❄ INAT 13

3.1K 426 27
                                    

Jaemin menjaga Winter dengan baik 3 hari ini, saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah susun Winter.

"kau yakin?" Jaemin terus bertanya hal yang sama selama perjalanan.

Ia ragu untuk mengantar Winter pulang, tapi gadis itu terus saja memohon padanya untuk diantar pulang.

"nde Sunbae, asungguh sudah baik-baik saja" ucap Winter.

Ia meyakinkan Jaemin bahwa ia sudah baik-baik saja, Jaemin terus menyuruhnya untuk tetap tinggal di apartemennya, tetapi Winter menolak.

"berapa nomor mu?" tanya Jaemin sembari mengeluarkan handphone nya.

"aku tidak memiliki handphone"

Jaemin menatap Winter dengan tatapan tak percaya, dijaman modern ini bagaimana bisa ada orang yang tidak memiliki handphone.

Keduanya berhenti tepat di depan gerbang, Jaemin menuntun Winter masuk kedalam, menaiki tangga perlahan.

Setelah sampai didepan kamar Winter, Jaemin mengeluarkan handphone nya dan memberikannya pada Winter.

"pin nya 010101 , kau tinggal menekan angka 1 maka akan langsung terhubung dengan handphone ku yang satunya"

"tidak perlu Sunbae, ak-"

"kau bisa mengembalikannya nanti, aku tidak mau mendengar penolakan" potong Jaemin.

Winter akhirnya mengangguk pelan, ia merasa kaget saat mendengar pin nya. Sama seperti tanggal lahirnya.

"aku pergi dulu, hubungi aku jika terjadi sesuatu"

"terimakasih Sunbae" Winter membungkukkan badannya hingga Jaemin menghilang dibalik tangga.

***

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, Winter terbangun karna merasa lapar.

Akhirnya Winter memutuskan untuk mencari makan diluar.

Winter berjalan pelan, keadaan jalan sudah sangat sepi. Winter menemukan satu truck yang masih menjual odeng dan tteokbokki, Winter melangkahkan kakinya menuju food truck itu.

"Ahjumma, tolong 1 odeng" pesan Winter pada bibi yang terlihat sudah berumur.

Wanita berumur itu mengangguk sembari terseyum ramah. Dengan segera ia menyiapkan pesanan Winter.

Winter menggosok kedua telapak tangannya yang terasa dingin, sambil menunggu. Winter melihat ke arah sepatunya yang sudah kusam.

"Eomma! Sudah kubilang panggil aku jika ada yang beli"

Winter terkejut dan mengangkat wajahnya mendengar suara laki-laki itu. Laki-laki itu sama juga terkejutnya saat melihat Winter.

***

Haechan menyerahkan segelas susu hangat pada Winter, ia duduk di samping Winter.

Keduanya terdiam menatap jalanan yang sepi, Haechan berdehem sesekali.

"maaf sudah keterlaluan padamu" ucap Haechan tiba-tiba.

Winter melirik ke arah Haechan, ia mengangguk pelan dan meminum susu hangatnya.

"apa luka mu sudah membaik?"

"sudah"

Keduanya kembali terdiam, sebenarya Winter sangat penasaran saat ini, yang ia dengar Haechan adalah anak dari pemilik club burning sun, tapi kenapa dia memanggil bibi tadi dengan panggilan 'Eomma'?.

"aku tau isi pikiranmu"

Winter sedikit tersentak, apa Haechan bisa membaca isi pikiran?.

"yang barusan kau dengar memang benar, dia Eomma ku, Eomma kandungku" ucap Haechan dengan pandangan lurus kedepan.

Winter menatap Haechan dengan seksama, menunggu cerita Haechan selanjutnya.

"saat aku masih bayi, Eomma tak mampu membesarkanku, Eomma hanyalah pedagang buah kecil. Sedangkan Appa sudah meninggal saat Eomma baru mengandung 4 bulan" Haechan menarik nafas sebentar, mengadah ke arah langit.

"Eomma terpaksa mencari keluarga yang ingin mengadopsi anak, saat itu keluarga Lee , pemilik Club Burning sun tidak memiliki keturunan setelah 2 tahun menikah. Akhirnya mereka mengadopsiku" Haechan tersenyum kecil.

"aku baru mengetahui kebenarannya saat nenek meninggal, hanya nenek yang peduli dan sayang denganku, Ayah dan Ibu selalu sibuk dengan dunia kerja mereka, terkadang aku bingung karna mereka selalu mengabaikan ku dan hanya memberiku uang, hingga akhirnya aku tau bahwa mereka bukan orangtua kandungku"

Haechan menolehkan wajahnya, tatapan keduanya bertemu, Winter langsung memalingkan wajahnya.

"kau boleh tertawa"

"untuk apa aku tertawa?"

"bukankah ini lucu? Aku sudah menindasmu , tapi hidupku sendiri seperti ini"

"justru aku iri padamu"

"untuk apa iri?"

"karna kau masih bisa bertemu dengan Eomma mu" ucap Winter sembari tertunduk sedih.

Haechan tidak tau harus berkata apa lagi. Ia baru mengingat fakta bahwa Winter besar di panti asuhan.

Haechan langsung mengganti topik, tak ingin membuat Winter semakin berlarut dalam kesedihan.

"ekhem.... Jangan beritahu pada siapapun mengenai hari ini"

"hum, tenang saja, apa teman-teman mu juga tak tau tentang ini?"

"hanya Mark Hyung yang tau, tadinya aku tak mau memberitahu siapapun, tapi aku butuh bantuan Mark Hyung untuk mencaritahu siapa Eomma ku sesungguhnya"

Winter mangangguk kecil , ia kembali meminum susu hangat ditangannya.

"kau sudah mendapat pekerjaan?"

Winter menggeleng pelan sebagai jawaban.

"setelah kau sembuh total, kau bisa bekerja disini, aku tidak mau Eomma kelelahan, mengenai bayarannya, tak perlu khawatir"

"sungguh?" tanya Winter dengan mata berbinar-binar.

"tentu, kau bisa kemari jam 7 malam"

Winter mengangguk semangat dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang saking senangnya.

Haechan ikut tersenyum melihat Winter saat ini.







Kwetiau goreng.

I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang