8

3.2K 322 6
                                    

Lisa POV

Suasana kelas begitu tenang dan kondusif. Murid-murid sedang melakukan tugas mereka masing-masing dalam memenuhi tugas kimia.

Aku melihat Rose dari meja sebelah sedang bersama Ryujin menuangkan cairan yang berasap. Rose terlihat berpikir keras sementara Ryujin hanya berpangku tangan sembari menguap.

Pastinya kepala Rose hendak meledak karena bersama Ryujin. Sedangkan Jisoo terlihat seperti kerja sendiri dengan segala kejeniusanya.

"Apa kamu akan terus berdiam diri seperti itu sampai berjenggot atau kau bisa mengambil tabung kosong di lemari?" Galak sekali, aku harap dia tidak melemparku dengan gelas kaca yang ada di tangan kanannya.

Ya, dia adalah Kim Jennie. Rekanku dalam pelajaran kimia. Dia mengenakan jaket putih lab dan kacamata putih bening.

Rambutnya di ikat ke belakang dan poninya di jepit oleh jepitan pita bewarna merah, terlihat lucu dan menggemaskan. Tunggu dulu? apa yang kubicarakan? pastinya aku sedang menggigau. 

"Ini, berhati-hatilah. Kau tidak ingin meledak meja ini kan?" Cengirku. Jennie menatap ketus seakan tidak suka akan kehadiranku.

Tatapannya sungguh membunuh. Aku takut dia akan benar-benar meledakan meja ini jika aku berbicara terus. "Baiklah, aku akan diam."

Tentu tidak mudah untuk memulai percakapan kepadanya mengingat kejadian semalam yang membuatnya terlihat berbeda. Terlihat marah dan kecewa di tambah lagi aku telah menuduhnya dalam melakukan tindakan yang tidak baik kepada murid beasiswa.

Sialnya aku membela mereka, padahal apa yang dikatakan Jennie adalah hal yang benar. 

Jennie menghela napas, kini dia mengdongak dan menatapku dengan jengkel. "Aku tidak tahu apa yang salah dengan otakmu. Berhentilah menatapku seperti orang cabul.

kamu begitu menyeramkan." ucap Jennie kembali melakukan pekerjaanya. Dia bilang apa? orang cabul? aishh benar-benar wanita ini! apa dia tidak tahu sedari tadi aku mencari cara untuk meminta maap padanya! kalau seperti ini lebih baik ku urungkan saja!

"Auh!" Seketika kaki ini melesat cepat ke arah Jennie. Untung saja aku tidak melompati meja karena otakku masih berjalan dengan baik.

Jennie mengibas-ngibaskan tanganya yang memerah. Ntah mengapa atau bagaimana tangan Jennie berada di tanganku, meniup jari-jarinya dan segera mengambilkan salep di kotak bantuan kesehatan di dalam lab.

Jari telunjuk dan jari manis Jennie memerah. Aku tidak sadar bahwa jari Jennie begitu lentik dan indah. Begitu lembut seperti jari bayi. 

Wiliam datang melihat kekacauan di meja kami. Dengan cepat Jennie menarik tanganya, melepaskan kacamata bening dan James mengantarkan Jennie ke ruang kesehatan.

Huffhh apakah tindakan yang ku lakukan tadi salah? mengapa dia pergi dengan menatapku seperti itu? aish ntahlah.

Mengapa hal ini membuatku risau dan pusing setengah mati. Hanya karena Kim Jennie aku tidak bisa tidur dan merasa bersalah.

~

Bel berdering dengan nyaring. Semua murid mulai keluar dari kelas, termasuk aku, Jisoo dan Rose yang hendak ke kantin. "Hari ini enaknya makan apa ya?" riang Rose yang terlihat tak sabar memilih menu makanan.

Rose berjalan dengan cepat, dan meninggalkanku bersama Jisoo yang berjalan disampingku. "Kau terlihat banyak beban pikiran, Lalisa." lirik Jisoo sembari berjalan.

"Jangan menghembuskan napas lelah seperti itu, aku tahu dirimu. Apa yang menganggu otak kecilmu, huh?" 

Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya mengenai Jennie pada Jisoo? rasanya tidak mungkin, akan terasa sulit jika mengatakan yang sebenarnya.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang