannya.

Sop ayam.