6

4.1K 373 3
                                        

Author POV

Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Kamar yang terlihat besar, tempat tidur king size yang terletak di tengah-tengah kamar yang berwarna coklat susu dengan hiasan lukisan-lukisan mahal, Piano M.Liminal, kaca-kaca besar yang langsung menembus taman belakang, perapian hangat, ruangan khusus untuk pakaian dan kamar mandi super mewah.

Suara musik klasik terdengar di kamar mewah milik  seorang wanita muda bernama Kim Jennie. 

Dirinya terlihat mengenakan kemeja putih yang terlihat kebesaran untukknya. Jennie, menatap turunya salju dengan segelas susu coklat hangat di tangan kanan. Jennie terlihat mungil di kamar besarnya, wajahnya terlihat muram karena harus di tinggal lagi oleh kedua orang tuanya untuk bertugas di Paris.

Bukan sedih karena merindukan orang tuanya, itu karena Jennie sedih dan muram karena tak bisa ikut ke Milan untuk berbelanja. 

Jennie menghela napas kesal, masih menatap luar jendela. "Menyebalkan sekali, kalau bukan karena pelajaran Kimia, aku pasti sekarang sudah berada di Paris untuk membeli beberapa koleksi baru."

Jennie kembali meminum susu coklat hangat hingga seorang pelayan masuk. "Nona, muda. Sarapan sudah siap, hari ini adalah menu makanan kesukaan nona Jennie." Senyum seorang pelayan dengan sopan. 

Jennie kembali menghela napas, tak melepaskan matanya dari langit yang ke abuan. "Terima kasih, aku akan turun sebentar lagi." Jennie adalah sosok yang arogan, tinggi hati, dan bertidak semena-mena, namun sosok Jennie sangat santu terhadap orang yang lebih tua.

Jennie meremas gagang gelasnya dan berkata, "Haish! menyebalkan sekali, mengapa aku harus ada disini. Kalau bukan karena kimia..." Jennie terdiam sejenak, kalimat kimia terlontar dua kali dari bibirnya yang bewarna pink. 

Jennie menggelengkan kepalanya, minuman di tangan kanannya hampir saja tumpah. "Ya Tuhan, mengapa aku jadi memikirkannya! manusia menyebalkan itu tidak pantas di dalam ingatanku, terutama kedua mata dan senyumanya! aish! moodku jadi berantakan saat mengingat tanganya bersama Rose saling berpegangan tangan! mengapa mereka melakukan itu? apa mereka hendak menyebrang? bahkan aku tidak pernah melakukan hal itu terhadap Krystal ataupun lainya! aish, Lisa membuat hariku hancur!"

Seketika ponsel Jennie berdering. Jennie hendak mengabaikan, namun ponselnya terus berdering hingga tiga kali. Kakinya yang mulus berjalan menuju tempat tidur dengan wajah yang hendak ingin memakan seseorang.

Layar ponsel memperlihatkan nama Ryujin. "Apa?!!! Mengapa kamu berisik sekali? Apa yang ingin kau katakan Shin Ryujin! jika ingin mengatakan bahwa kau hendak menyuruhku bermain game atau menonton pertandingan basketmu, tidak akan ku lakukan! jadi cepat katakan dengan sangat singkat, apa yang ingin kau katakan selain kalimat yang hendak ingin menyusahkanku!"

Dari kejauhan sudah jelas Ryujin menjauhkan ponselnya dari telinga, suara Jennie pasti terdengar nyaring hingga membuat Ryujin menggosok-gosok telinga.

"Hei, santailah tuan putri tidur.  Aku hanya ingin-" Belum sempat berbicara, Jennie memotong pembicaraan dengan wajah yang menyeramkan.

"Apa kau tidak dengar apa yang ku ucapkan, Ryujin? apa kalimatku kurang jelas, atau suaraku kurang keras? katakan dengan sangat singkat."

Ryujin menggaruk dahinya yang tak gatal. "Party!"  Jennie mengerutkan kedua alis. "Ya, aku akan mengadakan pesta malam ini di klub milkku, aku sudah menyebar undangan satu sekolah. Aku tahu, hari ini akan sangat membosankan, jadi mengapa kita tidak berpesta saja!"

Jennie terdiam sejenak, duduk di tempat tidur sembari menyisir rambutnya dengan sela-sela jari.

"Seperti yang kau tahu, aku sedang tidak mood. Jadi bersenang-senanglah."

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang