9

3.6K 326 8
                                        

Author POV

Hentakan kakinya menggema di ruangan. Wajahnya sedang tidak bersahabat, bahkan teman-temannya menjadi sasaran kemarahan. Semua pelayan menunduk, berbaris rapih ketika nona muda lewat di dekat mereka.

Lucrece mengikuti dari belakang membawa tas milik nona mudanya. "Kamu sudah pulang, Jennie?" Suara wanita yang tak asing bagi Jennie.

"Ibu?" Wanita berpakaian anggun itu memeluk putri tunggalnya dengan penuh rasa rindu.

"Aku tidak tahu bahwa ibu telah kembali dari Paris." Sang ibu tersenyum dan memeluk kembali.

"Maafkan ibu. Bagaimana sekolahmu?" Dan jennie menuju meja makan untuk makan malam bersama. Baru saja Jennie terlihat tersenyum, namun senyumnya memudar saat melihat Edward sang ayah yang sedang duduk menatap kedatangan putrinya.

"Jennie Ruby Jane." ucapnya dengan suara berat dan penuh kharisma.

"Ayah." Jennie terlihat tidak suka akan kehadiran Edward. Hubungan mereka berdua tidak begitu bagus karena Edward yang terlalu ketat dan mengatur Jennie.

"Duduklah, sudah lama sekali kita tidak makan malam bersama." ucap Edward mulai meminum segelas wine.

Ruangan meja makan yang biasanya sepi kini menjadi hidup. Para pelayan sibuk menyiapkan makan malam. "Aku lelah, bolehkah aku istirahat?"

Edward menatap Jennie. "Jangan seperti itu. Duduklah sebentar. Kami merindukanmu. Lagipula, kita tidak setiap hari makan malam bersama." pinta Edward yang disapa tuan besar Ed.

Eloise berusaha membujuk Jennie hingga membuat Jennie duduk di meja makan yang mewah.

Jennie terlihat hanya memutar-mutar sendok. "Apa makanannya tidak enak?" tanya Ed. Jennie hanya menggelengkan kepala dan memakan daging sedikit. Ed menatap Jennie dan berkata,

"Perusahaan kita sedang berkerja sama dengan JR Grup. Mereka mau membantu kita dan itu sangat luar biasa." Ed menghela napas. Anak satu-satunya masih belum melihat ke arah mata Ed.

"Aku dengar anaknya satu sekolah denganmu. Dia seorang pria yang ku dengar mendapat penolakan cinta darimu."

Seketika Jennie menghentikan gerakannya. Perlahan menatap Ed yang tepat duduk di depan Jennie. "Aku terlalu banyak menolak, laki-laki mana yang ayah maksud? lain kali dia harus melakukannya lebih keras."

Ed dan Jennie saling bertatapan satu sama lain. Tiba-tiba makan malam terasa tegang, tak ada lagi suara dentingan alat makanan. Hanya tatapan dan napas yang terdengar.

"Aku rasa namanya Taehyung? ah aku tidak begitu ingat. Dia adalah anak dari rekan kita, Jennie. Yang memberikan kita uang untuk bertahan. Perusahaan mereka memberikan kita uang dan kepercayaan, jika bukan karena mereka, mungkin saat ini kau tidak akan bisa membeli barang-barang mewah, jalan-jalan keliling dunia. Jadi berbaiklah kepada anaknya, atau mungkin kamu bisa membujuk dirinya untuk-"

"Apa yang ayah katakan?!" Jennie terlihat marah, suaranya sedikit meninggi hingga membuat Ed dan Eloise heran

"Ini semua demi kepentinganmu." ucap Ed membersihkan bibirnya dengan serbet. Jennie menatap kesal, kedua alisnya sedikit menyatu.

"Kepentinganku? ini bukan tentang diriku, tapi tentang ayah!" Edward hendak bangun dari tempat duduk,namun Eloise menahan Ed selagi Jennie pergi menuju kamarnya.

Jennie membanting pintu kamar. Berusaha tegar namun tidak bisa. Dada Jennie terlalu sesak hingga meneteskan air mata.

Ponsel Jennie terus berdering, terlihat panggilan masuk dari sahabat-sahabatnya.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang