Jennie terlihat menutup loker, menaruh beberapa buku. "Hei, darimana saja kamu semalam? aku tidak melihatmu di lantai, Kim Jennie." Jennie berjalan dan Ryujin berjalan disamping Jennie sembari bertanya-tanya mengenai Jennie semalam.
"Apa pestanya kurang menyenangkan untukkmu?" Jennie hanya menghela napas berat dan Ryujin sudah memahami bahwa Jennie sedang tidak mood. "Baiklah, aku akan diam."
Jennie berjalan menuju kelas musik. Jennie adalah ketua seni di King Winterville IV. Jennie mulai memasuki kelas yang begitu besar, lengkap dengan alat musik yang siap di mainkan.
Hari ini Jennie akan mengawasi klub musik, dan memantau perkembangan mereka. Jennie adalah salah satu murid yang pandai dalam bidang musik, drama, dan lukis.
Hampir setiap murid menatap kedatangan Jennie yang begitu anggun. Rambut coklat tuanya terurai indah. Jennie mengambil duduk di depan panggung besar, meminta para murid untuk bersiap menampilkan bakat mereka.
"Jika sudah siap, mari kita lakukan." ucap Jennie pada wakil musik, yaitu Jeno. Setelah semua siap, Jennie duduk di tengah diantara Jeno dan Yeri.
Setengah jam berlalu, tidak ada yang berhasil membuat Jennie berkesan. "Tinggal satu murid lagi."
Jennie hanya membolak-balikan kertas, tidak tahu harus mengirim laporan apa kepada guru mengenai kelas musik yang dipimpin olehnya, semua terlihat biasa saja bagi, dirinya terasa lelah, dan cepat-cepat ingin keluar dari ruangan hingga Jennie mendengar suara alunan musik piano yang langsung menyentuh hatinya.
Jennie mendongak, memperhatikan jari-jemari sang pianis. Begitu lembut, begitu memesona hingga membuatnya terhanyut dalam dimensi lain.
Jennie memejamkan mata, merasa berada di tempat lain, yang begitu indah, menenangkan dan damai. Musik terhenti, membuat Jennie mengerutkan kedua alis. Kedua matanya masih terpejam dan berkata. "Bisa kau memainkannya sekali lagi, aku ingin mendengarnya." ucap Jennie masih memejamkan mata.
"Tentu saja, Kim Jennie." Suaranya terdengar tak asing di telinga Jennie hingga membuka kedua matanya. Terkejut dengan sosok wanita bertumbuh tinggi, berponi lucu sedang menatap Jennie di atas panggung, berdiri di samping piano berwarna hitam. Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain.
Jeno dan Yeri saling menatap Jennie dan Lisa. "Ada apa dengan mereka berdua?" bingung Jeno.
"Jadi, kamu ingin aku memainkanya lagi?" Jennie terbangun dari lamunan, memainkan pena di sela-sela jarinya, mengigit bibir bawah sembari mendunukkan kepala.
"Sudah selesai, terima kasih." Lisa tersenyum singkat lalu pergi meninggalkan ruangan dengan santai.
"Waah, aku tidak tahu Lisa bisa bermain piano seindah itu." ucap Jeno. Yeri mengangguk setuju.
"Ya, jika dia bisa berlatih tiap hari, mungkin dia bisa mewakili sekolah. Sayang sekali dia harus terus bekerja." Ucapan Yeri membuat Jennie menoleh ke arah Yeri. "Bekerja? maksutmu?"
"Aku pernah melihatnya bekerja di salah satu kedai kopi yang sangat terkenal di Soho, aku lupa namanya. Tetapi tempatnya sangat mewah dan berkelas. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa bekerja di tempat seperti itu, apalagi menjadi pelayan. Aku pikir dia yang punya tempat itu. Aku rasa itu akan membuat malu sekolah. Apakah dia orang tidak mampu? tetapi rasanya tidak mungkin karena hanya orang kaya saja yang bisa menginjakkan kaki di tempat ini." Jelas Yeri.
Yeri menatap Jennie bingung. "Kamu terlihat aneh. Oh ya, bagaimana kalau kita mengusulkan Alexa, Jesse dan Lisa untuk mewakili sekolah? aku rasa kepala sekolah akan setuju." Jennie terdiam sejenak lalu bangun dari tempat duduk.
"Kita tidak bisa gegabah. Beritahu mereka berdua untuk melakukan tes lagi, sesudahnya akan kita putuskan." Jennie keluar dari ruangan sementara Yeri dan Jeno mencatat dan siap menghubungi para kandidat.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Can't Have
RomanceLalisa Manoban merupakan seorang murid sederhana dan jauh dari masalah yang memiliki dua sahabat sejati bernama, Rose dan Jisoo. Lisa yang tidak memiliki masalah dan selalu tenang kini berubah setelah ia mengenal sosok kim jennie, murid perempuan p...