Jennie POV
Cuaca hari ini terasa dingin. Salju masih turun menyelimuti Kota Manhattan. Jalanan begitu padat akan kendaraan, orang-orang berjalan kesana kemari mengenakan baju tebal.
Toko-toko sudah buka untuk memenuhi kebetuhan konsumen. Gedung-gedung tinggi, pepohonan menjadi putih, pagi ini cuaca menunjukan pada angka 2 derajat. Untung saja hari ini aku mengenakan coat panjang berwarna hitam berkancing gold keluaran Chanel edisi musim dingin.
"Kita sudah sampai nona muda." Pria tua itu bernama Benjamin. Sama tuanya dengan ayahku. Dia adalah supir keluarga, dan kali ini menjadi supir pribadiku.
Benjamin turun dari mobil membuka pintu mobilku, Rolls-Royce Sweptail. "Terima kasih Benjamin."
Sekolah ini cukup besar, tapi tidak sebesar saat aku sempat bersekolah di Le Rosey School Switzerland.
"Hei Jennie, tumben sekali sudah datang." Sapa Ryujin. Masih sepagi ini dia terlihat kacau. "Kamu tidak pulang?" Ryujin tersenyum sembari mendekat.
"Dan kamu bau alkohol?" Dia semakin tersenyum. "Ya Tuhan."
"Hei!" Dan kali ini Jackson, Krystal dan Naeyeon datang bersamaan. "Pagi yang cerah." Senyum Jackson.
Cerah darimana? bahkan saat ini rasanya aku ingin rebahan saja. Sudah sepagi ini aku harus mendengar keluh kesah Jackson yang baru saja di tolak oleh wanita.
Maaf, bukan aku tak ingin mendengarkan Jackson, namun ada yang jauh lebih menarik.
Dia... Dia terlihat jalan kaki memasuki gerbang sekolah. Tanpa mobil ataupun kendaraan. Dia berjalan begitu santai, memasang earphone, memakai hoodie bewarna abu-abu tua.
Dia lebih tinggi dariku, kedua bola mata yang berwarna coklat hazel, suaranya sedikit serak dan dalam. Dan seseorang mendekatinya, merangkul hingga membuat wajahnya yang dingin menjadi hangat.
Dia tersenyum, ya tersenyum kepada sahabatnya yang bernama Rose. Aku tahu siapa Rose, dia sering ku dengar namanya. Hanya saja, aku tidak pernah tahu akan keberadaan Lisa.
Aku tak pernah melihatnya, atau mungkin tidak terlalu peduli karena dia bukanlah murid populer di sekolah.
Ntahlah, yang jelas saat ini mereka bergandengan tangan, tersenyum satu sama lain hingga si murid pintar datang, Kim Jisoo. Mereka berjalan bergandengan tangan, seperti anak TK yang hendak berangkat sekolah.
"Apa yang kau lihat?" Bingung Naeyon.
"Tidak ada, ayo kita ke kelas."
Orang-orang mungkin memandang kami seperti anak yang paling berkuasa. Namun itu benar adanya, selain karena orang tua, kami juga memiliki peran masing-masing dalam mengontrol sekolah.
Ryujin adalah kapten basket wanita, Jackson adalah kapten Football, Krystal merupakan ketua Cheerleaders, Naeyeon adalah ketua drama, dan aku? aku adalah ketua seni sekolah, mencangkup musik, lukisan dan tari.
Setiap pagi, loker ini selalu terdapat surat, bunga, coklat ataupun barang-barang mahal. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan terhadap orang-orang ini.
Mereka semua bukan seleraku. Masalah untuk berpacaran, sungguh aku tidak pernah pacaran. Mungkin lebih tepatnya tidak ada status hubungan apapun terhadap pria-pria yang mendekatiku.
Jangan berbicara cinta, karena aku tidak percaya akan hal itu.
~
Waktu berlalu cepat, setelah makan siang kami memutuskan untuk menemani Ryujin bermain basket. Seperti biasa lapangan terasa ramai, Ryujin mengatakan hari ini dia akan mengumpulkan semua timnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Can't Have
RomanceLalisa Manoban merupakan seorang murid sederhana dan jauh dari masalah yang memiliki dua sahabat sejati bernama, Rose dan Jisoo. Lisa yang tidak memiliki masalah dan selalu tenang kini berubah setelah ia mengenal sosok kim jennie, murid perempuan p...