20

3.2K 261 21
                                        

Lisa menarik rapat jaket tebalnya. Berjalan memasuki gerbang utama sekolah. Wajahnya tertunduk cemas, ponsel masih ia genggam menunggu kabar dari kekasihnya. "Darimana saja kamu!" suara itu terdengar dari belakang. Jisoo menghampiri Lisa dengan wajah yang geram.

Jisoo terlihat hendak ingin memukul kepala Lisa jika dia tidak menjelaskan semuanya tentang apa yang terjadi. "Juga kau apakan Roséanne!" Tuntut Jisoo.

Selama perjalanan masuk ke dalam sekolah, Lisa menceritakan kemana saja dia pergi. Menghabiskan waktu bersama Jennie juga mendatangi ibunya yang berada di rumah sakit. Mengenai Rose, Lisa tidak bisa berbicara banyak.

Jisoo melipat kedua tangan. Uap dingin berhembus dari desahan napasnya. "Demi saus tartar! mengapa kamu bertindak kasar seperti itu pada Rose! Apa kamu tidak pernah melihatnya sedikitpun?"

Lisa menundukkan kepala, merasa sangat bersalah pada sahabatnya. "Aku tahu aku salah, aku tidak bisa berpikir jernih karena ada Jennie. Mereka berdua saling bersiteru dan aku tidak bisa memilih antara cinta dan sahabat, Jisoo! itu pilihan yang sangat sulit." Balas Lisa dengan menggebu-gebu.

Kini Lisa memijat kepalanya, mengadahkan kepala ke langit pagi. "Aku khawatir pada Jennie. Kemarin ayahnya terlihat marah dan aku takut terjadi apa-apa padanya. Aku menunggu kabar Jennie semalaman! aku..... aku harap kau mengerti posisiku, Jisoo." jelas Lisa.

"Ya, aku mengerti posisimu. Tapi apakah kau mengerti posisi Rose? mengapa kau sangat egois sekali, Lisa! mengapa kamu hanya memikirkan satu perasaan saja. Mengapa kamu hanya melihat Jennie yang baru hadir di kehidupanmu dan kamu mengabaikan Rose yang sudah lama bersamamu! aku tidak peduli kau berkencan dengan siapa, Lisa. Tapi hargailah perasaan Rose yang masih menyukaimu dan juga sebagai sahabat!" Jisoo pergi meninggalkan Lisa dengan rasa kesal.

Lisa menatap kepergian Jisoo. "Sial!" umpatnya.

Bel berdering dan semua murid masuk ke dalam kelas. Lisa duduk, menatap bangku di sampingnya yang masih kosong, bangku milik Jennie. Lisa kembali menatap pintu kelas menunggu kehadiran Jennie dan Rose. Namun mereka berdua tak kunjung masuk hingga pelajaran di mulai.

Selama pelajaran, Lisa terlihat cemas. Dia tidak bisa duduk di kelas saja sementara kedua orang yang ia sayangi ntah pergi kemana. "Aku izin ke toilet." ucap Lisa sembari membawa ponsel. Lisa berjalan di sepanjang koridor yang sepi. Menekan-nekan ponsel untuk melakukan panggilan pada Jennie dan juga Rose.

Hingga jam istirahat Lisa masih terlihat cemas, bahkan tak menyentuh makanan. "Makanlah sedikit, kau bisa sakit." Lisa menggelengkan kepala, menatap Jisoo yang duduk di depannya. Tidak ada Jennie diantara teman-temannya yang sedang duduk di tengah-tengah kantin. Lisa menatap mereka semua, mencari-cari sosok Jennie, namun Ryujin menatap balik Lisa dengan wajah yang hendak membunuh.

Lisa tak lagi menatap mereka. Memilih kembali membuka ponsel hp. "Apa Rose sudah membalas pesanmu?" Jisoo menggelengkan kepala.

"Kau ada masalah apa melihat kami semua seperti tadi?" Suara Ryujin membuat Lisa menadahkan kepala. Ryujin terlihat berdiri di samping meja dengan melipat kedua tangan. Menatap Lisa yang masih duduk menatap ponsel.

Ryujin tersenyum sungging. "Aku berbicara padamu, anak sialan!" Ryujin meninggikan suara sehingga hampir semua orang menatapnya. Dia selalu saja membuat perhatian.

"Jaga bicaramu, kau semakin terlihat seperti orang bodoh." ucap pedas Jisoo. Kini kedua mata sadis Ryujin menatap Jisoo. Mendekati Jisoo lekat-lekat.

"Oh, anak penyendiri dan menyedihkan sepertimu bisa bicara juga huh? aku bahkan tidak tahu kau hidup di dunia ini. Bagaimana rasanya tidak dianggap satu sekolah? hahaha kasihan sekali dirimu." Jisoo tersenyum, menyisir rambutnya dengan jari-jari.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang