4

3.8K 381 12
                                    

Seperti hari kemarin, hari ini masih terasa dingin. Aku harus bergegas menuju sekolah. Pizza yang sudah dingin dan segelas susu putih menjadi sarapanku hari ini. Karena cuaca yang cukup dingin, Aku memutuskan untuk memakai hoodie dan jaket serta sepatu boots yang siap kukenakan.

Seperti biasanya rose selalu mengirim pesan teks untuk mengucapkan selamat pagi atau hanya sekedar membangunkan mengingat aku hanya tinggal sendirian di apartemen yang tidak terlalu besar.

Walaupun apartemen ini tidak besar, tetapi aku mampu membayar biaya sewa ini sendiri bahkan mobil sport yang diberikan oleh ayahku, terbengkalai didepan apartemen.

Aku merasa bahwa segala sesuatu yang didapatkan dari jerih payah sendiri begitu memuaskan dibandingkan dari pemberian kedua orang tuaku.

Ponselku berdering, rose menelfon. Suara panggilan telpon dari Rose membangunkanku dari lamunan dan aku harus segera bergegas karena 15 menit lagi sekolah akan dimulai

~

Berlarian ditengah dinginnya kota Manhattan cukup membuatku lelah. Gerbang sekolah sudah terlihat, dan aku melihat mobil mewah berhenti didepan gerbang.

Sosok Kim Jennie turun dengan anggun dari mobil mewah tersebut mengenakan jaket tebal yang kurasa harganya sangat mahal, rambutnya terurai indah.

Saat berjalan rambutnya yang coklat kehitaman menari ke kanan dan ke kiri. Jennie berjalan layaknya seperti model terkenal.

Seperti biasa Jennie selalu mendapat perhatian dari murid-murid lain. Jarakku dan Jennie tidak begitu jauh. Aku bisa mencium aroma tubuh Jennie sangatlah memikat.

Aku terasa sedikit gugup saat berjalan dibelakangnya. Aku tidak tahu mengapa jantungku berdebar kencang, mungkin saja kelelahan karena aku habis berlari atau mungkin sosok murid perempuan yang didepanku ini.

Jalanku terasa lambat, Jennie jalan begitu percaya diri menyambut sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu. Melihat Jennie dan sahabat-sahabatnya, membuatku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa.

"Lisaaa!!" Rose datang seperti biasanya memelukku dengan erat. Senyumannya membantuku menenangkan perasaanku sehingga menjadi lebih baik, dan merasakan hidupku jadi lebih berarti.

Rose adalah sahabat terbaikku yang tidak pernah mengeluh dan selalu menerima diriku apa adanya.

"Haiii" suara serak itu adalah suara milik Kim Jisoo yang juga sahabat terbaikku. Jisoo menyapa kami berdua merangkul aku dan Rose bersama memasuki gedung sekolah.

~

Bel berbunyi, tepat pada pukul 12 siang. Seperti biasa rose selalu mengajak dan menarikku dan jisoo menuju kantin sesegera mungkin. Suara kantin siang ini cukup ramai. Hari ini aku memilih sandwich dan yogurt.

Sedangkan nampan rose selalu berisi banyak makanan seperti pembagian sembako. Untung aku sudah terbiasa dan rasa maluku sudah menghilang.

Seperti biasa kami memilih untuk duduk dipinggir jendela yang cukup besar. Kami pun mulai menyantap makan siang.

Aku tidak mengerti mengapa kali ini rose menggunakan kedua tangannya untuk memakan lauknya siang ini dengan begitu cepat. Bahkan pipinya terlihat mengembung seperti chipmunk.

Sedangkan jisoo selalu menikmati makanan dengan buku ditangan kirinya.

"Rose.. Apakah kamu bisa memberikan sedikit makanan untuk Lisa? Dia terlihat sedikit makan hari ini?". Rose menggelengkan kepala sambil mengunyah dan mengatakan tidak dengan mulut yang berisi spaghetti.

"Tidak, terima kasih jisoo. Lagipula rose tidak akan memberikannya". Rose mengangguk setuju.

"Aku terpilih menjadi tim basket inti untuk mewakili sekolah diajang tingkat nasional". Jisoo terlihat terkejut tak percaya. "Benarkah." Aku menganggung sembari tersenyum bangga.

The Girl I Can't HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang