Lisa POV
Napasnya hangat menggelitik, detak jantungnya terasa di tubuhku. Tanganya terus menggenggam tanganku hingga pagi tiba. Rambut coklat kehitamanya sedikit menutupi wajah cantiknya. Pipi lembut, juga bibir yang ku sukai. Semua terlihat sempurna di mataku.
Jennie, wanita dan cinta pertamaku.
Bisanya aku jarang sekali berada di dapur, terutama di pagi hari. Tetapi sekarang aku sibuk membuat roti daging keju panggang, omelet dan tentunya susu coklat hangat kesukaan Jennie. Jika ada orang lain yang melihatku, pasti mereka akan mengatakan bahwa aku seperti orang yang sedang kasmaran. Membuat sarapan dengan penuh semangat, menari-nari mengikuti alunan musik. Senyumanpun tak luput dari bibirku mengingat kami menghabiskan malam bersama.
"Kau menari dengan sangat buruk." Jennie berdiri sembari menyenderkan tubuhnya di dinding dengan melipat kedua tangan. Kaos putih yang terlihat transparan sangat cocok ia kenakan, tentu tanpa bawahan celana panjang.
"Bisa kau mengajariku menari?" Jennie tersenyum menggoda, mendekatiku dengan menyugar rambut panjangnya.
Jennie bertelanjang kaki menginjak ubin kayu. Mulai mendekat dengan wajah yang masih setengah mengantuk. Jennie terlihat sangat berbeda jika seperti ini, jauh dari kata dingin dan kejam. "Aku bukan seseorang yang suka dengan suasana pagi hari. Aku masih terlalu lelah dan ingin bermalas-malasan. Jadi, bisakah kau membuatku sedikit bersemangat? jika bisa, aku bisa mengajarimu berdansa." tawar Jennie dengan kedua mata sayu.
Tak ku lepaskan kedua mataku, mengagumi wajah juga dirinya. Sebuah kecupan di kening ku berikan untuknya sembari membelai rambut yang lembut dengan aroma stroberi. Ini adalah pagi terindahku, pagi yang takkan pernah ku lupakan seumur hidup.
Aku suka senyuman itu, senyuman yang membuat kedua pipinya mengembang seperti mandu. Ingin sekali mengigit pipinya tetapi, aku lebih suka mengigit bibirnya.
Kami kembali berpelukan, selalu merasakan rasa rindu satu sama lain. Ingin selalu bersama seperti ini setiap hari. Jennie memegang kedua tanganku, kedua matanya menatap genit dengan goyangan pinggul yang membuatku tertawa. "Akan ku ajari kau menari."
Jennie menarik tanganku, kedua kakinya maju mundur dengan asyik mengikuti alunan musik. "Jangan kaku seperti itu, santai saja." Dan kami mulai berdansa. Jennie berputar-putar layaknya tuan putri di dongeng kerajaan. Rambutnya terjuntai indah, menyebarkan senyuman serta gelak tawa.
Jennie terlihat menawan, jauh dari kata mewah atau julukan berhati dingin. Dia tetap cantik tanpa harus merias wajah, dia tetap terlihat berkelas tanpa harus memakai pakaian mahal. Semua itu terpancar dari dalam dirinya dan wanita ini adalah milikku. Ya, hanya milikku.
Setelah lelah berdansa, kami menikmati sarapan pagi. Jennie mengunyah sandiwch telur dengan lahap. "Apa? apakah cara makanku aneh?" tatap Jennie yang meminum susu coklat hangat kesukaanya.
"Kamu terlihat lucu jika sedang mengunyah makanan. Apakah kamu menyimpan makanan di pipi kanan dan kiri? mengapa terlihat mengembung sekali?" godaku yang berhasil membuat Jennie kesal. Hahaha aku suka itu, menggodanya sangat menyenangkan.
Jennie mendekatiku dengan membawa makanan. "Apa yang kau lakukan?" Jennie kini duduk di pangkuanku. Mengalungkan tanganya di leher sembari memakan sandwich.
"Agar kamu berhenti menggodaku, jadi kau ku goda balik." Tentu dia berhasil. Membuatku ingin kembali memeluknya di tempat tidur. Saat kami menikmati waktu bersama, ponsel Jennie berdering. Membuatnya menatap beberapa detik ke arah ponselnya lalu meminum kembali susu coklat yang sudah tak terasa hangat lagi.
"Kau tidak mengangkatnya?"
Jennie berganti posisi, menghadapku hingga kami saling berhadapan satu sama lain. Ku pegang pinggang Jennie, sedikit mendongak ke wajahnya. "Aku tidak ingin di ganggu siapapun." Senyum Jennie kemudian aku bisa merasakan manisnya susu coklat dari bibirnya. Jennie melahap habis bibirku, sepertinya sekarang aku menjadi giliran sarapan pagi Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Can't Have
Roman d'amourLalisa Manoban merupakan seorang murid sederhana dan jauh dari masalah yang memiliki dua sahabat sejati bernama, Rose dan Jisoo. Lisa yang tidak memiliki masalah dan selalu tenang kini berubah setelah ia mengenal sosok kim jennie, murid perempuan p...