❄ INAT 23

2.9K 403 6
                                    

1 hari yang lalu (Flashback on)

Jaemin tengah memainkan ponselnya di sofa ruang tengah, tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke arah pintu apartemennya, terdengar bunyi pin yang dimasukkan pada smart door lock.

"Ah Appa, Eomma, ada apa tiba-tiba kemari?" tanya Jaemin saat melihat kedua orangtua nya masuk.

"bagaimana kabarmu nak?" tanya sang Eomma sembari mengelus rambut Jaemin.

"seperti biasa"

"Eomma akan memindahkan makanan untukmu" Eomma Jaemin mencium kening anaknya sekilas dan berlalu menuju dapur.

Sang Appa sudah duduk di samping Jaemin dengan raut wajah yang cukup serius.

"Jaemin-ah"

"nde Appa?" Jaemin langsung menoleh ke arah Appa nya dan meletakkan benda persegi itu diatas meja.

"Appa baru saja di telfon Kakek Ryujin, beliau menyuruh Appa untuk menyampaikan sesuatu padamu"

"mengapa tiba-tiba?"

Sang Appa menghela nafas dengan berat, terlihat sekali raut wajahnya yang gusar.

"kau tau rumah sakit yang sedang Appa dan Eomma bangun?"

Jaemin mengangguk sekilas sebagai jawaban.

"Kakek Ryujin mendanai biaya yang sangat besar untuk pembangunan rumah sakit, bisa dibilang 60% pembangunan adalah hasil sumbangan Kakek Ryujin"

"lalu apa hubungannya denganku Appa?"

"Kakek Ryujin bilang ia akan menarik semua biaya pembangunan jika kau tidak dipihak Ryujin besok" Appa Jaemin kembali menghela nafas dengan kasar.

"ada apa dengan besok? Apa maksudnya?" Jaemin menyeritkan keningnya. Ia tak mengerti dengan situasi saat ini.

"Appa juga tidak tau apa maksudnya, yang jelas besok kau turuti saja kemauan Kakek Ryujin, Appa mohon. Sekali ini saja Appa meminta bantuanmu, Appa tidak bisa membiarkan Kakek Ryujin menarik semua biaya nya, pembangunan sudah hampir selesai dan Appa tidak bisa mendapat uang yang sangat banyak dalam waktu singkat"

Jaemin menatap wajah Appa nya yang sangat pasrah saat ini, akhirnya ia mengangguk menyetujui permintaan Appa nya.

***

Haechan memegang pipi kanannya yang baru saja ditampar Ayah angkatnya.

"jika kau masih tidak mau menurut, lihat saja, aku akan menarik semua fasilitasmu dan aku akan melenyapkan wanita tua diluar sana, camkan kata-kataku"

Ayah angkat Haechan menatap sinis ke arahnya dan berlalu pergi setelahnya.

Ia baru saja diancam Kakek Ryujin mengenai penjualan obat terlarangnya di club burning sun.

Kakek Ryujin berjanji tak akan melaporkan hal itu pada pihak berwajib asal Haechan menuruti perintahnya.

***

"jika kau masih tak mau mendengar kata-kata Appa, kau akan berakhir di penjara anak, kau mau mendiang Eomma mu sedih disana melihat kau masuk penjara? Berhenti memberontak, Appa sudah cukup pusing menutupi masalah tahun lalu"

Jeno menatap sinis ke arah Appa nya "aku tak menyuruh mu untuk menutupi kasus tahun lalu, silahkan saja jika kau mau menyampaikannya pada publik, aku tak akan pernah setuju dengan ide gila mu"

"Appa melakukan ini demi kebaikan mu, kau cukup menurut saja besok. Pikirkan jika kau masuk penjara, Kau tak akan bisa mengunjungi makam Eomma mu, Appa harap kau memikirkan ini baik-baik"

Jeno menatap punggung lebar Appa nya, ini pertama kali setelah kepergian Eomma nya, ia mendengar sang Appa memintanya dengan lembut tanpa ada bentakkan sedikitpun.

***

"Dad... Ryujin bukan korban, mengapa aku harus dipihaknya? Aku tidak akan berada dipihaknya sedetikpun" tolak Mark.

"Kakek Ryujin mengancam akan melaporkan Kakek mu atas pencucian uang yang dilakukan tahun lalu, kau tau sendiri kan nak apa yang akan terjadi jika Kakek mu tertangkap?"

"tapi Dad...."

"apa Dad pernah meminta apapun padamu? Kali ini saja Mark, kau hanya perlu bersikap tak tau, dengan begitu semua akan baik-baik saja Mark"

Mark terdiam, ia bingung harus mempertahankan nama baik keluarganya atau mengkhianati Winter.

"Dad yakin kau tidak akan mengecewakan"

Mark menatap kosong ke arah tuts piano dihadapannya.

Flashback off

***

Winter tertunduk sembari menaiki tangga dengan langkah gontai, sudah seminggu ini ia mencari kerja tambahan. Dimalam hari ia tetap bekerja di food truck Haechan meski sudah seminggu ini Lelaki itu tak datang.

Winter menghentikan langkahnya saat melihat Jaemin didepan pintu kamarnya.

Pandangan keduanya bertemu, segera Winter kembali membalikkan badannya, hendak menuruni tangga.

Sudah beberapa hari ini Jaemin terus datang ketempatnya dan hal itu membuatnya semakin sedih setiap melihat wajah Jaemin.

"Shin Winter!" panggil Jaemin cukup nyaring.

Winter semakin mempercepat langkahnya menuruni tangga, namun suara sepatu dibelakangnya tak kalah cepat.

Winter hampir saja terjatuh jika Jaemin tak segera menahan pinggangnya.

"aku tak akan memaksamu untuk mendengar penjelasanku kali ini, tapi paling tidak kau harus makan" bisik Jaemin di telinga Winter.

Dengan segera Winter melepaskan pegangan Jaemin di pinggangnya dan menuruni empat anak tangga dihadapannya.

"pulanglah" guman Winter namun bisa terdengar jelas oleh Jaemin.

"aku akan pulang setelah memastikan kau makan"

"hentikan Jaemin Sunbae!" bentak Winter hingga membuat Jaemin terdiam.

"baiklah, aku pergi"

Jaemin melenggang pergi dari tempat Winter, Winter kembali naik ke atas dan masuk kedalam kamarnya.

Gadis itu menangis dalam diam, ia sangat membenci dirinya yang lemah saat ini.










Mie ayam

I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang