Author POV
Lalisa menjadi fenomena baru di King Winterville. Semua mata kini mengarah, menatap kagum tak percaya. Seperti biasa, Lisa tetap menjadi Lisa. Menebar aura positif dan ceria. Para murid perempuan dan laki-laki saling berbisik, memandang penuh rasa suka.
Dulu, tidak banyak yang mengetahui Lisa. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui keberadaanya. Bahkan, Lisa tidak peduli dengan murid-murid berstatus tinggi seperti kekasihnya. Akan tetapi, sekarang keadaan telah berubah. Lisa menjadi murid nomor 1 yang memiliki pengaruh paling besar di sekolah.
Jennie berdiri di samping Lisa, merasakan aura Lisa yang lebih terpancar juga memesona. Rose dan Jisoo menatap kesal. "Sahabat-sahabatku!" Suara nyaring terdengar, berlarian kecil memeluk kedua sahabatnya.
"Jangan memeluk, kecuali kau membawa semua list hadiahku!" ucap Rose menyilangkan tangan pada Lisa. Jisoo melakukan hal yang sama.
Lisa tersenyum lebar. Tas ranselnya terlihat mengembung besar, Lisa terlihat seperti Santa Clause yang siap memberikan hadiah. "Tenang saja! aku sudah membawa semua."
Jennie menatap mereka bertiga. Merasa ingin sekali kembali ke persahabatnya dulu. "Hei! bagaimana liburanya?" Naeyon datang menghampiri Jennie dan mulailah sesi cerita yang cukup panjang mengenai liburanya.
Di dalam kelas tak banyak yang berubah. Lisa masih duduk bersama Jennie. Hanya saja, Jennie harus sedikit menahan kesal prihal surat-surat yang memenuhi meja Lisa, juga para murid mulai menarik perhatian Lisa. "Kau terlihat sangat menikmati peranmu." ucap Jennie sedikit berbisik.
Lisa tersenyum cengir. Mendekat ke arah Jennie hingga pundak mereka saling bersentuhan. "Kau cemburu, huh?"
Jennie menatap sinis, menaikan sebelas alisnya. "Cemburu, katamu? yang benar saja Lalisa. Aku bukan tipe wanita pencemburu. Lakukan saja apa yang kau mau." ketus Jennie yang hanya di balas anggukan oleh Lisa.
"Pluk." satu kertas lagi mendarat di meja mereka. Lebih tepatnya di meja Jennie. "Lisa, aku sudah menyukaimu dari awal kau bermain basket. Apakah aku boleh mendapatkan nomormu?" Jennie meremas kertas tersebut hingga tak berbentuk. Ia melirik ke arah perempuan yang kedua matanya berbinar-binar penuh harap.
Jennie memberikan tatapan mematikan. Meremukan kertas yang ia tulis dan menginjaknya, di akhiri dengan seringai khas Jennie.
Keadaan di kantin cukup ramai. Beberap murid mengantri makan siang, mengobrol sembari melirik Lisa yang mulai berjalan di tengah-tengah mereka, termasuk Nayeon dan teman-teman yang sedang duduk di tengah.
Lisa menjadi pusat perhatian satu sekolah. "Kamu bisa mengambil antriaku, Lisa." ucap salah satu murid. Jennie, Rose dan Jisoo menatap heran karena murid tersebut bersemu merah.
Lisa tetaplah Lisa, ia hanya tersenyum. "Tidak, aku akan mengantri. Lagi pula, mereka belum mengeluarkan makanan kesukaanku."
Murid perempuan terlihat antusias yang tanpa sadar mendekat ke arah Lisa, membuat Jennie harus mundur. "Apa makanan kesukaanmu? aku sangat dekat dengan penanggung jawab koki kantin. Aku bisa merekomendasikan makanan yang kamu suka jika kau mau."
Jennie tersenyum kecut memutar bola mata. "Lisa sangat menyukai daging bison asap setengah matang. Apa kau bisa menyediakanya?" Murid tersebut menatap bingung Jennie yang sudah berada di sisi Lisa.
"Mengapa menatapku seperti itu? apa kau tidak pernah merasakan bokongmu di tendang hingga keluar jendela? jika belum, aku bisa lakukan untukmu agar berhenti menganggu kekasihku."
Murid wanita yang terlihat lebih muda itu menatap ngeri. "Bagaimana bisa perempuan sadis ini menjadi kekasih Lisa?"
Rose dan Jisoo menahan tawa, sedangkan Lisa menahan lengan Jennie yang hendak melampiaskan amarah. Tidak ingin amarah Jennie menghancurkan satu sekolah. "Kau belum tahu aku? oh kau pasti anak kelas satu ya?" Jennie menatap dari atas sampai bawah. "Apa aku harus menunjukan siapa diriku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Can't Have
Любовные романыLalisa Manoban merupakan seorang murid sederhana dan jauh dari masalah yang memiliki dua sahabat sejati bernama, Rose dan Jisoo. Lisa yang tidak memiliki masalah dan selalu tenang kini berubah setelah ia mengenal sosok kim jennie, murid perempuan p...