Jennie POV
Mobil melaju dengan cepat, melewati gedung-gedung bertingkat dibawah awan kelabu. Jam di tanganku menunjukan pukul 8, tetapi matahari enggan menyapa. Lucrece duduk di sampingku, aku tidak tahu apa yang ayah bicarakan pada dirinya.
Untuk pertama kali, aku melihat ayah yang tak banyak bicara. Pagi ini tidak ada ceramah singkat ataupun mengenai diriku yang harus bersiap memegang semua kendali perusahaan. Pagi ini hanya kopi dan roti yang menemani paginya.
Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran ayahku, akan tetapi terlihat jelas bahwa isi kepalanya di penuhi oleh Lisa. Ya, Lalisa Manoban. Semalam ia membuat kejutan untuk semua orang, termasuk diriku. Aku tidak bisa melupakan bagaimana wajah ayah saat melihat Lisa menciumku di pesta semalam. Aku tidak tahu apakah ia memikirkan diriku yang di cium oleh seorang wanita yang ia benci atau sedang memikirkan nama baiknya.
Mobil berhenti, dengan cepat Lucrece membuka pintu mobil. Memakaikan coat biru tua di badanku. "Jaga dirimu baik-baik, nona muda." ucap Lucrece membungkuk lalu pergi.
Uap mengebul keluar dari mulut. Menatap gedung sekolah yang sudah terlihat seperti gedung sekolah sihir Harry Potter. Seperti biasa, setengah dari mereka menatapku. Ntah menatap sinis atau tatapan mengagumi.
Dari kejauhan sana terlihat Ryujin bersama Jackson. Aku berani bertaruh jika Ryujin menatapku bagaikan singa kelaparan. Ryujin tidak akan pernah melukaiku, karena dia sangat menyukaiku. Ryujin tidak berubah, dia masih suka membuat onar di sekolah dan berkencan dengan banyak wanita. Ryujin lebih terbuka dan berani.
"Kau terlihat tidak bersemangat, apa kau belum makan?" Jisoo, sahabat yang selalu ada untuk Lisa. Awalnya aku pikir dia adalah orang yang menyebalkan, tetapi baru ku ketahui bahwa kami memiliki banyak kesamaan.
Untuk pertama kalinya, aku berjalan bersama murid lain selain para sahabatku dan Lisa. Ntah mengapa jalan disamping Jisoo tidak begitu buruk, kami banyak bertukar cerita mengenai buku dan memecahkan masalah mengenai fisika kuantum. "Hallo, Guten Morgen!"
Wajahnya tersenyum cerah, aku rasa cahaya matahari kalah cerah dengan senyumannya. Rambut blonde terjuntai indah. Aku tidak terlalu fokus dengan wajahnya, melainkan pada tangan yang ia gandeng.
Wajah yang terlihat takut, tersenyum paksa. Ia berusaha untuk tersenyum menyapa, namun ragu. Mungkin karena wajahku yang ingin sekali memukul kepalanya. "Waah aku tidak tahu kalian berdua sudah datang! mengapa kalian terlihat ceria sekali, apa ada sesuatu yang terjadi?" ucap Jisoo.
Aku terus menatap Lisa. Rose semakin memeluk lengan Lisa, apa perempuan itu tidak tahu bahwa Lisa adalah miliku? mengapa dia main peluk saja! apa tanganya perlu ku patahkan? dan juga... lihat wajah Lisa! apa dia begitu menikmatinya? oh tentu sepertinya begitu, aku tidak akan memberikanya kesempatan untuk bernapas.
"Ya, kami melakukan banyak hal bersama di pagi ini!" ceria Rose menatap Lisa dari dekat. Lisa mengangguk canggung, berusaha untuk melepaskan tangan Rose dari lenganya.
Kedua mata Rose menatapku, tanganya masih merekat erat pada Lisa. "Aku dengar pestamu berjalan dengan lancar. Aku penasaran sekali bagaimana pestamu semalam, aku dengar ada bintang tamu spesial." ucap Rose sembari melirik ke arah Lisa.
Jisoo terkejut. "Sial, jadi benar kau datang ke pesta Jennie? luar biasa!"
Rose tersenyum bangga, menyenderkan kepalanya di pundak Lisa. "Tentu saja karena dia seorang Lalisa." Bel berdering nyaring.
"Kalau begitu sampai nanti." Rose melambaikan tangan dan begitu juga Jisoo.
Para murid berjalan ke kelas masing-masing. "Jennie." Ya, ini dia. Lebih baik dia pergi sebelum ku rontokan giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Can't Have
RomanceLalisa Manoban merupakan seorang murid sederhana dan jauh dari masalah yang memiliki dua sahabat sejati bernama, Rose dan Jisoo. Lisa yang tidak memiliki masalah dan selalu tenang kini berubah setelah ia mengenal sosok kim jennie, murid perempuan p...