❄ INAT 07

3.5K 417 26
                                    

Winter menghentikan langkahnya saat sudah sampai di depan gerbang rumah susun nya.

"Terimakasih Sunbae" Winter membungkuk ke arah Jaemin.

Jaemin menatap rumah susun dihadapannya saat ini, pemandangan yang sangat asing.

"kau tinggal disini?"

Winter mengangguk sekilas, Jaemin menatap masih rumah susun itu dengan pandangan datar.

"kau membeli tempat seperti ini?"

"tidak, aku menyewa nya"

"menyewa?" kedua alis Jaemin bertaut, kata 'menyewa' sangat asing di telinga nya.

"Sunbae tidak tau kata 'menyewa'?"

"apa aku harus mengetahuinya?"

Jaemin, cucu dari pendiri Rumah Sakit terbesar di Seoul, Ayah nya adalah ahli bedah sekaligus kepala rumah sakit disana. Sedangkan sang Ibu berada di bidang Spesialis mata.

Jadi apakah seorang Jaemin harus mengetahui apa itu 'menyewa'?.

Winter bingung, tak tau harus menjawab apa. Winter hanya bisa menghembuskan nafasnya sepelan mungkin.

"kalau begitu aku pamit dulu Sunbae" Winter membungkukkan badannya sebelum masuk kedalam.

Jaemin memastikan Winter sudah masuk kedalam rumah susun , ia menelfon supirnya untuk mengantarkan mobil nya yang terparkir di sekolah dan menjemputnya disini.

***

Winter mengantri , menunggu gilirannya untuk membersihkan badannya. Karna ini adalah jam orang dewasa pulang kerja, jadi tidak heran jika ia harus mengantri untuk mandi.

Kini gilirannya, ia segera masuk kedalam dan membersihkan badannya yang terasa lengket.

Setelah selesai, Winter masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu kamar.

Winter mengeluarkan salah satu buku yang berderet diatas meja kecilnya.

Ia membuka halaman kosong pada buku itu dan mulai menulis isi hatinya. Kegiatan yang ia lakukan saat merindukan Eomma nya.

'Eomma.... Apa Eomma sehat-sehat saja? Apa yang sedang Eomma lakukan saat ini? Apa pinggang Eomma sudah sembuh? Aku sangat merindukan Eomma.... Apa kita masih bisa berkumpul seperti dulu? Aku sungguh ingin bertemu dengan Eomma, semoga Eomma baik-baik saja, aku mencintai Eomma'

Winter menambahkan beberapa love di halaman itu. Setelahnya Winter membuka halaman belakang diary nya.

Mengelus foto usang yang sempat ia simpan di tas saat Eomma nya mengantarnya ke panti. Meski Winter tak memiliki kenangan indah bersama sang Eomma. Winter tetap merindukan Eomma nya.

Sebenarnya ia sangat penasaran, kasih sayang seorang Ibu yang sesungguhnya seperti apa? Apa sama saja dengan Ibu panti yang selalu memberinya makan dan tempat tinggal? Atau lebih dari itu?.

Winter menutup buku diary nya, memasukkan kembali buku diary itu ketempat semula.

Winter membaringkan dirinya di atas kasur lantai, memejamkan matanya, membayangkan dirinya yang bermain bersama Eomma nya dan mendapat pelukan hangat dari sang Eomma.

***

Mark melihat kedalam kelas 1-1, mencari sosok Winter, Ia terus celingak celinguk dari luar pintu kelas.

Mark membalikkan badannya saat merasa ada yang menepuk bahu nya, ternyata itu Ryujin.

"Oppa mencariku?"

Mark mengusap lehernya, Lelaki bersurai hitam itu menjilat bibirnya yang terasa kering.

"kita baru saja dari kelas Hyung, ternyata Hyung disini, ayo kita ke kantin" ajak Chenle.

"apa kau melihat Winter?"

"aku tidak salah dengar kan? Oppa mencari Anak panti itu?" tanya Ryujin dengan tatapan tak percaya.

"dia punya nama, nama nya Winter" sahut Mark.

"H-hyung, apa yang Anak pan-"

"Winter" potong Mark sambil menatap sinis ke arah Renjun.

Renjun hanya bisa menelan saliva nya melihat tatapan Mark, ia lebih memilih diam saja.

"dia pergi secepat kilat saat bel berbunyi Hyung" jawab Chenle.

"aku rasa ia takut kehabisan makanan di kantin, maka dari itu dia langsung melesat pergi hahahah" sahut Haechan sembari tertawa.

"diam" suruh Mark dengan suara beratnya.

Haechan langsung menutup mulutnya detik itu juga.

Mark hendak meninggalkan tempat itu, Namun pergerakkannya terhenti karna Jeno menahan nya.

"bukankah keterlaluan sekali? Ryujin ada disini, kau malah mencari gadis yang asal usul nya tak jelas, apa kau masih memiliki hati?"

Mark menepis tangan Jeno, Lelaki bersurai hitam itu tertawa sekilas.

"mengapa kau tidak menanyakan hal itu pada diri mu sendiri?"

"benar kata Jeno, Hyung adalah calon tunangan Ryujin. Bukankah keterlaluan sekali?" tanya Haechan yang terdiam sedari tadi.

"kesekian kali nya ku katakan, aku tidak pernah meminta dan menyetujui perjodohan itu" balas Mark, urat-urat di lehernya mulai menonjol, menandakan Lelaki itu tengah menahan rasa emosi nya.

Mark melenggang pergi dari sana, Ryujin menatap punggung Mark yang semakin menjauh.

"Sialan! Semua ini karna gadis sialan itu" umpat Ryujin, matanya tersorot penuh kebencian.

"tenanglah, jangan sedih Ryujin" Chenle mengusap punggung Ryujin, berusaha menghibur Ryujin yang terlihat menahan air mata nya.

"sepertinya gadis itu melakukan sesuatu hingga Mark Hyung jadi seperti ini" ucap Renjun.

"kita harus memberinya pelajaran" Jeno tersenyum miring saat mendapat ide.











Ayam goreng.

I'm Not A Toy ( Winter x NCT Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang