FINAL CHAPTER

4.4K 318 46
                                    

Author POV

Bunyi sirene terdengar nyaring saat melewati jalanan Kota Manhattan. Para petugas ambulan berusaha keras untuk menghentikan pendarahan Lisa. Alat-alat medis tersambung langsung ke tubuh Lisa juga masker oksigen. 

Butuh waktu setengah jam untuk Lisa sampai ke ruangan UGD. "Minggir, ini pasien darurat!" ucap para petugas saat membawa Lisa yang sudah tak sadarkan diri. Dokter dan para perawat masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu ruang oprasi. 

Jennie berlarian di sepanjang koridor. Airmata membanjiri pipi. Jennie terlihat tak memperdulikan orang-orang di sekitar. Ia terus berlari menuju tempat dimana Lisa berada. 

Rose dan Jisoo tak kalah menggila saat mendapatkan kabar bahwa Lisa mengalami kecelakaan dengan luka parah. Rose panik bukan main, ia tidak peduli pada siapapun kecuali Lisa. Jisoo menatap Jennie dan Rose berlarian panik. Jisoo hanya berdiri kaku, pucat dan airmatanya sudah tak dapat lagi mengalir. 

Jisoo terlihat sangat terpukul. Merasakan dendam yang sangat luar biasa kepada sang pelaku yang menabrak motor Lisa yang sampai detik ini belum dapat di temukan. 

Sudah 45 menit berlalu. Jennie, Jisoo dan Rose duduk bersamaan. Saling memegang tangan, berdoa dan berharap agar Lisa baik-baik saja. Arthur dan ibu Lisa saling berpelukan di depan pintu. 

45 menit berlalu dan pintu terbuka lebar. Semua tersentak terbangun ketika Lisa keluar dari ruangan dengan begitu banyak peralatan medis yang berada di tubuhnya. Jennie menangis tak karuan. "Lisa ku." 

"Tolong beri jalan." 

Jennie menangis hingga nafasnya tersendat. Rose menggelengkan kepala, tubuhnya terasa lemas hingga terjatuh di lantai. Menundukan kepala dan menangis sekencang- kencangnya saat tahu bahwa Lisa masih dalam keadaan tak sadarkan diri. 

Jennie menatap sang dokter. Mendengar jika Lisa mengalamai luka yang sangat parah. Kehilangan banyak darah dan mengalamai gegar otak yang mengakibatkan tengkorak kepalanya harus di oprasi. 

Jennie mengigit bibir bawahnya hingga berdarah. Menahan amarah, tangis dan kebodohan akan dirinya. "Aku seharusnya bersamamu, Lisa. Seharusnya aku bisa melindungimu!" suara Jennie terdengar pecah. Membuat Arthur memeluk Jennie dengan sangat erat sementara Jennie terus meronta-ronta akan kesalahanya. 

Rose terlihat seperti mayat hidup. "Aku tidak bisa hidup tanpamu, Lisa." Rose memegang kaca bening yang memperlihatkan Lisa dari dalam dengan begitu banyak kabel medis yang melekat di tubuh sahabatnya. 

Rose meneteskan airmata. Jari-jarinya memegang kaca seakan ingin memeluk Lisa yang terbaring tak berdaya. "Biarkan aku yang menggantikanmu, aku mohon. Biarkan aku yang merasakannya, Lisa. Biarkan aku," Rose menangis sesenggukan. 

Jisoo memeluk Rose. Berusaha menenangkan diri Rose. Membiarkan Rose menangis di pundak Jisoo.

Jisoo menghela napas, mengelus-elus pundak Rose sembari menatap Lisa. Jisoo harus tegar, harus kuat demi Rose dan Jennie. "Lisa akan baik-baik saja. Dia adalah anak yang tangguh, dia akan berjuang untuk kita."

Jisoo menahan airmatanya. Semakin memeluk erat. "Lisa akan kembali, Rose. Dia akan kembali dengan tawa dan cerita konyolnya. Percayalah."

Jam menunjukan pukul 2 pagi. Ruangan Lisa hanya boleh di masuki oleh satu orang dengan pakaian steril. Jennie memasuki ruangan dimana terdengar suara-suara alat medis yang membuat hati Jennie semakin tak karuan. 

Langkah kakinya terasa berat. Kenangan bersama Lisa terbayang di benak Jennie. Membayangkan senyumnya, mendengar suaranya, sentuhan tangannya. Lagi, Jennie tak bisa menahan rasa sedih yang mengguncang hati. Melihat sosok orang yang ia cintai terbaring tak berdaya.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang