13

3.3K 337 11
                                        

Lisa menuju ke tempat kerjanya. Duduk di bus sembari mendengarkan lagu yang ternyata membuatnya terus memikirkan kesalahanya pada Jennie. Lisa memejamkan mata, menghela napas. Menyenderkan kepala di jendela bus yang dingin.

"Mengapa bodoh sekali." Lisa terus mengingat bagaimana tatapan sendu Jennie terhadapnya. Bagaimana raut wajah Jennie yang kecewa dan hal itu menyakiti hati Lisa. Lisa membuka ponsel, membuka instagram yang di penuhi oleh story mengenai pesta Jennie.

Semua orang terlihat berpakaian mewah dan terlihat kaya raya. Jennie tak terlihat, membuat kecewa Lisa.

Ponsel Lisa berdering. Mendapatkan pesan. "Datanglah! semua kado yang diberikan tak ada yang bisa membuatnya tersenyum, bahkan Jennie mengabaikan mandu di depan matanya! itu tandanya dunia sedang tidak baik! Aku yakin jika kau datang, Jennie bisa menjadi tersenyum dan tidak ketus pada semua orang. Jadi datanglah Lisa, sebelum Jennie membubarkan pesta karena moodnya yang begitu buruk karena merindukanmu. Dari: Naeyeon."

Lisa menghela napas. Jantungnya berdetak kencang. Dirinya tidak bisa terus menerus seperti ini.

Lisa harus mengungkapkan perasaanya pada Jennie, meminta maaf kepada wanita yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Lisa kembali membuka ponsel, melakukan panggilan. "Rose, apa kau datang? jika datang, apa kita bisa pergi bersama?"

Dua jam kemudian Lisa duduk disamping Jisoo dan Rose duduk di samping supir pribadinya. "Apa yang membuatmu datang, Lisa." tanya Jisoo melirik.

"Bosan. Aku ingin mencari hiburan. Bagaimana denganmu? rasanya sangat mustahil seorang Kim Jisoo datang ke acara pesta ulang tahun, apalagi pesta Kim Jennie." tanya Lisa.

Jisoo menghela napas, merapihkan rambutnya di depan cermin. "Aku dengar Jennie mengundang beberapa penulis terkenal. Salah satunya adalah penulis kesukaanku. Jadi..." Jisoo menatap wanita disampingnya.

"Apa boleh buat."

Rose tersenyum sembari memakan sandwich. "Aku senang kau datang, Lisa! kau bisa menjadi gandenganku sepanjang waktu!" semangat Rose.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai. Mobil-mobil mewah terparkir rapih di perkarangan rumah Jennie yang begitu luas. Lampu-lampu bersinar terang dan para pelayan yang siap melayani tamu.

Rumah Jennie terlihat begitu megah, seperti istana-istana di Eropa namun modern. Terlihat beberapa tamu penting yang sedang mengobrol, juga para murid-murid sekolah yang terlihat begitu berbeda saat tidak memakai seragam sekolah.

Rose menggandeng tangan Lisa begitu erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose menggandeng tangan Lisa begitu erat. Membuat tubuh mereka saling bersentuhan satu sama lain. "Ada ayahmu?" tanya Lisa.

Rose mengangguk. "Ya, di undang oleh ayah Jennie. Kau tahu bukan, ayah Jennie memiliki jaringan dimana-mana. Tidak mungkin ayahku menolak undangan Edward, salah satu pengusaha paling sukses di Amerika." jawab Rose sambil melempar pandanga ke sekitar ruangan megah.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang